9. Italic and Bold

787 39 0
                                    


"Chicago...."

"A-apa yang kau lakukan?"

Tawa gadis itu justru menggelegar ke seisi apartemennya. Zen merasa lututnya melemas. Terlalu kaget dengan apa yang terjadi sekarang.

Ketika menoleh ke belakang, giliran jantungnya serasa ingin copot saat polisi yang tadinya berdiri di ambang pintu kini tepat didepannya dengan wajah rusak mengerikan.

Secepat kilat Zen bergegas berlari keluar. Namun pintu apartemennya entah bagaimana terkunci. Chicago terus-menerus mendekatinya dengan senyum aneh.

Ia panik luar biasa. Detakan jantungnya saat ini menandakan betapa takutnya pria muda itu.

Tiba-tiba sesuatu terlintas dalam pikirannya. Zen perlahan menghampiri telfon diatas meja lalu menelfon nomor darurat berniat meminta bantuan.

Nyatanya telfon memang diangkat tetapi bukan suara petugas keamanan yang terdengar, melainkan suara seorang wanita.

Dan Zen tentu mengenal suara itu, suara Chicago...

Matanya takut-takut melirik Chicago namun tidak menemukan siapa-siapa di seluruh apartemennya. Zen mengernyitkan keningnya meski ia merasa sulit untuk sekedar bernafas normal.

"Shit!!"

Zen mengumpat setengah berteriak saat wajah Chicago yang cantik namun menyimpan misteri justru berada tanpa jarak didepannya.

Seluruh pergerakannya seolah terkunci. Sebenarnya ada apa ini?

Berbagai pertanyaan muncul dalam benak Zen bersamaan dengan kepanikannya yang semakin parah. Ia bingung apa yang harus dilakukan sekarang akibat terlalu kaget dengan apa yang terjadi.

Hingga semuanya terjadi begitu cepat saat pisau dapur terangkat dari tangan Chicago lalu mengarah kepadanya.

"Akkhhh!!!"

Zen sontak menutup mata lalu berteriak ketakutan.

Tapi...

Sebentar,

Ada yang aneh baginya...

Mata coklat tua yang semula terpejam rapat itu kini perlahan-lahan terbuka. Keringat dingin menghiasi sekujur tubuhnya.

Nafas pria itu memburu, seakan baru saja dikejar oleh sesuatu. Ia sontak bangun dari tidurnya lalu memperhatikan sekitar.

Semuanya masih sama seperti semula. Tak ada tanda-tanda bahwa apa yang sebelumnya dialami oleh dirinya benar terjadi.

Hufftt...dia hanya bermimpi buruk ternyata.

Zen tanpa pikir panjang mendatangi kamar lain di apartemen pribadinya. Tempat dimana ia membawa Chicago kemari kemarin malam.

Beberapa kali mengetuk, tak ada suara sama sekali dari dalam sana. Zen berpikir Chicago masih tertidur pulas tapi tanpa sengaja tangannya membuka gagang pintu dan menemukan seisi kamar kosong.

Dimana Chicago?!

Pria itu melangkah ke meja nakas. Menemukan ada secarik kertas nota berisi tulisan tangan,

"Zen, terima kasih untuk tidak membiarkan ku tertidur di club itu. Aku pulang pagi-pagi sekali ya, takut jika keluargaku khawatir."

Chicago ~

Senyum tipis mengembang di bibir Zen ketika membacanya. Tanpa sadar ia bisa bernafas lega entah karena apa.

Sebab kejadian aneh dalam mimpi buruknya itu terasa begitu nyata. Bahkan Zen merasa jika semuanya benar-benar terjadi andaikan ia tidak membuka mata dan melihat langit-langit kamar. Juga menemukan catatan dari Chicago.

Untuk sesaat, Zen terdiam memikirkan mimpi buruknya yang tiba-tiba muncul setelah hampir belasan tahun ia tak mengalami hal itu.

Menggelengkan kepala, ia pikir melamun hanya akan membuat kepalanya pusing.

Zen beranjak dari sana lalu berniat kembali ke kamarnya. Tetapi langkahnya mendadak terhenti saat menyadari ada sesuatu yang aneh dimeja makan.

Awalnya Zen mengira mungkin hanya perasaannya. Jadi ia memilih untuk tetap melanjutkan langkah ke kamar pria itu.

Setelah mandi dan bersiap-siap, Zen keluar dari kamar karena kembali teringat hal aneh sebelumnya.

Ia hanya ingin memastikan apakah itu cuma perasaannya saja atau...

Sesampainya di ruang makan, Zen mendadak terpaku diam. Tangannya menyentuh benda kaca berbentuk bundar diatas meja makan.

Memang terasa nyata.

Dan ini...benar-benar nyata.

Ditengah meja makan, semangkuk sup kaldu ayam tersaji masih dengan asap yang mengepul. Menandakan jika masakan baru saja matang.

Namun yang membuatnya aneh adalah kedua mangkuk kecil berisikan sup kaldu ayam juga diatas meja tersebut.

Masalahnya, letak, posisi, juga bekas seluruh benda diatas meja makan ini sama persis seperti yang dalam mimpi buruknya.

Bahkan sup kaldu ayam dalam mangkuk itu terlihat sudah pernah dimakan.

Jantung Zen kembali berdetak kencang. Ia tak bisa apa-apa rasanya selain terpaku diam memikirkan segala keanehan ini.

Apakah semuanya nyata?

Disisi lain, seorang gadis duduk tenang di kursi kemudi sebuah mobil yang masih terparkir di basement. Bibirnya menyunggingkan senyuman aneh. Alunan nada piano legendaris terputar mengisi mobil milik pewaris keluarga Zhang itu.

"Huh...aku melakukan kesalahan dengan menyisakan sup kaldu ayam itu. Ckk." gumam Chicago dengan raut wajah datarnya.

ACATHEXIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang