309 54 0
                                    

Waiting for You
09

"kau yakin tidak apa-apa kalau aku pergi kan?"

Kaoru tersenyum,"tentu saja"

Kojiro menghela nafas sejenak, kemudian memeluk sahabatnya yang sekarang sudah menjadi kekasihnya itu erat-erat. "kau tahu kalau aku mencintaimu kan? Sangat, lebih dari yang pernah kau bayangkan".

Kaoru terdiam di dalam dekapan Kojiro, balas memeluk kekasihnya. Lama saling peluk dalam keheningan, panggilan dari ayah Kojiro membuat mereka melepas pelukan hangat itu.

"Hei Kojiro, jangan kebanyakan membual seperti itu, semua orang tahu kau adalah pembual besar, aku jadi kasihan pada Kaoru, bisa-bisanya ia menerima bajingan sepertimu menjadi kekasihnya" ayah Kojiro itu menggeleg-gelengkan kepalanya.

"Bilang saja kau iri sudah tidak bisa bermesraan dengan pujaan hati mu! Dasar pria tua" Kojiro bersungut-sungut tidak ingin kalah dari ayahnya yang bisa jadi super menyebalkan itu.

"Heh, sudahlah pembual, kurang ajar pula kau itu Kojiro" mana terima sang ayah diolok-olok seperti itu saja oleh anaknya.

Baru Kojiro ingin membalas lagi tapi Kaoru menghentikannya. "Sudahlah, hentikan itu Kojiro, tidak sopan seperti itu pada ayahmu".

"Baiklah" Kaoru tersenyum, puas mendengar jawaban kekasihnya.

Sedangkan ayah Kojiro tertawa lepas melihat anaknya tidak berkutik dan menurut begitu saja pada kekasihnya. "Sebaiknya kau dengarkan dengan baik apa kata kekasihmu!" kemudian lanjut tertawa.

Sedangkan yang ditertawai hanya bisa merengut tidak senang, Kaoru mengusap-usap pelan punggung kekasihnya, "Ayah jangan suka begitu, kasihan Kojiro", seperti Kojiro yang memanggil ibu Kaoru dengan pangilan 'ibu', Kaoru pun memanggil ayah Kojiro dengan panggilan 'ayah'.

Kojiro mengangguk menyetujui ucapan kekasihnya.

"hehehe...iya-iya yang sedang dalam masa sangat jatuh cinta pasti akan membela kekasihnya..." memang dasarnya ayah yang tidak pernah merasa kalau dirinya sudah berumur ya seperti ini, terus saja mengolok-olok anak maupun calon menantunya.

Kaoru yang dikatai seperti itu tentu saja merasa sangat malu, bisa dilihat dari wajahnya yang sangat merah seperti buah tomat itu.

"ya sudah, aku hanya ingin mengucapkan sampai jumpa saja, aku harus kembali ke kantorku sekarang, jaga dirimu baik-baik Kojiro, dan jangan pernah sekali-kali kau berani berselingkuh atau membuat kekasihmu menangis, aku adalah orang pertama yang akan datang menyusulmu ke Italia untuk menghajarmu jika kau berani melakukannya" ucap ayah kojiro dengan tampang serius.

"Tentu saja tidak perlu kau peringatkan pun aku sudah tahu"

"Hufft...bagus kalau begitu, aku akan pergi sekarang, sampai jumpa bocah" ayah Kojiro mendekap dengan menepuk-nepuk punggung anaknya sebentar, kemudian ia lepaskan dan berbalik pergi, meninggalkan Kaoru dan Kojiro yang sedang melambai ke arah ayahnya.

"Sampai jumpa pria tua menyebalkan!!!" Kojiro membalikan badannya untuk menghadap Kaoru, "Nah, ayo sekarang kita cari kursi kosong untuk duduk menunggu waktu penerbanganku tiba", Kojiro menggenggam tangan Kaoru dengan sebelah tangannya, sedangkan tangan sebelahnya menarik koper yang akan ia bawa ke Italia.

"Ayo" mereka berjalan bersisian mencari kursi tunggu yang kosong.

Sementara menunggu waktu penerbangan Kojiro diberitahukan, mereka berdua terus menghabiskan waktu-waktu terakhir mereka dengan bercengkrama sebagai sepasang kekasih unuk terakhir kalinya sebelum berpisah.

"Apa yang akan kau lakukan setelah aku pergi?" Kojiro duduk dengan menghadap Kaoru disebelahnya.

"Entahlah...aku tidak memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikanku ke perguruan tinggi sama sekali, mungkin aku akan mulai mempelajari cara hidup ibuku, dan mungkin aku akan menjadi seorang pembuat kaligrafi seperti ibuku juga" Kaoru menunduk dengan tersenyum saat mengatakannya, ia sudah memikirkannya dengan baik.

Waiting for YouWhere stories live. Discover now