10

969 220 26
                                    


Nada mendengar suara-suara di ruang tamu, Nada yang merasa tubuhnya lebih sehat melangkah pelan menuju ruang tamu, dengan memegangi benda-benda atau dinding yang ada di dekatnya ia melangkah pelan. Samar-samar seperti suara mamanya dan seorang wanita. Entah  siapa, yang jelas mamanya terdengar banyak bertanya.

"Lalu apa hubungannya, sampai Anda mencari menantu saya ke sini?"

"Saya masa lalu Agra, menantu Ibu."

"Oh hanya masa lalu, anak pertama saya juga masa lalu menantu saya dan tak ada masalah."

"Tapi dengan saya berbeda Bu."

Dahlia terlihat acuh tak acuh, sedemikian tergila-gilanya wanita di depannya ini sampai berhasil mengetahui di mana menantunya tinggal.

"Oh ya? Anda istimewa?"

"Yah karena ia meninggalkan anaknya pada saya."

Deg!

Kepala dan dada Dahlia terasa nyeri seketika, ia menahan rasa sakit dan marah. Ia tatap tajam wajah di depannya yang ia lihat tak ada yang istimewa selain tubuh yang menakutkan baginya karena menggunakan baju yang harusnya banyak bagian tertentu yang harus ditutupi.

"Heh banyak cara untuk menjerat laki-laki, tapi Anda tak akan berhasil menjerat menantu saya, bisa saja  itu hasil dengan laki-laki tapi Anda berdalih seolah itu anak dari menantu saya."

Karen berdiri, ia tatap tajam mata Dahlia.

"Terserah Ibu mau bilang apa, yang jelas orang tua Agra sudah tahu bahkan bertemu dengan cucunya yang wajahnya mirip Agra, atau jika Ibu ingin lebih jelas tanyakan pada Agra apa yang sudah terjadi diantara kami, atau ... bisa pada anak Ibu yang bernama Kasih, ia tahu apa yang terjadi diantara saya dan Agra, selamat siang!"

Karen melangkah meninggalkan rumah besar itu, ia puas telah menyampaikan apa yang ia inginkan, tak peduli Agra tak menghiraukan tapi paling tidak keluarga itu tahu jika Agra telah memiliki anak darinya.

Sedangkan Dahlia hanya mampu memegang kepalanya yang tiba-tiba saja berdenyut sakit. Ia tak menyangka dibalik wajah malaikat menantunya tersimpan sifat yang tak ia sangka-sangka. Ternyata kisah wanita yang berbaju kurang bahan tadi yang diketahui Kasih yang telah mengacaukan hidup anak sulungnya, hingga menghilang tujuh tahun dan kini juga akan mengacaukan kehidupan rumah tangga anak bungsunya. Tapi sekali lagi ia tak menyesal karena kebahagiaan Nada yang terpenting baginya saat ini.

Dahlia berdiri, tiba-tiba saja kepalanya pusing, tapi ia menguatkan langkah menuju ruang keluarga dan ia berteriak kaget saat melihat tubuh Nada yang tergelak di belakang lemari besar.

"Nadaaaa ... Sayaaang ... ya Allaaah kenapa lagi kamu Naaaak." Dan semuanya menjadi gelap.

.
.
.

Kasih berlari-lari menyusuri koridor klinik milik orang tua Arya, ia betul-betul kaget saat pembantunya memberi tahu jika mama dan adiknya, sama-sama pingsan dan ia bersyukur Arya sigap hingga keduanya tertangani dengan baik. Saat akhirnya bertemu Arya, laki-laki itu mengusap bahunya dan menggenggam tangannya.

"Nggak papa, mama sudah sadar kok, hanya Nada harus di ICU kondisi jantungnya tidak baik-baik saja, kita doakan saja."

"Tapi apa yang terjadi sebenarnya ya tadi Mbok Nah hanya bilang ada tamu, wanita seusia aku menemui mama dan mereka bicara, lalu ...."

"Di rumah ada cctv?"

"Ya Allah aku lupa, iya sih, nanti aku lihat, siapa tamunya."

"Trus gimana dengan pernikahan kita?" Mata Arya terlihat khawatir.

"Nggak papa tetep jalan, kondisi mama gimana kira-kira?"

"Alhamdulillah mama akan segera baik-baik saja, tadi tekanan darahnya tinggi banget, tapi in shaa Allah akan segera baik-baik saja, kenapa? Nggak nahan kan? Pingin segera kita nikah ya Sayang." Wajah Arya terlihat merajuk sambil menatap Kasih dengan tatapan mesra.

"Ck, Aryaaaa, ini loh klinik, tuh banyak orang, gimana sih, mana keadaan gawat lagi."

