1.

188 29 6
                                    

Kaki Jeonghan melangkah masuk menuju sebuah perusahaan besar milik keluarga Choi. Dengan menebar senyum pada satpam serta ob yang menyapa dirinya. Jeonghan menekan tombol lift pada lift khusus CEO. Lantai 6. Dimana ruangan CEO itu berada.

Tok tok tok

Mendengar suara dari dalam, Jeonghan masuk. Dan berhadapan langsung dengan sang CEO.

"Selamat pagi, pak Seungcheol."

Seungcheol menatapnya jengah. Ia yakin ini pasti kerjaan maminya lagi. Sudah beberapa kali ia membuat para sekretarisnya resign mendadak karena kelakuannya.

"Nama saya Jeonghan. Yoon Jeonghan. Yang mulai detik ini akan menjadi sekretaris serta assisten pribadi bapak."

"Apa? Asisten pribadi? Maksudnya kamu bakal ikut saya ke apartemen saya?"

Jeonghan mengangguk. "Benar sekali, pak."

Jeonghan melihat Seungcheol seperti orang tertekan. Ia paham, Seungcheol tidak menyukai kalau urusan pribadinya di usik.

"Siapa yang suruh?"

"Nyonya Choi, pak."

Seungcheol mendengus. Kemudian ia berjalan mendekat ke arah Jeonghan. Bisa ia cium wangi parfum yang Jeonghan gunakan. Sweet Strawberries.

"Begini ya—."

"—Yoon Jeonghan, pak."

"Ah ya, Yoon Jeonghan. Kamu pasti sudah dikasih tau oleh mami saya kan kalau saya tidak suka urusan pribadi saya di ganggu." Jeonghan mengangguk.

"Jadi, saya minta kamu tidak usah ikuti saya sampai ke apartemen saya. Saya tidak suka bawa orang asing ke sana."

"Mohon maaf pak, tapi dari yang saya tau juga kalau bapak sering ajak wanita atau pria dari club' malam. Jadi mereka sama dengan saya kan pak? Orang asing."

Seungcheol mencoba menahan emosinya. Laki-laki di depannya ini ternyata sangat berani.

"Oke, tapi tidak tinggal di sana."

"Nyonya Choi menyewakan unit di sebelah unit bapak untuk saya pak."

Seungcheol menjambak rambutnya sendiri. "Mom, what are you doing?"

Jeonghan tidak menanggapi ucapan Seungcheol, ia melangkah untuk duduk di kursi yang akan menjadi tempatnya. Satu ruangan dengan Seungcheol. Membuka memo yang akan menjadi miliknya selama menjadi sekretaris.

"Satu jam lagi bapak ada meeting dengan tuan Kwon membahas kerjasama antar perusahaan." Ucap Jeonghan. Seungcheol duduk kembali di kursinya, kemudian ia memainkan ponselnya tanpa menanggapi ucapan Jeonghan. Tapi Jeonghan tidak terganggu akan hal itu. Ia kembali membaca memo yang merupakan jadwal kerja Seungcheol.

Seungcheol sesekali melirik ke arah Jeonghan yang sedang fokus. "Kita liat aja sampe sejauh apa dia bertahan." Batin Seungcheol.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Seungcheol mengendurkan dasi yang sedikit mencekik lehernya. Sambil berjalan menuju ruangannya dan tentu saja di ikuti oleh sang sekretaris.

Sesampainya di ruangannya, Seungcheol menjatuhkan dirinya ke sofa empuk di sana. Memejamkan matanya. Lalu kemudian ia tersadar kalau Jeonghan ternyata tidak mengikutinya.

Beberapa menit kemudian, pintu ruangan terbuka tanpa terketuk. Dan menampilkan Jeonghan dengan secangkir minuman hangat di sana.

"Teh hijau nya, pak." Jeonghan menaruh minuman itu di meja depan Seungcheol. Tanpa menjawab, Seungcheol menghirup aroma dari teh lalu meminumnya perlahan.

Secretary HanWhere stories live. Discover now