1 : Fakta Terbuka

620 104 2
                                    

Feel what you need to feel then let it go.
Do not let it consume you.

-Dhiman-

Jakarta, 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta, 2021

Senyuman manis terus bertengger di bibir Rora sejak pagi. Dia sudah bangun pagi-pagi sekali untuk mempersiapkan diri. Mandi, menata rambut dan make up dengan penampilan profesional. Akhirnya, dia dihadapkan dengan kenyataan setelah puas kabur. Ketika dia lulus kuliah dan pulang bulan kemarin, Rora sadar bahwa dia harus bangun dari mimpi panjangnya. Mimpi yang tidak mungkin lagi akan dia lihat.

Rora bangkit dari kursinya ketika selesai bercermin. Tangannya meraih smoothie yang dia buat kemarin sebelum meneguknya sampai habis. Matanya menatap apartemen yang minggu lalu masih kosong melompong. Kini semua sudut ruangan sudah tertata rapi dan penuh dengan benda kesukaan Rora. Meskipun semua itu bukan pilihannya sendiri melainkan pilihan ayahnya.

Jangan salah paham, ayahnya bukan tipe pria control freak. Pria itu hanya ingin memastikan Rora hidup dengan nyaman walau sendirian. Mereka sempat bertengkar hebat ketika Rora baru pulang dari Amerika kemarin. Sebabnya adalah Rora tidak lagi mau tinggal di rumah bersama ayahnya. Rora sudah terbiasa hidup sendirian sejak dia tinggal di Amerika dan rasanya memang lebih nyaman. Meski hanya sedikit, Rora bisa merasa lebih bebas.

Tapi tetap diawasi, tentu saja. Matanya menangkap mobil sedan hitam yang ada di depan apartemen. Mobil itu selalu ada di tempat yang sama setiap pagi sejak Rora pindah ke sini. Bahkan ketika mereka tinggal di kota yang sama, ayahnya tetap menjaganya dengan ketat. Dia selalu mengingatkan Rora bahwa semua itu dia lakukan demi kebaikan gadis itu sendiri. Rora tidak bodoh dan sadar kalau hal itu memang benar.

Semasa sekolah, dia sering sekali membangkang. Rora sering kabur sepulang sekolah bersama temannya. Mereka pergi makan di mall bersama sampai ada orang asing yang tiba-tiba memotret dirinya dari kejauhan. Esok harinya, nama Rora muncul di surat kabar karena dia masih memakai seragam meski hari sudah sore. Perutnya mual ketika membaca tuduhan-tuduhan tidak benar yang ditulis oleh artikel itu hanya karena dia ingin jalan-jalan sehari saja bersama temannya.

Rora mengerti kalau dia dilahirkan dalam keluarga yang tidak biasa. Dia juga sering merasa kesal karena dilahirkan sebagai seorang perempuan. Hatinya lebih sensitif dan dia tidak pernah tega melihat wajah sedih ayahnya. Tapi Rora untuk pertama kalinya tidak mau mengalah soal tinggal sendiri. Meskipun ayahnya sudah memasang wajah sedih andalannya yang biasanya selalu membuat Rora luluh. Keputusannya soal tinggal sendiri sudah bulat.

Rora kaget ketika akhirnya ayahnya setuju. Dengan syarat, ayahnya mau Rora tinggal di apartemen pilihannya. Inilah kamar apartemen yang ayahnya pilih. Ukurannya terlalu luas untuk dibersihkan sendiri oleh Rora. Tentu saja ayahnya bilang kalau Bibi Rina, pelayan rumah mereka yang setia, akan datang untuk membersihkan apartemennya secara berkala. Rora hanya bisa mendengus dalam hati.

Castle In The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang