15

228 51 59
                                    

HAPPY 1K VIEW AND 1K KOMEN😭💘

Astaga, aku gak nyangka bs serame ini wkwkwkw. Padahal dulu itu cerita ini emang sepenuhnya ngawur dan gabut bgt, nggak tau jg alurnya kemana.

Tapi, kl aku boleh minta nih ya, yang vote tambahin ya heheh, biar kece.

Intinya semoga kalian enjoy terus, dan bahagia selalu. Walau itu mustahil krn kalian tengah membaca karya tulis ku, udah pasti ikut tertekan juga heheh, tapi jg gak bs berhenti.

Makasih buat kalian, oke mari scrool kebawah dan mulai membaca. Happy Reading❤️

****

"Kalian saling kenal?"

Pertanyaan itu sempurna terlontar dari lisan Blaze, dia bingung. Padahal kan kemarin Taufan tidak berangkat, kenapa dia malah mengenal Luna yang bahkan dirinya saja melupakan nama gadis tersebut?

Apakah Taufan mulai memiliki ilmu cenayang? Hm, mungkin begitu.

"Enggak."

"Iya."

Taufan melotot, sialan. Kenapa Luna malah menjawab iya? Suara mereka hampir bersamaan, dan jawaban mereka sangat berbeda.

"Dia itu fans gue, Blaze. Tentu aja gue kenal, dia itu memang selalu minta foto ke gue. Gue kaget aja gitu waktu ngeliat dia malah pindah kesini. Ngefans banget ya mba sampe datang kesini?" Taufan mulai berbicara ngawur, sebisa mungkin dia tenang. Dia menggoda Luna dengan sepasang alis yang naik turun agar Blaze percaya dengan ucapannya.

"What?" Luna yang tak mengerti hanya bisa menatap bingung kearah Taufan, "it's me. I'm not your fan, i'm---"

"Opopopo, gue tinggal bentar, Blaze. Gue lupa si Luna ini pernah ngutang sama gue. Lun, ikut gue. Bayar utang lo sekarang."

"O-oke."

Setelah mendapatkan ijin dari Blaze, tanpa basa-basi Taufan meraih tangan Luna dan menariknya pergi. Entah kemana, yang penting mereka bisa bicara berdua dan menyelesaikan masalah mereka.

Dia Luna. Memiliki keturunan albino. Dia orang campuran antara keturunan Jawa dan Amerika asli. Dan ya, mereka berdua pernah menjalin hubungan yang cukup dekat.

Bisa dibilang pacar atau apapun itu. Walau itu dulu, waktu mereka SMP kelas 2. Setelah itu, Luna pindah dan pergi ke negara milik Ayahnya. Setelah itu, hubungan mereka berakhir karena sebuah alasan.

"Aww, sick! What's wrong with you?"

Tarikan yang dihasilkan oleh Taufan lumayan kasar dan hal itu membuat tangan Luna sedikit merasa sakit. Karena merasa jengkel dengan Taufan, Luna pun menepisnya. Taufan pun berbalik, menoleh kepada Luna.

"Yang ada lo yang kenapa? Lo kenapa pindah kesini, hah?" tanya Taufan dengan suara yang tercekat, dia berniat berbisik walau hanya penekanan kata lah yang berada di dalamnya.

"Is it wrong if I go back to my home country?"

"Nggak usah pake bahasa inggris, pusing pala gue dengernya. Lo lupa sama bahasa Indonesia ya?" sarkas Taufan.

Luna menggeram sembari memutar bola mata malas, "memangnya salah kalau aku pulang ke negara asal ku sendiri?"

Susunan kata Luna lumayan bagus, walau ucapan per katanya masih terdengar sangat kaku. Dia sedikit terbata-bata ketika mengucapkannya namun itu sudah cukup untuk membuat Taufan mengerti. Dia terlalu malas untuk berpikir.

CIEE PRENJON [ END ]Where stories live. Discover now