13. Because of You

681 38 0
                                    


"Apa kau gila?"

Wow, lihatlah orang gila yang mengatakan orang lain gila meskipun dia sendiri juga gila.

Travis memandang aneh gadis didepannya ini. Keningnya berkerut tanda heran atas semua perilaku Chicago.

Bahkan dari awal pertemuan mereka, Chicago adalah gadis paling 'membingungkan' yang pernah Travis temui dalam 19 tahun hidupnya sekarang.

Tiba-tiba Chicago menguap lebar, "Maaf, kau bilang apa?" katanya sembari menghapus cairan yang keluar dari hidungnya dengan punggung tangan setelah menangis kencang.

Rambut ikal kehitaman gadis itu nampak awut-awutan. Air bekas hujan juga beberapa kali menetes di ujung rambutnya.

Karena rasa kantuk mengalahkan segalanya, Chicago menjatuhkan dirinya ke tubuh Travis yang sontak disambut sigap oleh pria itu.

Beberapa kali Travis mendecak kesal. "Dasar gadis aneh!" gumamnya.

Travis membaringkan tubuh Chicago tak jauh dari tempat pembunuhan Selena berada.

Ia memutuskan untuk membereskan sisa 'kepuasan' nya ini agar tak ketahuan pihak berwajib tentunya. Satu ember sedang berisikan minyak disiramkannya ke seluruh lantai dekat Selena. Kemudian mengeluarkan sebilah korek lalu membakar tubuh Selena beserta gudang tersebut.

Anehnya, Travis malah menggendong Chicago keluar dari gudang sambil berekspresi khawatir.

Pria itu bergegas ke suatu rumah kecil di tempat terpencil dekat sana. Karena ada Chicago, terpaksa Travis harus menyalakan lampu karena sebelum-sebelumnya ia tak pernah mengisi rumah itu dengan cahaya satupun.

Travis menyukai 'kegelapan'.

"Kau merepotkan sekali huh." Lagi dan lagi Travis bergumam kesal.

Bagaimana tidak? Kehadiran gadis aneh nan gila ini merupakan kehadiran pertama adanya orang lain selain Travis sendiri yang mengetahui keberadaan rumah itu.

Belum lagi saat beberapa kali Chicago sering memergokinya entah sengaja atau tidak disengaja saat sedang memuaskan hasrat membunuhnya.

Sekarang, Travis terlalu malas untuk mengganti pakaian Chicago yang setengah basah. Pria itu ingin beranjak pergi namun langkahnya mendadak terhenti ketika merasakan ada sesuatu yang menahannya.

Pandangannya jatuh pada tangan Chicago yang tengah menahan pria itu meskipun matanya terpejam rapat.

Hembusan nafas kasar begitu jelas terdengar dari Travis. Cukup frustasi dengan segala kelakuan Chicago hari ini.

Termasuk ketika tangan gadis itu malah menarik celananya.

Damn it!

Kenapa gadis ini begitu aneh dan konyol?!

Dalam satu hentakan kesal tangan Chicago terlepas darinya. Menggantung begitu saja ditepi ranjang.

Yah, Travis tak memedulikan soal lampu tidur. Bahkan ia juga sudah tak peduli apakah pintu kamar yang ditempati gadis itu sekarang sudah ditutup atau tidak.

Persetan!

Travis melepaskan semua pakaian yang menempel ditubuh atletisnya.

Shower menyala perlahan. Membasahi seluruh tubuhnya, Travis memejamkan mata. Mencoba menenangkan dirinya untuk hari ini.

Tak butuh waktu lama, ia menyugar rambut blonde-nya hingga tetesan air berjatuhan di ujung-ujungnya. Setelah itu ia melilitkan handuk ke pinggangnya.

Suara gumaman dan tangisan Chicago tiba-tiba terdengar. Travis tersentak dan tanpa sadar dengan raut wajah cemas nya segera bergegas ke kamar gadis tersebut.

Benar saja, Chicago menangis dalam tidurnya sambil bergumam tak jelas.

Travis menduga gadis itu tengah bermimpi buruk saat ini.

Semuanya diluar kendali ketika Travis memeluk gadis itu dan mengusap lembut surai ikalnya. Namun satu hal yang pasti, ada sedikit ruang dalam perasaannya yang terasa berdebar aneh.

Layaknya seseorang yang benar-benar ketakutan, Chicago sontak merapat ke tubuh pria itu. Memeluknya erat dan perlahan tangis Chicago berhenti.

Terganti oleh senyuman saat mimpi buruk itu dihalau oleh Travis untuk mendekatinya.

Dan detik itu, Chicago merasakan jantungnya berdetak cepat sekalipun dalam tidurnya hanya karena satu orang...

Travis.

ACATHEXIS Where stories live. Discover now