じゅういち

675 63 19
                                    

Yeeey ga upload 3 hari 🤣
Sebenernya kmrn mau up, eh kelupaan..
Jadi yaudah deh, hari minggu hehe
Maapkeun sayang2ku

Selamat hari minggu!

Happy reading!

.

.

.

.

.



Malam itu, Halilintar pun beranjak pulang setelah menghabiskan sepanjang sore di rumah sakit. 

Bagaimanapun juga, ia harus sekolah di keesokan harinya sehingga mau tak mau ia harus pulang walaupun ada sedikit rasa tidak rela meninggalkan Ice yang tengah sakit itu.

Kalau bukan karena Ice dan Ibunya yang memaksa, Halilintar menolak untuk pulang malam itu.

Baru saja Halilintar menutup pintu kamar Ice, ia dikejutkan dengan seseorang yang tau-tau berdiri didepannya saat ia mengangkat kepalanya. 

Ia berdiri disana dengan nafas tersegal-segal. Hanya mengenakan selembar kaus tanpa jaket atau syal, butiran salju nampak jelas di beberapa bagian baju dan rambutnya.

Melihat itu membuat netra Halilintar melebar, ia refleks melepas syal yang dikenakannya dan memakaikannya pada sosok didepannya yang kini berusaha menetralkan nafasnya. Ia seperti baru saja menempuh perjalanan yang jauh. 

"Sol-" 

Belum sempat Halilintar berucap, Solar sudah menariknya kedalam pelukannya. Kemudian terdengar suara yang seperti isakan menggema di telinganya, butiran hangat nan basah pun mulai membasahi pundak Halilintar. 

Solar..menangis? 

Halilintar pun mendorong tubuh Solar, berusaha melepaskan diri dari pelukannya untuk melihat Solar lebih dekat. Dan benar saja, ia menangis. Matanya memerah dan bahunya gemetaran. 

Wajahnya kala itu terlihat begitu sedih dan frustasi, penampilan yang acak-acakan menambah kesan kelam pada dirinya. Halilintar sendiri tak mengerti mengapa Solar menangis kala itu, lalu kemudian ia teringat pada kejadian tadi siang. 

Pasti ini ada hubungannya dengan pertengkaran Solar dan ayahnya siang tadi.

"S-solar? kamu..kenapa?" Halilintar memberanikan diri bertanya. 

Brukk!

Ia dikejutkan saat Solar menjatuhkan benda yang sedari tadi dipegangnya. Sebuah file berwarna biru dengan puluhan kertas di dalamnya, dan kini semuanya berceceran di lantai. 

"aku bodoh...selama ini..." ia tiba-tiba terisak, Halilintar terkejut dibuatnya. 

Halilintar diam saja, masih bingung mencerna situasi saat ini dan tidak tau bagaimana menanggapinya. Ia pun merunduk dan memungut file itu, membereskan puluhan kertas disana masih dengan tanda tanya. 

Sebentar..

Di kertas-kertas itu tertulis nama dan kop sebuah rumah sakit , tepatnya rumah sakit Yayasan Kanker. Halilintar terdiam, mengamati kertas tersebut. Kemudian beberapa detik kemudian, netra-nya membelalak. 



 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ꜰɪʀꜱᴛ ꜱɴᴏᴡꜰʟᴀᴋᴇ (Ice x Halilintar x Solar) [END ✔]Where stories live. Discover now