0.6

406 73 9
                                    

"Dua sidik jari tidak dikenal karena bentuknya tidak dapat dipastikan milik siapa, juga sebagian besar sidik jarimu, Jay

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dua sidik jari tidak dikenal karena bentuknya tidak dapat dipastikan milik siapa, juga sebagian besar sidik jarimu, Jay. Bukankah sudah kubilang untuk memakai sarung tangan ketika mengambil bukti seperti ini?"

Tangannya memutar kancing yang ia temukan kemarin, jarinya bahkan tidak dilapisi apapun, toh di sana juga ditemukan sidik jarinya. Aneh, bagaimana bisa sidik jari Jay ditemukan di tempat kejadian perkara, sedangkan dirinya tidak pernah memiliki kemeja dengan kancing berwarna biru gelap seperti ini?

"Kak Jay, memikirkan sesuatu?" Jay mendongak, mendapati Sunoo datang dan duduk di sebelahnya.

Taman, tempat terbaik untuk menyegarkan pikiran, apalagi ketika suasananya sepi tanpa ada orang. Namun, kini Sunoo datang dan mengacaukannya.

Jay menghela napas. "Tidak."

Sunoo ber-oh ria, menganggukkan kepalanya dan kembali menatap lurus ke depan. Sebenarnya, ada yang ingin ia tanyakan pada Jay, sesuatu yang tidak ia ketahui.

"Boleh aku bertanya?"

"Tidak."

"Apa ada bekas cekikan pada jasad pembunuhan kemarin?"

Keras kepala, Sunoo adalah salah satu pengidapnya, tetapi dengan pertanyaan remaja itu membuat Jay berpikir dan menoleh karena tertarik. Luka cekikan, ya? Saat Jay datang ke sana semuanya sudah dibereskan, baik itu jasad ataupun garis polisi yang melintang.

Ah, iya. Kemarin ia terlambat.

"Kenapa memangnya?"

"Para Brengsek yang melakukan pembunuhan berantai beberapa tahun lalu menghabisi nyawa manusia dengan mencekiknya." Sunoo berujar lancar, "mungkin tidak kalau Kak Jake juga melakukannya?"

Jay mendelik. "Kenapa harus dia yang ada di pikiranmu?"

"Bukankah sudah jelas?" Sunoo menoleh malas, "aku melihatnya ikut serta membunuh adikku."

"Omong kosong." Jay berdiri dan melirik ke arah Sunoo sekilas. Lelaki itu meregangkan tangannya dan menyipitkan mata ketika cahaya mentari sore masuk ke matanya.

"Aku tidak ada waktu untuk membica—"

Ting

"Tunggu, notifikasi ponselku!" Sunoo mengeluarkan ponselnya, memastikan apa yang baru saja benda persegi itu terima.

Matanya membulat setelah dengan seksama memahami apa isi di sana, membuat Jay berbalik dan sedikit mendekat.

Sunoo mengangkat kepalanya, menatap ke arah Jay yang kemudian menunjukkan raut wajah terkejut. "Pembunuhan, di dekat sini."

"Bodoh, di mana Jake?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bodoh, di mana Jake?"

Baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, darah Heeseung langsung mendidih ketika mendengar berita yang kebetulan tayang pada televisi yang menyala. Tidak jauh berbeda dengan Jungwon yang baru saja selesai mengelilingi rumah untuk mencari Jake, tetapi nihil, lelaki itu tidak ada di sana.

"Aku tidak tahu." Jungwon menjawab angkuh sambil memegangi kepalanya gusar.

Ke mana Jake? Padahal sebelum berangkat sekolah Jungwon sudah memastikan bahwa rumahnya terkunci rapat. Bagaimana bisa Jake keluar dari kandangnya? Walau lelaki itu mengaku tidak akan mengulanginya lagi, tetapi siapa yang akan percaya pada psikopat sepertinya?

Beberapa tahun silam, Jake menjadi salah satu bagian dari sekelompok psikopat yang menggegerkan kota. Membunuh secara acak dengan cekikan kuat dan tusukan pisau di mana-mana. Namun, itu dulu, katanya. Jake selamat berkat Heeseung yang menyembunyikannya, berkat Jungwon yang senantiasa menjaga lelaki itu untuk tidak keluar dan melakukan terapi dengan psikolog yang Heeseung sewa setiap 3 hari sekali.

Kabar buruknya, Jake sudah tidak melakukan terapi itu ketika sang psikolog ditemukan meninggal di bawah ranjangnya. Kematiannya disembunyikan, pencarian jasadnya dihentikan oleh polisi, sehingga sampai saat ini tidak ada yang menemukan jasad psikolog itu di bawah rumput halaman belakang mereka.

"Cari sampai dapat!" Heeseung berbalik dan melangkah keluar sambil menarik Jungwon. Lelaki itu menghempas adiknya hingga Jungwon hampir tersungkur ke arah bak sampah.

"Kalau dia tidak ditemukan, kamu yang menanggung akibatnya," ujar Heeseung sebelum berlari pergi dengan alasan mencari Jake.

Jungwon menghela napas. "Kurasa, hanya aku yang menemukan Jake, Kak Heeseung tidak berguna."

Sunghoon tersenyum lebar di balik topinya, ia merapatkan jaketnya dan melanjutkan langkah menuju rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sunghoon tersenyum lebar di balik topinya, ia merapatkan jaketnya dan melanjutkan langkah menuju rumahnya. Pembunuhan kembali terjadi, dan ia tidak terlambat. Sedikit puas ketika melihat Jay yang panik datang ketika dirinya sudah mengumpulkan bukti yang penting.

"Cekikan kali ini benar," ujarnya sambil memandang foto yang baru saja ia tangkap, memperlihatkan bekas cekikan yang berbeda dengan kemarin. Lebih rapi dan kuat, tidak hanya membiru di bagian bawah dagu saja.

Brughh

"Aduh!"

"Astaga, maafkan saya."

Seseorang menabraknya dengan kecepatan super, membuat Sunghoon terpental dan tanpa sengaja melepas foto yang ada di tangannya. Tanpa berpikir panjang, Sunghoon langsung berdiri dan mengedarkan pandangannya.

Gawat, jangan sampai foto tersebut hilang dan ditemukan orang lain.

"Maaf, maafkan saya." Lelaki yang menabrak Sunghoon tadi menunduk dalam, menarik perhatian Sunghoon yang suasana hatinya kini memburuk.

"Tak apa, sana pergi."

Heeseung menegakkan tubuhnya dan mengangguk. "Sekali lagi, saya minta maaf."

Lelaki bermarga Lee itu melanjutkan langkahnya, melintasi zebra cross dan mengeluarkan sebuah foto dari dalam sakunya.

"Ilegal," ujarnya sambil merobek foto tersebut dan kembali memasukkannya ke dalam saku.




















"Ilegal," ujarnya sambil merobek foto tersebut dan kembali memasukkannya ke dalam saku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saya gak punya draft 🙏🏼

RemainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang