38. Antusiasme Yang Berbeda

515 43 0
                                    

Pada kenyataannya, walaupun ujian semester sudah berakhir, para siswa memang masih terkadang masih datang ke sekolah. Ya ... paling tidak untuk mengikuti kegiatan rutin yang biasa dilakukan oleh OSIS ketika masa tunggu pembagian rapor. Yaitu, acara class meeting.

Ehm ... sebenarnya untuk siswa kelas 12, acara class meeting sudah tidak menarik lagi. Jelas berbeda dengan anak-anak kelas 11, atau bahkan anak kelas 10. Yang tentu saja masih teramat antusias dengan acara itu.

"Ayolah!" seru Bima di kelas kala itu. Sang ketua kelas tampak memandang berkeliling. Pada semua temannya yang tersebar di semua arah alias tidak duduk tertib seperti biasanya. "Masa nggak ada yang mau ikut tanding. Ya kali kita WO semua cabang pertandingan."

"Hahahahahaha."

"Anggap aja kita berbaik hati, Bim."

"Biar kelas lain yang menang."

"Hahahahahaha."

Bima mengembuskan napas panjang. "Pak Eko selaku wali kelas kita udah ngasih ultimatum, Guys. Kalau ada satu pertandingan aja kita nggak ikut, ntar rapor kita bakal kena tahan semua."

"Eh? Untunglah kalau gitu."

Bima langsung menoleh ke arah Reki yang tampak menjungkit-jungkitkan kursi yang ia duduki. Cowok itu tampak cengar-cengir.

"Bagus deh kalau rapor ditahan Pak Eko. Hahahahaha. Aku pikir nilai aku semester ini bakal turun."

"Kebanyakan nonton bokep sih!" tukas Bima. "Ayo, Ki. Febrian, Wahyu, Soni, kamu, dan Tama deh."

Reki langsung memperbaiki posisi kursinya. Berniat untuk mengajukan keberatannya, eh ... mendadak terdengar suara Tama. Tepat ketika cowok itu masuk ke dalam kelas.

"Apaan? Kayaknya ada nama aku."

Bima mengangkat tangannya. Memberikan isyarat agar Tama mendekat padanya. Dan ketika Tama menghampirinya yang sedang berdiri di balik meja guru, Bima berkata seraya menunjuk papan tulis.

"Tim basket, Tam."

Tama lantas melihat pada papan tulis. Tampak tulisan tangan Bima di sana. Ketua kelasnya itu jelas tengah berusaha membentuk tim olahraga dadakan demi class meeting.

Tama sontak garuk-garuk kepala. "Males aku, Bim. Udah nggak mau lagi aku ngejar-ngejar bola."

"Hahahahaha," tawa Reki. "Tuh denger, Bim. Kita udah gede. Waktunya buat ngejar-ngejar cewek. Bukannya ngejar bola."

"Ampun dah," kata Bima. "Timbang sekali lagi ikut class meeting loh. Buat kenang-kenangan."

Tama mengembuskan napas panjang. Tepat ketika Eshika masuk ke dalam kelas. Cewek itu tampak menghentikan sejenak langkah kakinya. Membaca tulisan di papan tulis sementara Velly tampak melambaikan tangannya.

"Esh."

Eshika pun lantas memilih untuk langsung duduk di kursinya. Bergabung dengan Velly yang tampak menopang dagu dengan kedua sikunya.

"Ada apa?" Eshika pun bertanya pada Velly seraya meletakkan tas ranselnya yang terasa amat ringan hari itu –lantaran tak ada buku di dalamnya. "Kok kayak lagi serius."

Velly mengangkat bahunya sekilas. "Biasa, tim buat class meeting."

"Oh ...."

Tepat ketika Eshika melirih seperti itu, suara Bima terdengar lagi. Kali ini dengan menyenggol nama Eshika. Tentu saja membuat cewek itu menoleh.

"Tam. Kalau kita WO dari class meeting, Pak Eko bakal nahan rapor kita. Kamu mau lihat Eshika nggak dapat rapor? Ntar dia nggak bisa laporan sama Maminya loh. Terus pasti ntar kamu yang ditanyain."

[Masih] Sekolah Tapi Menikah "FIN"Where stories live. Discover now