1.0

420 35 4
                                    

Sebenernya ini aku udah posting di Twitter. Tapi nggak tahu kenapa aku pengen posting di sini juga. Mungkin karena ini full narasi.

Seorang pemuda yang milik paras yang tampan, tapi juga sangat manis dalam waktu bersamaan sedang duduk di suatu tempat. Dirinya diselimuti kesunyian, tanpa gangguan suara apapun. Duduk di bagian yang jarang di datangi orang lain.

Di sebuah perpustakaan dirinya terduduk dan berhadapan dengan buku tebal. Buku usang yang bahkan sudah sangat berdebu. Dari penampakannya terlihat buku yang sudah tua.

Dibukanya salah satu halaman yang dia inginkan. Hephaestus adalah tulisan yang tertera sebagai judul bab yang dia buka. Matanya yang indah mulai membaca setiap baris tulisan.


















“ANAK SIALAN! Nyusahin aja kamu itu”

“Sekarang saya tahu kenapa ibumu buang kamu waktu itu”

“Saya menyesal pernah mungut kamu”

“Kamu hanya bisa menjadi beban untuk keluarga saya”

“PERGI KAMU!”

“Dasar manusia tidak berguna”

Kata kata yang terdengar sangat menusuk. Kata kata yang bahkan lebih tajam daripada sebilah pisau. Siapapun yang mendengarnya mungkin akan merasa sakit hati.

Kata kata yang ditujukan kepada seorang pemuda yang bertubuh kurus dan nampak ringkih. Pemuda yang sempat terjatuh karena dorongan seorang yang memberinya kata kata menyakitkan tersebut.

Dibawah derasnya hujan dirinya menangis. Air matanya yang tercampur dengan air hujan. Pintu didepannya tertutup dengan keras. Sosok tersebut mulai berdiri dan berjalan tertatih.

Dia sadar akan kesalahannya, karena sudah tidak sengaja menjatuhkan gelas. Yang sayangnya terkena kaki adiknya yang masih kecil. Seorang adik yang sangat dia sayangi. Dan ternyata bukan adik kandungnya.

Salah satu fakta yang dirinya dengar tadi begitu menyakiti hatinya. Fakta dimana seorang yang dia anggap ibu, bukanlah ibu kandungnya. Meskipun ibu angkatnya sering berlaku semena-mena dan kata katanya selalu menyakiti hatinya. Dirinya masih sadar untuk tetap berbakti  pada orangtuanya. Tapi fakta lain tentang dirinya yang dibuang oleh ibu kandungnya juga membuat dia semakin merasa terbuang.

Hidup dengan kekurangan membuatnya dijauhi oleh orang orang disekitarnya. Kekurangan yang bahkan dirinya sendiri tidak menginginkannya. Kata kata cemoohan tak hanya datang dari ibu angkatnya tersebut.

Di derasnya hujan pemuda tersebut berjalan dengan tongkatnya. Barang yang dia sangat butuhkan. Berjalan tak tentu arah, dan mengikuti instingnya saja. Hingga tanpa sadar dirinya berjalan di jalanan yang amat sepi. Bahkan suara kendaraan pun tak terdengar

Segerombol pria yang sedang mabuk berteduh di emperan toko yang sudah tutup. Melihat pemuda manis yang berjalan sendiri di tempat sepi membuat beberapa pria tersebut menatap lapar pada sang pemuda.

“Argh apa ini? Lepaskan saya! TOLONG” pemuda tersebut terkaget saat ada orang yang menarik pergelangan tangannya.

“Tenang manis kita bakal senang senang kok”

“Wah gila manis banget, gak sabar gue mau nyicip”

“Ahahaha bener Lo, pesta kita malam ini” percakapan tiga pria tersebut terdengar sangat mengerikan bagi si pemuda.

Tubuh ringkih tersebut dilempar ke tembok di sebuah gang kecil. Bebernturan langsung dengan tembok membuatnya meringis kesakitan. Bahkan dirinya juga jatuh karena tak bisa menjaga keseimbangan.

Layaknya Hephaestus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang