Chapter 8

1.6K 201 9
                                    

Note : Homophobic? Nagajuseyooo !!!
.
.
.
____________________________________

Jaemin membawa Jisung ke apartemen mewah pribadi miliknya, ia rindu sekali menghabiskan waktu berdua bersama pemuda manis itu walaupun hanya menikmati makan siang dan menonton film bersama. Itu menjadi awal baik untuknya mengambil hati Jisung, Jaemin sangat bahagia sekarang.

Jaemin membiarkan pemuda manis itu untuk menonton film diruangan tengah, sementara dirinya memasuki kamar dan mengganti seragamnya dengan celana training hitam panjang dan baju kaos putih setelah itu berjalan ke arah dapur untuk menyiapkan makan siangnya bersama Jisung.

"Biarkan aku juga membantumu."

Jaemin sedikit terlonjak kaget dengan perkataan Jisung yang sudah berdiri disamping tubuhnya. Ia menatap pemuda manis itu dan menggelengkan kepalanya.

"Tidak sayang. Kau hanya perlu duduk manis disana, biarkan aku yang menyiapkan semua ini untuk kita makan bersama."

"Jaemin .. biarkan aku ikut membantumu."

Jaemin tersenyum, untuk pertama kalinya semenjak mereka bertemu kembali ia mendengar Jisung berbicara padanya dengan nada lembut. Tanpa sadar ia memundurkan tubuhnya membiarkan Jisung menempati tempatnya tadi berdiri.

Jaemin berdiri terpaku menatap punggung Jisung dalam diam, memperhatikan Jisung yang sedang sibuk dengan bahan makanan yang tadi sedang ia siapkan.

"Apakah kau sudah memaafkan ku sayang?" Jaemin memberanikan dirinya memeluk pinggang ramping Jisung dari belakang, menyandarkan dagunya pada bahu Jisung. Menghirup aroma manis yang keluar dari perpotongan leher pemuda manis itu, ia mendekapnya erat membiarkan punggung Jisung menempel pada dada bidangnya.

Jaemin menjilat bibirnya saat dirasakan tubuh Jisung menegang saat ia memeluk pemuda manis itu erat. Ia sudah mempersiapkan hatinya yang akan terluka lagi saat Jisung kembali menolaknya, namun setelah sepuluh menit berlalu sama sekali tidak ada tanda-tanda pemuda manis itu menolaknya dan sama sekali Jisung tidak menjawab pertanyaannya.

"Ternyata kau belum memaafkan ku, aku terlalu berharap."

"Bisakah kau diam Jaemin. Kau sangat mengganggu, dan bisakah jangan memelukku sembarangan? Menjauh lah." Jaemin terkekeh saat Jisung memandangnya sinis.

"Baiklah. Aku akan diam, tapi tidak akan menjauh darimu." Ucap Jaemin sambil mengecup pipi gembil Jisung.

"Jaemin." Jisung menghembuskan nafasnya lelah.

"Maaf sayang, aku tidak bisa menahan diri untuk menciummu. Pipi mu sangat lembut, seperti dulu." Jaemin berbisik pelan ditelinga Jisung membuat pemuda manis itu memutar bola matanya jengah.

Lengan kokoh Jaemin terjulur ke depan lalu melepaskan pisau yang sedang Jisung gunakan untuk memotong, ia menyimpan pisau tersebut ditempat yang aman. Setelah itu dengan lembut ia membalikkan tubuh Jisung hingga berhadapan dengannya, Jaemin tersenyum saat kembali menatap mata indah milik Jisung. Mata yang selalu berbinar saat menatapnya, mata yang dengan jelas memantulkan bayangan dirinya disana.

"Aku senang karena kau tidak berusaha menolakku lagi, walaupun aku tahu dengan jelas kau belum memaafkan ku." Jaemin tersenyum, kedua tangannya menangkup kedua pipi gembil milik Jisung.

Matanya menatap keseluruhan wajah manis Jisung dan tatapannya pun terhenti tepat pada bibir ranum milik pemuda manis itu. Dengan lembut ia mengusap bibir Jisung, lalu tersenyum saat menyadari dirinya sangat ingin merasakan rasa manis itu kembali.

"Bolehkah aku menciummu?" Jaemin menunggu jawaban dari Jisung, namun pemuda manis itu justru mengalihkan tatapannya dari Jaemin.

"Bolehkah aku menciummu Park Jisung?" Jaemin bertanya sekali lagi, ia ingin Jisung menerima ciumannya. Ia ingin Jisung juga menikmati ciuman mereka berdua, bukan hanya dia sendiri yang menikmatinya seperti sebelum-sebelumnya.

Jaemin menatap Jisung dalam, menunggu jawaban pemuda manis itu sekali lagi. Dan saat Jisung kembali menatapnya dalam diam hingga memejamkan kedua matanya, saat itu pula Jaemin tersenyum karena ia tahu Jisungnya tidak akan menolak ciuman darinya.

