Bro ! '12

172 23 8
                                    

〰️〰️〰️

Pintu rooftop gedung sekolah Fajri buka, terdapat dua orang yang tertangkap pandang oleh Shandy dan juga dirinya.

Shandy menyadari jika itu Fenly dan juga gadis tempo hari, seingatnya namanya Cho. Tengah mengobrol serius hingga tidak menyadari pintu yang mereka buka.

“Mending kita tunggu dibawah aja” ujar Shandy.

“Ninggalin Fenly sama tuh cewe?”

“Gue yakin mereka bakal aman-aman aja”

Fajri menurut, menutup pintu perlahan dan mengikuti Shandy kembali ke bawah.

Sementara itu..

Semilir angin mendorong ribut rambut blonde Fenly, disampingnya kini sudah ada gadis cantik yang akhir-akhir ini lebih banyak berbicara padanya. Cho datang dengan satu air mineral yang diberikan pada Fenly.

“Tadinya mau gue minum, tapi kayaknya lo lebih butuh”

“Thanks” Fenly menerima botol berisi air tersebut.

“Capek ya Fen”

Fenly bingung beberapa detik dengan kalimat singkat itu, namun mengerti setelahnya dan mengangguk.

“Yahh.. capek Cho”

Si gadis tersenyum lalu menunduk. “Pindah sekolah tiga kali dalem setahun, dijauhin anak-anak sampe dikira bisu”

Fenly tersenyum getir, menyadari akan kehidupan si teman kelas. Ia tau jika Cho memang gadis yang sangat jarang berbicara, hingga mendapat julukan bisu dari semua penjuru kelas. Bahkan setau Fenly, gadis itu hanya akan bicara jika melaksanakan tugas presentasi didepan kelas, dengan wajah datar khas nya tentu saja.

“Pindah sekolah tiga kali dalem setahun? Kenapa?” tanya Fenly.

“Rumit”

Fenly mengangguk paham.

“Gue denger.. banyak senior yang lagi bantuin lo buat nyelidikin itu foto ya?”

“Gue ngga tau, kata siapa?”

“Gue ga sengaja denger waktu lewat depan kelas kak Shandy”

Oh, Shandy?

Mungkin teman-teman kakaknya itu tengah merencanakan sesuatu. Yang berhubungan dengan masalah saat ini.

“Gimana sih Fen rasanya?”

“Rasanya? Di bully anak-anak?”

Cho terkekeh. “Kalau itu gue ngga perlu nanya, gue juga tau rasanya”

“Em”

“Gimana rasanya punya saudara kayak kak Shandy sama Fajri?” Cho bertanya tanpa ambil pandang pada sosok Fenly, sorot matanya tetap ke depan. “Diperhatiin sebegitunya, diperlakuin kayak raja, dilindungi kayak balita, disayangi segitu tulusnya”

Kini ganti Fenly yang menerawang, obsidian fokus kedepan memikirkan sesuatu. "Kenapa lo yakin banget kalau mereka sesayang itu sama gue?"

Cho mengangkat bahu. "Kelihatannya jelas"

"Ngga kayak kelihatannya Cho, sudut pandang gue malah beda"

"Emang lo ngga sayang sama mereka?"

Pertanyaan itu membuat Fenly terdiam, meragukan sesuatu yang masih sangat janggal didalam hati. Layaknya dejavu saat mengingat kedua orang tuanya bertanya hal yang sama.

"Fenly sayang abang sama ade kan?"

Lagi, suara Celline menguasai pikirannya. Meringis pelan saat pusing mendadak melanda, ia tahan sebentar untuk cepat-cepat menetralisir keadaannya, ingatkan dia saat ini masih ada gadis asing disampingnya.

BRO ! [ Fenly Centric ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang