16. Still A Dream

605 34 0
                                    


Drtt... Drrtt....

Dering telfon masuk berkali-kali terdengar. Namun sang pemilik benda pipih nan canggih itu hanya mengabaikannya saja.

Dia, Chicago memilih untuk sibuk menikmati ciumannya bersama Travis. Ciuman yang begitu liar dan terkesan menuntut.

Ini sudah kesekian kali mereka bercinta. Melewatkan kegiatan lain yang terlupakan dari kemarin sebab hasrat keduanya yang lebih besar dari apapun.

Chicago yang berada dibawah tubuh Travis sesekali menggigit bibir bawahnya menahan desahan. Pria itu meninggalkan banyak jejak kissmark di seluruh tubuhnya. Begitu juga dengan Travis, tubuh pria itu juga dipenuhi kissmark.

Merasa kehabisan oksigen, Chicago menepuk-nepuk pelan dada Travis. Juntaian benang saliva terlihat setelah Travis melepaskan cumbuannya.

Tangan Chicago mendadak mencengkeram kuat sprei kasurnya ketika Travis tanpa aba-aba memasukan milik pria itu ke dalam miliknya hingga menyentuh rahim.

Hanya butuh beberapa menit sebelum Chicago keluar. Travis mengerang nikmat sebelum membalik tubuh Chicago lalu memasukan miliknya kembali.

Mata Chicago hampir memutih sebab permainan liar pria itu membuatnya gila.

Travis...ahh...”

Uh, together Chia.” Travis dan Chicago mengerang nikmat bersamaan setelah mereka sampai di puncak.

Nafas keduanya saling memburu, untuk sejenak,

Travis merebahkan tubuhnya dan membawa Chicago dalam pelukannya. Ia menyelimuti tubuh mereka yang saat ini naked.

Selama beberapa saat, keduanya hanya diam dengan pandangan ke arah langit-langit kamar. “I like your voice when you call me Chia.” kata Chicago meliriknya sekilas.

Travis terkekeh entah kenapa. Perasaannya terasa jauh lebih baik setiap kali bersama gadis dalam dekapannya ini. Setelah bertahun-tahun lamanya ia hanya diam dan memuaskan hasrat berbahayanya...

Travis baru tahu rasanya bahagia.

Dan mungkin saja, ia sekarang jadi mengerti rasanya jatuh cinta meski hatinya terkubur dan hampir mati sudah sangat lama.

“Aku selalu punya mimpi tentang seseorang yang hampir serupa denganmu.”

“Meskipun hanya mimpi, tapi kurasa hanya dia yang selalu ada untukku.”

Ada jeda sesaat sebelum Travis mengecup lembut kening gadis itu, “Dan sekarang kurasa aku sudah menemukan sosok itu di dunia nyata.”

Tak ada sahutan apapun. Travis terkekeh pelan saat Chicago ternyata sudah tertidur. Pria itu mengeratkan pelukannya dan memutuskan untuk ikut menyusul Chicago ke alam mimpinya.

Udara yang berhembus melewati tirai menyelimuti keduanya. Meskipun waktu begitu cepat berlalu, dan Chicago dapat merasakan nafas teratur Travis dibelakangnya.

Gadis itu balas memeluk lengan Travis yang melingkar di perutnya. Ia menggenggam tangan itu dan mengecupnya cukup lama.

Chicago berbalik, tatapannya seketika jatuh pada wajah yang masih kentara datar nan kaku meski sedang tertidur itu.

Tanpa sadar Chicago tersenyum sendu menatapnya, “Sosok itu akan selalu ada disisimu.”

“Dan sayangnya...aku masih tetap menjadi mimpi untukmu, Travis.” ucapnya lirih.

ACATHEXIS Where stories live. Discover now