01

2.1K 229 1
                                    

"Hidup gue bakalan hancur setelah ini," ungkap Soobin tepat setelah bokongnya mendarat di kursi kayu dan hampir melemparkan mangkuk kecil berisi es krim yang sebelumnya ia bawa.

"Baru dateng udah marah-marah, mau pura-pura budek nih gue," balas sahabatnya ini sambil memainkan ponselnya tak acuh.

"Gyu, mimpi apa sih gue semalem? makan makanan apa gue kemaren? Ah nyebelin banget, banget, banget." Lagi-lagi Soobin merengek.

"Emang kenapa sih, Bin? Lupa ngerjain tugas? Ada utang sama bu kantin? dijulidin dosen? apa apa coba? sini cerita sama Beomgyu." Beomgyu dengan percaya diri menepuk-nepuk dadanya.

Soobin menatap temannya ini sebelum memperhatikan sekelilingnya. Malam ini tidak banyak mahasiswa yang datang. Teman-temannya yang ia kenal juga tidak ada disini. Lalu lelaki itu kembali menatap Beomgyu.

"K-Kak... Aduh gimana ya Gyu, lo pasti jungkir balik kalo gue kasih tau." Soobin mengambil sendok es krim dan memainkan es krim vanilla itu.

"Gue jadi makin penasaran elah, cepet."

"Tapi lo jangan teriak, oke?" Beomgyu langsung menangguk. "Jadi... gue ketemu Kak Yeonjun."

Beomgyu mengerutkan kening sambil mencibir. "Dih, bukannya udah biasa? hampir tiap hari juga lo papasan kali ah di lorong kelas."

"Dia ada di kamar gue, Gyu..." balas Soobin pelan dan memasukan sesendok es krim ke mulutnya. Coba saja es krim ini bisa menelan semua rasa yang ada, sudah pasti jadi diabetes anak ini.

"Hah? Ngapain? Lo ngobrol sama dia? Apa dia minta sesuatu dari lo? Semua hoodie dia yang lo pernah pake kan udah gue kasihin. Mau apa si tu anak, hah? perlu gue ajakin adu jotos?"

"Kek bisa menang aja lo."

"Maksud gue adu jotos sama Taehyun, Bin, bukan gue," jawab Beomgyu mulai tersenyum. Tapi hal itu tak bertahan lama karena kemudian ia kembali menatap temannya ini dengan raut tajam. "Tapi seriusan deh, tu cowo mau ngapain lagi si? Padahal udah gue ingetin kalo-"

"Dia jadi roommate gue, Beomgyu."

Beomgyu langsung terdiam seperti adanya tombol pause di wajahnya. Soobin tidak perlu melihat wajah sahabatnya ini, tapi dia tahu bahwa pasti saat ini mata Beomgyu melebar dan mulutnya menganga. Satu erangan keras keluar dari mulut Beomgyu, menyebabkan beberapa pengunjung menatapnya sinis.

"Ish, gue bilang jangan teriak. Banyak orang, malu." Soobin memukul pelan lengan lelaki dihadapannya sambil menyimpan telunjuknya ke bibir merahnya.

"Gue gangerti lagi deh sama jalan pemikiran dia. Bisa-bisanya dia nyogok kepala administrasi buat pindah kamar sama lo? Biar apa coba? Kenapa harus jadi roommate lo sih?"

"G-gue gatau maksud dia apa. Gue ga peduli lagi sama dia. Gak. Gaboleh peduli lagi. Pokoknya, gue bingung banget ini harus gimana sekarang. Gue gabisa balik. Gamau balik lagi." Soobin menghela napasnya pelan.

Beomgyu memiringkan kepala sambil tersenyum lembut. Ia tahu, teman dekatnya ini memiliki masa lalu yang kurang mengenakan bersama teman kamarnya yang baru itu.

Kemudian, Beomgyu berdiri dan duduk di samping Soobin. Ia menaruh tangannya pada punggung lebar Soobin lalu menepuknya pelan. Yang ditepuk hanya menempelkan pipi berlesungnya ke meja.

"Gue gamau ketemu dia lagi, Gyu. Gamau. Ntar gue sinting sendiri."

"Malem ini boleh kok lo nginep dikamar gue," celetuk Balas Beomgyu tersenyum.

"Gue pindah sama lo aja plis, ya, Gyu, ya?"

"Lo mau tidur di lorong? Ya boleh aja si, Bin. Gamasalah."

Soobin mendengus. "Tau ah."

"Jalani dulu aja ya? Gapapa kok lo sering-sering main ke kamar gue tiap kali dia dateng."

Yah, mau tidak mau memang Soobin harus menjalaninya.

"Yang penting, jangan pernah kasih kesempatan buat dia. Lupain cowo gak bener kaya gitu. Ngerti?"

Soobin hanya mengangguk pasrah.

---

Yeonjun dan Lucas sama sekali belum membokar semua barang-barang Yeonjun. Mereka hanya diam memikirkan teman sekamar Yeonjun.

"Apa gue minta ganti kamar aja ya, Luc? Ah, tapi pasti ga dibolehin. Kemaren beliau bilang jangan protes lagi. Kalo gue minta satu hal lagi bisa-bisa kaga dibenerin kamar gue."

Lucas hanya mengangkat kedua pundaknya. Ia juga sama kebingungannya dengan lelaki bermata rubah itu.

"Padahal enak ya? Lo bisa liatin doi tiap detik," kekeh Lucas pelan. Ia tahu di lubuk hati sahabatnya itu pasti dia sedang berbunga-bunga.

"Trus menurut lo enak gitu kalo gue di posisi dia?" ucap Yeonjun menatap kasur di sebrangnya.

"Becanda, elah. Gue juga gamau lo deket-deket lagi sama dia." Lucas menghembuskan napasnya. Mana mungkin Soobin bisa nyaman berada di satu ruangan dengan Yeonjun.

"Tapi," Lucas beranjak dari tempat duduknya. "Bisa aja tiap kali dia disini, lo keluar. Gaperlu ketemu kan?"

"Bisa aja." Yeonjun memanggut-manggut. "Tapi, lo pikir dia bakal denger gue? Ga liat apa reaksi dia ketemu gue? Dikira gue hantu, Luc."

"Gampang itumah. Udah sekarang gue bantu beresin ini, oke?"

Yeonjun hanya mengangguk dan menatap jam analog putih milik Soobin. "Tapi jam segini kok belum pulang si."

Lucas yang sedang membuka kotak kardus hanya menatap malas Yeonjun. "Kenapa emangnya? Masih peduli?"

"Gue.. yah gue cuma penasaran aja. Ga biasanya dia keluar sampe jam segini."

"Jun, tau apa lo soal dia sekarang? Udah lewat 1 tahun, Jun. Udah deh, gue pikir jelas ya. Gue gamau lo deket sama Soobin lagi. Sekarang, gausah lo perhatiin barang-barang dia, tapi bantuin gue."

Yeonjun menangguk. Benar, ia sudah hampir move on dari mantannya itu. Ia juga tidak bisa terus menerus memperhatikan lelaki itu secara diam-diam.

"Gue udah hampir move on, kok," ucap Yeonjun pelan sebelum berdiri. "Hampir."






🌈🌈🌈

soo that was the first chapter!

Hehe now it's time to tap the star down there and done!

Okay, now, swipe up!><

Roommate ; yeonbin au [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang