Ch. 6 - Surat Milik Ibu

9 1 0
                                    

KAMIS, 01 MARET 2018 – AUDRIANNE UTAMI

Rasanya sudah lama sekali Anne tidak kembali ke rumah orang tuanya semenjak ia menikah dan hidup bersama dengan suaminya, Yoga. Ketidaknyamanan yang ia rasa selama perjalanan membuat dirinya nampak melamun hingga Yoga memanggil namanya, menarik dirinya kembali pada dunia nyata.

Hari itu bertepatan dengan hari ulang tahun ibu tirinya, Wulan yang telah menggantikan posisi ibu kandungnya dalam masa remaja hingga dewasa ini. Bukan sesuatu yang menyenangkan memang, tak ada memori yang pantas untuk disimpan juga tetapi mau bagaimanapun, ayahnya telah memberikan peluang bagi wanita itu untuk tinggal bersama mendiami rumah lamanya ini.

Suasana canggung. Keluarga yang tidak akrab. Tidaklah menjadi suatu hal yang baru lagi bagi Anne tetapi tidak untuk Yoga. Wulan menyambut mereka dengan lidah tajam, tanpa manisnya cium atau hangatnya sebuah pelukan. Anak tirinya sudah tak heran lagi.

Makan malam bersama tak bertahan lama karena Surya meminta anak serta menantu untuk bermalam di rumahnya, membuat sang ratu dalam istana semakin terusik akan hadirnya sepasang yang asing namun tak sanggup melawan mandat dari sang kepala keluarga. Lebih baik menyingkir saja.

Mereka yang masih tertinggal di ruang makan mencoba untuk memperbaiki suasana keruh. Dengan hadirnya Rio membuat hati Anne terasa lebih tenang. Ia sayang pada adik tirinya karena pria itu berbanding terbalik dengan sikap sang ibu. Rio juga sayang dan perhatian pada Anne. Tak repot, pria itu juga segera menyediakan pakaian untuk Yoga kenakan malam itu.

Sebelum benar-benar menghabiskan santap malamnya, Surya kembali menatap menantunya lalu berkata, "Yoga, sebelumnya aku ingin minta maaf. Aku tidak bermaksud untuk mengusirmu tapi bolehkah kau menunggu di kamar Anne? Ada yang ingin aku bicarakan empat mata saja dengan Anne."

Yoga sempat berdebat dengan pikirannya tetapi ia tetap menurut, menyanggupi permintaan ayahnya. "Oke."

"Terimakasih banyak."

Anne pun bertingkah sama, bertanya dalam hati akan apa yang ingin ayahnya sampaikan empat mata saja dengan dirinya.

Setelah mengantar Yoga ke dalam kamar miliknya, wanita itu segera mendatangi Surya yang telah menunggu di ruang kerja, salah satu tempat favorit Anne karena tidak ada pernak pernik Wulan di dalamnya. Hanya rak berisikan buku dan benda-benda usang milik sang ayah dengan aroma lapuk kayu tua yang khas.

"Hai," sapa anak perempuannya begitu mengetuk dengan kepala yang menyembul dari balik pintu setengah terbuka.

"Masuklah."

"Jadi apa yang ingin ayah sampaikan padaku?" Wanita itu duduk di dekat kursi milik sang ayah.

Surya bersikap serius, membuat Anne merasa semakin penasaran. "Ini tentang ibu kandungmu."

Anne menelan ludahnya dengan susah payah. Ia memperbaiki postur tubuhnya untuk dapat duduk lebih tegap. "Ada apa dengan ibu?"

"Sebenarnya ayah sudah lama ingin bercerita padamu tentang ibu tetapi Wulan selalu saja menghalangi, selalu menjauhkan kita berdua. Barusan aku melihat bagaimana cara Yoga membelamu jadi ayah pikir ada kesempatan untuk berbicara," terangnya.

"Sepertinya kini kau telah memiliki seorang ksatria pelindung." Sedikit Surya bercanda, mencairkan ketegangan antara mereka berdua, membuat Anne ikut tersenyum.

"Ada yang ingin aku berikan padamu. Tunggu disini sebentar," pinta Surya yang beranjak dari kursi lalu berdiri pada sebuah rak buku panjang miliknya. Jari telunjuk berjalan pelan menelusuri setiap judul hingga ditemukannya sebuah buku yang ia cari. Dibukanya buku tua itu lalu diambilnya beberapa kertas yang terselip di dalam, bukan halaman yang tersobek.

Edelweiss & Mustang Merah (Passing By Vol. 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang