VERKWAN-Lahiran Caesar

412 49 4
                                    

"Selamat pagi, anak mama yang paling gembul..."

Ajeng menciumi wajah bayi perempuannya dengan gemas, yang baru berusia dua hari. Suami Ajeng -Vernon- hanya menggeleng kecil melihat tingkah istrinya.

"Bule banget tau nggak mukamu, kayak papamu. Kekekeke...." Ajeng terkekeh geli. "Tapi nggak papa, yang penting cantik. Justru mama bersyukur kalo kamu mirip bule gini, biar nanti kalau udah gede, bisa jadi model, jadi artis, jadi influencer, pokoknya di dunia entertain lah..."

"Jadi apa aja boleh, nggak harus jadi artis. Jangan dengerin mama ya nak." Sela Vernon.

"Ih, tapi kan sayang banget kalo dia nggak jadi artis, cantik gini." Bantah Ajeng.

"Aku malah nggak pengen anakku jadi artis."

"Kenapa coba?"

"Ya nggak suka aja kalo wajah sama tubuh anakku dinikmati banyak orang."

Ajeng memutar bola matanya malas. "Princess-mu baru umur dua hari papa, jangan protektif deh."

"Emang kenapa? Nggak boleh? Aku kan papanya. Iya kan, Nata?" Vernon mengajak bicara anaknya sambil menggenggam tangan mungil anaknya.

"Ih, kok dipanggil Nata? Emang Nata de coco apa! Lili aja!" Seru Ajeng tak terima.

"Aku maunya Nata!"

"Enggak! Enggak! Lili aja! Namanya aja Natalie Gendhis Chew. Panggil Lili aja, nggak terlalu lokal, nggak terlalu bule juga."

Vernon hanya menghela napas sebentar. "Terserah."

Setelahnya, ganti Ajeng yang mencubit kedua pipi suaminya. "Gemes banget suami aku kalo lagi ngalah gini, jadi makin sayang."

"Eh, oh iya, Yang, nanti sore mama sama yang lain mau kesini, nengok Lili."

"Hm."

"Ih, kok gitu jawabnya?"

"Ya terus?"

"Ya apa kek, masa hm doang?"

"Ya kan, nggak mungkin aku ngelarang?"

"Ya nggak gitu juga!"

Melihat Ajeng yang mulai memajukan bibirnya karena kesal, membuat Vernon hanya terkekeh geli. "Cerewet banget sih."

"Nggak tau ah!"

"Emang mau disiapin apa buat mereka nanti?" Tanya Vernon.

"Enaknya apa? Kita cuma punya cookies kalengan sih."

"Ntar aku pesen aja deh ya?"

Ajeng mengangguk mengiyakan.

***

"Kamu tuh kenapa nggak ngabarin mama coba kalo mau lahiran? Kan, bisa mama bantuin." Tegur mama Ajeng sambil menggendong cucunya.

"Ajeng juga gak tau kalo tiba-tiba mau lahiran, tau-tau udah sakit aja perutnya. Jadi, sama Vernon langsung aja dibawa ke rumah sakit, saking paniknya sampai nggak ngabarin mama. Maaf ya ma."

"Ya udah, nggak papa, yang penting semuanya selamat dan sehat."

"Lahirannya normal apa caesar?" Tanya si Tante.

"Caesar tante, soalnya Lili bobotnya besar, kata dokter nggak memungkinkan kalo harus normal."

"Hm gitu... Kamu sih, makannya nggak hati-hati."

"Hah? Maksudnya apa ya Tante?" Ajeng mengerutkan keningnya tidak mengerti.

"Iya, pasti di trimester ketiga, kamu nggak jaga pola makan. Makanya, anak kamu kelebihan bobot, sampai nggak bisa kalau harus lahiran normal. Kalau seorang ibu itu belum pernah lahiran normal..." Sang Tante menggelengkan kepalanya. "...dia belum jadi ibu seutuhnya..."

