eight

141 16 0
                                    

"cie... yang kemarin pulang sama mark.."

ini masih pagi, dan haechan baru sampai depan pintu kelas sudah dapat sambutan seperti itu.

jaemin membuat hari seninku semakin buruk.

"apa sih jaem."

haechan mencoba bodoh. ya.. setidaknya ia mencoba untuk tetap tenang. pulang dengan mark kemarin memang menyenangkan, tapi kalau ketauan dua temannya begini... haechan jadi malu.

"halah sok-sokan tidak tau."

"aku yakin banget, aslinya haechan lagi malu. makanya dia begitu."

"ada untungnya juga ya jun, kita kemarin ngga angkat telepon dari haechan."

"iya benar jaem. aku sudah khawatir sih.. sudah ku spam pesan juga tidak dibalas. ternyata.... ckckck."

wajah haechan semakin merah dibuatnya. mau marah tapi itu benar.

"oh jadi kalian sengaja tidak mengangkat teleponku kemarin?!"

kedua temannya saling tatap dan mengangkat bahu dengan ekspresi wajah menyebalkan menatap haechan.

"bangsat emang."

jaemin dan renjun tertawa. sudah dibilang kan, haechan ini walau galak tapi lucu. apalagi kalau marah begini. tangan jaemin tidak bisa untuk tidak mencubit sebelah pipi haechan.

"hahaha.. kami minta maaf haechan-ah. bukannya sengaja sih, tapi waktu itu lagi kerja kelompok kita. jadi tidak bisa menjemputmu."

"kalian tau darimana soal aku dan mark?"

tuh kan langsung ngaku juga ini anak...

"aku tau dari jeno. dia bercerita padaku."

"jeno ember."

"tidak usah begitu lah chan.. pdkt mu kan jadi lancar."

"iya sih... tapi ya jangan terlalu lancar begini. aku pengen yang agak susah dikit gitu loh jun."

"udah syukur dikasih mudah. awas bilang begitu, nanti kejadian loh.."

"apasih renjun! tapi kalau kejadian, gapapa sih. hehe, biar kisah percintaan ku tuh penuh perjuangan dan berakhir bahagia."

"sinting."

"kumat nih anak."

tiba-tiba renjun teringat sesuatu.

"tapi haechan.."

"kenapa?"

"kau... masih ingat bukan, dia sedang ldr?"

ya benar. seketika haechan lupa kalau mark itu statusnya sudah berpacar. walau hubungannya tidak baik sekalipun.

mereka belum putus.

tapi haechan belum terlalu memikirkannya untuk sekarang. ya.. setidaknya untuk saat ini. lagipula, ia masih belum yakin betul dengan rasanya terhadap mark itu rasa yang bagaimana. entah rasa yang hanya sesaat, atau haechan memang benar-benar jatuh hati dengan mark.

"obatnya sudah diminum tadi malam?"

mark mengagetkan haechan dari lamunannya, ia duduk di kursi sebelah haechan. membuat kedua temannya kaget dan menahan senyum.

"lagi mikirin apa sih?"

"itu loh mark.. masih kebawa suasana kemarin malam denganmu."

renjun menyahut. membuat mark tidak bisa menahan senyumnya.

"jawab pertanyaan ku tadi haechan. kau sudah minum obat belum?"

"iyaa mark, sudah."

"tidak apa-apa kan? tidak demam?"

"tidak, mark."

mark berkata sambil menempelkan punggung tangannya ke dahi haechan.

"bagus."

"oh iya. jaketmu masih ku bawa."

"iya tidak apa-apa."

renjun dan jaemin merasa mereka hanya pemeran figuran yang tidak dapat dialog. mereka hanya memperhatikan, sampai renjun menyeletuk.

"jaem, dilihat-lihat haechan sudah tidak se-cuek dan se-dingin dulu kalau berbicara dengan mark."

"iya betul jun. aku juga sepemikiran denganmu."

"kemajuan yang sangat signifikan."

"patut diberi apresiasi gak sih, jaem?"

"harus doooong."

mereka berdua asik bergosip soal hubungan haechan dan mark, sampai lupa haechan ada di depan mereka berdua, dengan wajah merah menahan—entah amarah atau karena malu—yang jelas ekspresi haechan sudah masam.

"kalian berdua pergi sajalah bangsat."

°°°°

insecure | markhyuckWhere stories live. Discover now