Pagi yang Berbeda

438 67 11
                                    

Pagi ini Wooyoung tidak dibangunkan oleh teriakan ibunya atau dering telepon dari teman-temannya. Pagi ini Wooyoung bangun sendiri, sisi kiri kasurnya sudah kosong menandakan San sudah bangun lebih dulu. Wooyoung langsung berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok giginya, barulah dia keluar dari kamar. Kalau di drama-drama, biasanya sang suami akan ke dapur dan menemukan istrinya sedang memasak sarapan untuk mereka berdua. Dan ternyata, itulah yang terjadi pada Wooyoung ketika dia berjalan ke dapur, mendapati dapur sudah berantakan oleh cangkang telur yang tergeletak di meja. Pandangan Wooyoung teralih, menatap San yang memakai apron di tubuhnya. Tatapan matanya langsung mengarah pada pinggang ramping San yang terikat pita apron dan Wooyoung baru menyadari betapa kecilnya bagian tubuh suaminya yang satu itu.

San menyadari kehadiran Wooyoung. Dia hanya tersenyum kecil sebelum kembali berbalik badan, menghadap kompor untuk menggoreng omelette untuk sarapan mereka. Batinnya berperang, haruskah ia menawarkan Wooyoung sarapan seperti pasangan baik lainnya atau langsung dia sajikan aja masakannya di hadapan sang suami?

Lamunan San buyar seketika saat mendengar suara gelas kaca yang beradu dengan meja dapur berlapis marmer. San spontan menengok ke sumber suara, mendapati Wooyoung tengah menuangkan air panas ke sebuah cangkir yang perlahan isinya berubah hitam pekat.

"Mau?" Tawar Wooyoung.

San menggeleng, menolak tawaran si Jung. Dia kembali fokus pada masakannya tanpa memedulikan Wooyoung di sampingnya.

Setelah sarapan jadi, keduanya duduk di meja makan. Ada dua piring omelette dan segelas kopi juga air putih di meja.

"Selamat makan!" Seru keduanya bersamaan.

San langsung memakan omelette miliknya dengan lahap walaupun matanya sesekali melirik kearah Wooyoung yang juga sedang makan. Pemuda kelahiran juli itu merasakan jantungnya berdebar keras ketika melihat Wooyoung mengambil tisu dan membuang makanan di mulutnya. Si Jung tidak mengatakan apa-apa dan langsung meminum kopinya. Hanya saja dia tidak menyentuh omelette buatan San lagi.

San memakan omelette di piringnya dengan perlahan, mencoba merasakan apa ada yang salah dengan masakannya barusan. Dia menyadari, omelette ini hanya terasa asin. Bentar, memang harusnya begitu rasa omelette 'kan?

"Kenapa berenti makannya?"

San terlonjak dari duduknya mendengar suara Wooyoung. Dia tersenyum canggung. "Wooyoung sendiri kenapa nggak makan?" Tanyanya.

"Aku? Oh, aku emang jarang sarapan pagi."

Bohong. Jelas-jelas Wooyoung tadi memuntahkan omelette yang sudah dimakannya.

"Biasanya minum kopi aja," ujar Wooyoung sambil mengangkat cangkir di tangannya.

"Oh, gitu," respon San, kembali melanjutkan kegiatan makannya.

San membawa piring kotornya ke wastafel, menumpuknya di sana dan berjalan ke kamarnya lagi. Sementara Wooyoung masih duduk di tempatnya sampai San hilang, barulah dia membawa piring miliknya yang masih terisi omelette dan membuangnya ke tong sampah. Kemudian mencuci piring-piring kotor itu dan meletakkannya di tempat semula. Dia menghela nafas ketika pekerjaan selesai. Wooyoung kebingungan ingin melakukan apa sekarang karna biasanya di jam-jam segini dia udah di kantor ayahnya, membantunya mengerjakan beberapa dokumen. Sedangkan sebulanan ini dia harus di rumah karna mendapatkan 'cuti menikah', katanya.

Wooyoung mengambil ponselnya, membuka kolom pencarian dan mengetik kalimat; apa yang biasa dilakukan pasangan selama bulan madu?

