(15) Percakapan kecil

2.6K 270 2
                                    

Hari ini aku membawakan makan siang lagi ke gymnasium. Kali ini Omi meminta donburi, untung saja di dekat restaurantku bekerja ada yang menjual donburi. Aku juga membawakan beberapa kue krim puff yang manis sebagai pencuci mulut. Dari pinggir lapangan aku bisa melihat Omi yang masih latihan bersama timnya.

"Sepertinya dia tertekan," ujarku melihat wajah Omi berkerut memandangi Atsumu.

Lihat, Atsumu mengoceh sedari tadi tapi hanya didiami olehnya. Kasihan sekali dia, seperti benar-benar tertekan. Belum lagi tingkah teman clubnya yang tak jarang menggodai dirinya. Apa sempat ia berpikir ingin keluar dari clubnya?

"Omi! Semangat Omi!" tukasku memberinya semangat.

Dia menoleh, tapi tidak bereaksi apa-apa dan malah lanjut latihan. Baiklah, aku akan menunggu sampai dia selesai latihan dan memastikan makanan ini habis.

***

"Aku bisa sendiri," decaknya sebal.

Memangnya menyuapi suami sendiri itu salah ya? Tangannya dengan kasar merebut kotak makan dari tanganku, padahal di sini gak begitu ramai.

"Baiklah."

Kulihati dia yang makan dengan lahap. Entahlah antara lahap dan kesal, ekspresi wajahnya benar-benar kacau.

"Kau gak balik kerja?" tanyanya yang membuatku terkejut.

Kukira dia tidak akan mengajakku bicara mengingat moodnya yang kacau.

"Kau mengusirku?"

"Iya."

"Jahatnya!" timpalku.

"Enak."

"Huh?"

"Makanannya enak. Kau masak sendiri di restaurant?" tanyanya dengan mulut yang sibuk mengunyah.

"Enggak, aku beli."

"Kirain bikin sendiri."

"Gak sempet. Chef Azurin gak masuk, jadi aku cukup kewalahan menghandle pesanan yang banyak," jelasku menghela napas panjang.

Baru setengah hari saja aku dibuat kewalahan dengan jumlah pengunjung restaurant yang ramai. Belum lagi salah satu chef kami tidak masuk, boss seakan tidak membiarkanku duduk.

Kulihat dia sudah menghabiskan makanannya, dan meminum air putih yang telah aku bawakan.

"Apa moodmu baikan?"

Dia menatapku sejenak dan mengangguk.

"Udah makan?" tanyanya perhatian.

Hanya dengan pertanyaan sederhana itu saja bisa membuat jantungku berdebar.

"Udah."

"Jangan bohong."

Bagaimana dia bisa tau? Wajahku gak pucat juga. Aku hanya bisa terkekeh kecil. Kulihat dia menghela napas.

"Kau harus mementingkan dirimu terlebih dahulu, sayang."

"Ya ampun, ketampananmu meningkat seratus kali lipat ketika perhatian."

Dia mendecak, "Dengerin! Aku gak mau kalau kau sakit. Nanti aku yang repot."

"Iya, aku gak akan sakit, sayang. Jangan marah lagi dong. Tapi, boleh aku minta cium?"

"Kenapa bertanya dulu?" ujarnya.

"Kau boleh melakukannya kapan pun sesukamu, sayang," lanjutnya yang kemudian meraih daguku.

***

"Asik ya udah punya istri. Ciuman sepuasnya di mana pun dan kapan pun," tukas Atsumu ketika melihat Sakusa memasuki Gymnasium.

Sakusa membelalakkan matanya. Atsumu melihatnya?

"Iri? Bilang," tukas Sakusa seperti tidak merasa terganggu.

"Sakusa-san hebat!!" seru Hinata.

"Hey! Kau harus semangat latihannya!" timpal Bokuto berkacak pinggang.

Sakusa memilih untuk tidak merespon apa pun. Dia tidak mau membuang tenaga untuk hal yang tidak penting.

***

See you next chapter!
#skrind🦊

Become His Wife? | Sakusa Kiyoomi X ReaderDonde viven las historias. Descúbrelo ahora