"Nggak juga, mama in shaa Allah nanti bisa pulang hanya Nada yang harus betul-betul intensif pengawasannya."

Terdengar langkah mendekat, ternyata Agra dan segera bertanya pada Arya.

"Ada apa dengan Nada?"

.
.
.

Dahlia baru saja merebahkan tubuhnya di kasur, memejamkan mata dan terasa nyaman saat Kasih menyelimutinya hingga terasa menutupi dada. Ia baru saja pulang dari klinik, Arya sudah memperoleh Dahlia pulang karena kondisi Dahlia yang semakin baik.

"Kasih, Agra mana?"

Kasih menatap mata ibunya yang terlihat cemas, sedih dan entah apa lagi.

"Ada Ma, paling juga masih memasukkan beberapa barang yang dibawa tadi."

"Suru dia ke sini, mama ada perlu, ada yang perlu mama tanyakan."

Kasih menggangguk lalu ke luar dari kamar mamanya, terlihat enggan saat mendekati Agra yang membawa tas mamanya.

"Kamu dipanggil mama."

Dan Kasih yang sudah berjaga-jaga menjauh masih dihadang oleh Agra.

"Aku juga ada perlu sama kamu, kapan kira-kira kita bisa ke luar berdua?"

Mata Kasih membulat, sebisanya ia menahan marah.

"Kau, betul-betul laki-laki tak waras, istrimu, sekaligus adikku saat ini sedang di ICU, setelah ini harusnya kau segera kembali ke klinik, lihat kondisinya, jaga dia!"

"Ada dokter itu kan? Lagi pula aku membayar ke klinik itu agar ada yang menjaga, terus terang aku tak menginginkan pernikahan ini Kasih, aku sudah bilang kan, bahkan aku juga menyesalkan mamamu tahu jika aku adalah masa lalumu, makanya beliau memaksa aku segera menikahi Nada karena Nada yang cinta padaku, aku bahkan tak tahu apa yang aku rasakan padanya tapi tak masalah, yang penting, aku selalu bisa bertemu denganmu, itu sudah lebih dari cukup."

"Teruslah bicara, aku tak akan melayani omongan orang tak waras!"

Kasih berlalu diiringi tatapan Agra yang tak henti menatap tubuh semampai itu hingga hilang dari pandangan matanya. Lalu perlahan ia melangkah tanpa tenaga menuju kamar ibu mertuanya yang saat itu ditemani oleh Mbok Nah.

"Duduklah Agra, ada hal penting yang ingin aku tanyakan."

"Iya Ma."

"Aki hanya ingin kamu menjawab dengan jujur, apa kamu sudah punya anak?"

Agra terhenyak mendengar pertanyaan Dahlia, ia berpikir keras tahu dari siapa ibu mertuanya.

"Jawab saja, iya atau tidak."

Agra menghela napas perlahan, berusaha menenangkan diri.

"Saya juga baru tahu Ma."

"Baru tahu? Bagiamana mungkin kamu baru tahu? Bukankah saat kau melakukan hal terlarang itu resikonya kau punya anak?"

"Karena prosesnya tidak sama seperti orang yang terniat untuk punya anak, saya dijebak dengan menggunakan obat perangsang."

Dahlia memejamkan mata, ia tak tahu harus bagaimana.

"Mengapa kau tak mengatakan jika kau punya anak? Seandainya aku tahu tak akan aku menyuruhmu menikahi Nada."

"Bukankah Mama tidak memberi saya pilihan? Saya pun sebenarnya belum ada rencana menikahi Nada bahkan sempat terpikir untuk mengakhiri pertunangan saya dengan Nada karena terus terang saya belum ada rasa apapun pada Nada."

Dahlia menatap Agra dengan tatapan marah.

"Kau? Dalam kurun waktu lama dekat dengan Nada belum juga ada rasa? Bagaimana bisa? Mengapa semua jadi kacau seperti ini? Mengapa tak kau katakan semuanya sejak awal hingga ia tak tersakiti olehmu, saat tahu kau adalah masa lalu kakaknya dan aku yakin sakitnya dia saat ini karena mendengar aku berbicara dengan wanita yang mengaku punya anak darimu."

"Lalu kesalahan saya apa Ma? Bukankah situasi seperti ini bukan karena saya? Yang sangat ingin bertunangan Nada dan yang memaksa saya menikahi Nada adalah Mama."

Napas Dahlia mulai tersengal hingga Mbok Nah yang sejak tadi diam segera mengusap lengan majikannya.

"Ke luar! Ke luar kau dari kamarku!"

💔💔💔

12 Maret 2022 (04.42)

Kasih (Saat Cinta Harus Memilih)Where stories live. Discover now