Si tunggal Jung itu benar-benar buntu kalau bicara soal percintaan.

-oOo-

Menjelang sore Wooyoung mengajak San jalan-jalan keluar walaupun si Jung itu juga tidak tau akan pergi kemana. Yang jelas dia ingin keluar rumah, udah suntuk setengah hari di dalam rumah tanpa melakukan apa-apa. Tadi juga mereka hanya menonton film berdua dalam kesunyian karna tak ada satupun yang bicara.

Mereka masih canggung.

"Kemana ya?" Gumam Wooyoung sambil menatap ke jalanan di depannya sementara tangannya sibuk menyetir.

San yang duduk di sampingnya jelas mendengar gumaman di Jung dan langsung mengusulkan, "Ke petshop aja ya? Beli makanan kucing."

"Kamu melihara kucing emangnya? Kenapa nggak dibawa ke rumah kita aja?"

San merasakan pipinya memanas mendengar kata kita keluar dari mulut Wooyoung.

"Nggak. Mama alergi bulu, jadi nggak bisa melihara kucing."

"Terus? Makanan kucing itu buat apa?"

"Buat kucing liar."

Wooyoung mengangguk, langsung mengemudikan mobilnya ke petshop terdekat dan memarkirnya di area parkir tepat di samping petshop.

Lucunya ketika San hendak membuka seatbelt miliknya, tiba-tiba benda tersebut macet dan susah dibuka. Wooyoung yang melihat suaminya kesusahan membuka seatbelt langsung mencondongkan tubuhnya kearah San yang tentu aja mengejutkan si Choi karna tingkah spontanitasnya.

Setelah bunyi 'klik', Wooyoung tidak langsung beranjak. Dia menatap mata San selama beberapa saat sebelum berujar lirih, "Can I kiss you?"

San yang masih terkejut kontan mengangguk kepalanya yang dianggap Wooyoung sebagai persetujuan.

Wooyoung memiringkan kepalanya, mempertemukan bibirnya dengan belah bibir San, melumatnya pelan sambil lidahnya sesekali menyapu benda kenyal itu. Tangannya terulur, merengkuh pinggang ramping San sambil mengelusnya dengan lembut. Bibir San terbuka, memberi akses masuk bagi Wooyoung untuk membawa ciuman ini menjadi lebih intens. Lidah Wooyoung masuk, membelit lidah San. Kontak mata keduanya belum terputus walaupun sesekali mata San menyipit setiap benda lunak itu menerobos rongga mulutnya. Tangan San yang memegang seatbelt terlepas, mengarah ke kaos yang Wooyoung kenakan, meremasnya hingga kusut. Dan Wooyoung menyadari, begitulah bahasa tubuh San ketika dirinya merasa nikmat. Wooyoung melepas ciumannya ketika merasakan nafasnya hampir habis, dia menyeringai sambil mengusap bibirnya yang basah oleh saliva.

"Manis."

Dan satu kata itu sukses membuat wajah San semakin memerah.

Wooyoung turun dari mobil setelahnya, mengabaikan bibirnya sedikit bengkak karna San yang turut andil dalam pergulatan lidah beberapa saat lalu. Dia membukakan pintu untuk San dan suaminya itu langsung turun tanpa banyak bicara. Dia menyodorkan beberapa lembar tisu kearah San sambil menunjuk bibir, dagu, dan lehernya sendiri. San mengedipkan matanya, tak menangkap bahasa tubuh Wooyoung. Si Jung yang kepalang gemas langsung mengulurkan tangannya, memegang leher San dan membiarkan tangan satunya mengelap saliva yang ada di wajah San.

Tingkah Wooyoung barusan benar-benar membuat otak San berhenti bekerja dan membuat jantung San bekerja ekstra karna terus berdetak tak normal ketika berada di dekat si Jung.

Jung Wooyoung kadang bisa jadi si paling bodoh dalam percintaan. Tapi dia juga bisa sangat handal dalam urusan memberikan afeksi terutama sentuhan fisik.

—TBC

Imperfect MarriageWhere stories live. Discover now