"Hubungannya apa coba? Toh, Lili juga anak Ajeng. Sembilan bulan di perut Ajeng, makan sama minum lewat Ajeng selama di perut. Kok bisa-bisanya Tante bilang belum bisa jadi ibu seutuhnya? Selama sembilan bulan dikira perut saya isinya semangka apa? Yang bener aja lah, kalo ngomong! Yang ada logika dikit! Lagian, kalo anak Ajeng bobotnya besar ya bagus dong, berarti dia sehat, nggak kayak anak busung lapar!"

"Tuh mbak, liat anak kamu! Ngebantah aja bisanya! Apalagi semenjak nikah sama bule. Hmm, makin-makin kelakuannya."

Ucapan Tante Ajeng, membuat Vernon yang sedang duduk di sebelah istrinya, merasa tidak nyaman. Ajeng yang merasakan itupun segera membalas. "Emang kenapa coba kalo suami Ajeng bule? Iri ya? Karena anak Tante dapet orang lokal tapi pengangguran dan tukang selingkuh?"

"Heh!" Tante Ajeng melotot marah.

"Apa? Emang bener kan? Tante kalo cuma mau nyinyir, pulang aja sana! Bikin rusak suasana aja!" Usir Ajeng tak kenal takut. "Selama hamil, Ajeng diem ya Tante nyinyirin, tujuan Ajeng cuma satu, biar anak Ajeng nggak mirip sama Tante. Tapi sekarang nggak ada sabar-sabar, karena Tante kalo didiemin makin ngelunjak! Pake segala bawa-bawa suami sama anak aku! Udah sana pulang! Kesini cuma minta makan sambil nyinyir kok bangga!"

"Kamu!"

"Apa!?" Ajeng mendongakkan kepalanya.

Vernon dan ibu mertuanya hanya bisa diam melihat hal itu terjadi di depan keduanya. Bukan karena apa, jika Ajeng diminta untuk diam, dia akan semakin cerewet setelahnya dan menyalahkan orang yang membuatnya tidak bisa mengeluarkan uneg-unegnya. Itu sebabnya, Vernon selalu mengalah dan diam jika istrinya itu mulai cerewet, dan menuruti semua yang diminta oleh istrinya.

"Kok diem? Udah sana Tante pulang!" Usir Ajeng sekali lagi.

"Awas aja ya kamu!" Ancam tantenya.

"Apa? Nggak takut tuh!"

Tante Ajeng pulang dengan perasaan kesal luar biasa, terlihat dari cara berjalannya yang menghentak-hentak.

Setelah melihat kepergian tantenya, wajah Ajeng masih merengut tak suka. "Mama ngapain sih bawa itu Mak lampir kesini? Udah tau orangnya ngeselin banget begitu."

"Tiba-tiba aja dateng ke rumah pas mama udah rapi, terus tanya mau kemana. Jadi, ya gitu."

"Sayang, maaf ya. Jangan dengerin omongan Tante aku, kamu tau lah dia kayak gimana? Lampir!"

Vernon hanya mengangguk dan tersenyum.

"Kok bisa sih, mama punya adik kayak dia? Super ngeselin!"

"Adik tiri, bukan kandung!" Koreksi mama Ajeng.

"Tetep aja ngeselin! Dasar lampir!"

"Sstt! Jangan ngutuk orang di depan Lili." Tegur Vernon.

"Abisnya ngeselin sih!"

"Tapi, udah lega kan karena udah ngebales?"

"Belom lah! Kan nggak sempet nyakar mukanya tadi! Seandainya, jahitan perut aku udah kering, pasti aku acak-acak mukanya! Ngurus mulu semenjak aku hamil, kayak dia yang paling bener aja! Dokter kandungan juga bukan! Nggak boleh makan ini lah, itu lah! Harus gini, harus gitu! Sampai panas kupingku dengerin ocehannya dia. Aku yang hamil, aku yang punya anak, bisa-bisanya ngatur!"

Vernon dan ibu mertuanya hanya menggeleng pelan melihat kelakuan Ajeng.

"Udah, udah! Nih, anak kamu sampai kebangun. Lapar kayaknya dia, kasih asi dulu sana." Ujar mama Ajeng sambil menyerahkan Lili kepada anaknya.

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
MarriedWhere stories live. Discover now