5

2K 394 68
                                    

Seperti biasa 50 votes dan 20 comment ya! Yuk bisa yuk!

Happy reading!

***

Keduanya mampir di salah satu restoran ramen karena Renjun ingin makan mie dan jatuhlah pilihannya pada ramen. Selama makan, sesekali Renjun dan Mark mengobrol kadang tertawa atau bahkan kesal tapi Renjun lebih sering kesal karena Mark selalu mendapatkan celah untuk menggodanya. Benar-benar menyebalkan.

"Barusan mbak-mbak sebelah kita bisik-bisik tapi kedengaran sama aku," ujar Renjun pada Mark. Bibirnya mengulas senyum miring sedangnya Mark menatapnya dengan pandangan penuh tanya.

"Emang mbaknya bisik-bisik apa?" tanya Mark penasaran.

"Katanya kamu kaya om-om yang punya sugar baby."

UHUK! UHUK! UHUK!

Mark tersedak. Kenapa Renjun memberitahunya ketika ia sedang minum?!

Buru-buru yang lebih muda bangkit dari kursinya dan menepuk-nepuk pelan punggung Mark, sesekali juga mengusap pelan punggungnya. Matanya berkilat khawatir dengan kondisi Mark yang terlihat wajahnya memerah dan matanya berair.

"Maafin aku, Kak," lirih Renjun dengan pandangannya yang sarat akan kekhawatiran.

Mark menggoyangkan tangannya sesekali masih terbatuk kemudian berdeham, "Nggak apa-apa, Ren. Ekhem! Kamu nggak salah kok," jawab Mark yang masih merasakan gatal dan panas pada tenggorokkannya.

"Sorry," cicit yang lebih muda. Perasaan bersalah itu tak bisa dihindari, seharusnya ia tak bicara seperti itu tadi.

Mark tersenyum lembut kemudian mengamit sebelah tangan Renjun dan menggenggamnya, "It's okay, saya baik-baik aja. Cuma keselek aja sih karena biasanya orang bilang saya kaya anak kuliahan sih. Baru kali ini saya dengar ada orang yang bilang saya kaya om-om yang punya sugar baby. Padahal saya udah cukuran loh tadi pagi. Astaga, nggak habis pikir," jelas Mark sambil menggelengkan kepalanya. Lagi pula menurutnya lucu juga ketika ia dibilang seperti om-om.

Renjun terdiam sebentar kemudian mengangguk samar. Ia melepaskan genggaman tangan Mark dan kembali makan dalam diam. Mark tersenyum maklum, Renjun pasti merasa bersalah walaupun ia merasa itu bukan kesalahan besar. Lagi pula Renjun memang tidak sengaja.

"Bukan salah kamu. Nggak usah ngerasa bersalah, lihat deh! Saya udah baik-baik aja," Mark tersenyum dan mata sayunya menatap Renjun.

"Iya, Kak," balas Si Mungil kemudian membalas senyuman Mark dengan senyum tipis.

Keduanya melanjutkan makan tanpa ada yang bicara sedikit pun. Namun ketika Renjun selesai dan membalikkan sendoknya, ia merasa ada sesuatu yang kurang. Sesuatu yang seharusnya ia bawa namun sayangnya ia lupa benda apa itu.

Yang lebih muda memutuskan untuk membuka isi tasnya, bermaksud mengecek kira-kira apa yang tertinggal. Mark yang masih sibuk makan pun akhirnya menyadari jika Renjun tengah sibuk sendiri.

"Ren, kenapa?" tanya Mark yang ternyata justru diabaikan oleh yang lebih muda.

Si Mungil terus mengacak-acak isi tasnya tetapi nihil, ia tidak menemukan apapun yang tertinggal di sana.

"Kak, aku ngerasa kaya ketinggalan sesuatu gitu tapi aku nggak tau apa yang ketinggalan," ujarnya dengan bibir yang mengerucut.

"Coba saya bantu sebutkan ya. Kamu bawa laptop?"

Renjun menggeleng, "Nggak."

"Alat tulis, buku, kertas kuis mahasiswa?" tanya Mark lagi.

"Ada semua di tas."

PLUS ONE 📍 Markren ✔️Where stories live. Discover now