Jaemin mengecup ujung bibir Jisung lalu mendorong pemuda manis itu pelan ke sisian meja pantry, pemuda manis itu masih memejamkan matanya dengan kedua tangan yang mencengkram lengan atas Jaemin.

Mata tajam Jaemin kembali menelusuri paras cantik Jisung, ia semakin terkagum-kagum dengan paras menawan Jisungnya.

"Jangan pernah menolak ciumanku lagi."

Tanpa peringatan Jaemin memiringkan kepalanya dan meraup keseluruhan bibir Jisung, melumat belahan ranum milik pemuda manis itu dan menyecap rasa lembut nan manis dari bibir Jisung.

"Mmmhh"

Lenguhan lirih Jisung semakin membuat Jaemin memperdalam ciuman panasnya. Bahkan lidahnya pun terjulur untuk menjilat permukaan lembut bibir pemuda manis itu.

"Nghhh"

Kedua tangannya meremas pinggang ramping Jisung. Sedangkan bibirnya tidak berhenti melumat bibir Jisung, menggigit bibir bawah Jisung dan melesakkan lidahnya kedalam mulut Jisung.

Saat Jisung menepuk dadanya, Jaemin mengalihkan ciumannya pada leher jenjang Jisung, meraup rakus perpotongan leher pemuda manis itu, mencium, menyesap dan melumat leher mulus milik Jisung.

"Mmhh Jae-Jaemin ..."

Jaemin menggeram, darahnya berdesir hebat saat mendengar namanya disebut lirih oleh Jisung. Tanpa sadar ia mengangkat tubuh Jisung dan mendudukannya diatas meja pantry, tangannya dengan tergesa menyingkap seragam dibagian bahu Jisung hingga membuat beberapa kancing terlepas dan terjatuh diatas lantai dapur.

Lelaki tampan itu memindahkan ciumannya pada bahu mulus Jisung, menjilat dan menyesap kulit mulus itu sementara tangan kanannya mengusap paha dalam Jisung sensual hingga Jisung kembali mengeluarkan desahannya.

"Jae-Jaemin .. aku belum .."

Jaemin menggeram saat Jisung mendorongnya untuk menyudahi setiap sentuhannya pada tubuh pemuda manis itu. Ia memejamkan matanya frustasi, mencoba menghilangkan gairahnya yang tadi meninggi.

"Maafkan aku sayang." Jaemin kembali menatap Jisung dan tersenyum, ia dapat melihat dengan jelas kedua mata indah Jisung yang berkaca-kaca.

"Jaemin, aku ..."

"Aku mengerti." Jaemin mengecup bibir Jisung sebelum menjauhkan tubuhnya. Matanya beralih kearah seragam Jisung yang beberapa kancingnya telah terlepas, dada dan bahu mulus Jisung terpampang didepan matanya.

"Kau harus mengganti bajumu. Tunggu sebentar aku akan mengambilkannya untukmu." Jaemin menatap Jisung yang terlihat gusar dengan semburat warna merah yang menghiasi pipi gembil itu, Jaemin menghembuskan nafasnya sebelum melangkah menuju kamar.

*
*
*
*

"My baby hamster akhirnya kau pulang juga." Ucap Xiaojun saat Jisung baru saja keluar dari mobil Jaemin.

Lelaki berdarah cina itu langsung menarik Jisung kedalam pelukannya, melupakan Jaemin yang sedang memandang tajam pemandangan itu.

"Kau bersama siapa? Apakah temanmu?" Tanya Xiaojun.

"O-oh kenalkan, ini Jaemin. Na Jaemin, kakak kelasku saat Junior High School dulu." Jisung tiba-tiba saja menjadi gugup saat memperkenalkan Xiaojun dan Jaemin.

"Jaemin?" Xiaojun mengangkat sebelah alisnya dan menatap Jisung bertanya.

"Oh Jaemin. Kenalkan, aku Xiaojun kekasih tampannya Jisung." Ucap Xiaojun dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

Jaemin menatap Xiaojun tajam, lelaki tampan itu tidak menggubris ucapan Xiaojun. Pandangannya masih terfokus pada pemuda manis yang terlihat gugup saat ini, ia pun tersenyum dan mendekatkan tubuhnya pada Jisung.

"Thanks for today baby."

Jaemin mengusap kepala Jisung sayang, dan segera memasuki mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Jisung.

"Well, dia cukup aneh untuk ukuran mantanmu Jisung baby." Xiaojun terkekeh.

"Diamlah. Xiaojun Ge memang sangat menyebalkan." Jisung mengerucutkan bibirnya.

"Ohh Jisung baby ~"

Xiaojun tertawa keras saat Jisung menghentakkan kakinya kesal dan berjalan cepat meninggalkan dirinya.

TBC.






Kutukan MantanWhere stories live. Discover now