five

467 58 2
                                    

MATAKU melebar menatap papa yang sekarang duduk di ruang keluarga

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

MATAKU melebar menatap papa yang sekarang duduk di ruang keluarga. aku pikir, dia sedang bertugas. jadi aku bisa pulang lebih malam. tapi ternyata, papa pulang lebih awal dari yang aku duga.

"kok baru pulang jam segini? habis dari mana?"

suara bariton papa membuatku merinding. ia menyalakan lampu yang ada di dekatnya. sekarang, wajah menakutkannya terlihat lebih jelas.

"eum, dari toko buku, pa," jawabku yang setengah bohong, setengahnya lagi benar. aku memang dari toko buku, kan?

"dari toko buku kok sampai jam delapan malam? ngapain kamu berjam-jam di toko buku?" cecarnya. "kamu habis main ya?"

mampus, batinku. aku tidak bisa mengelak ucapan papa karena memang begitu kenyataannya. entah kenapa aku jadi tidak bisa berbohong padanya, padahal biasanya aku selalu membohonginya.

"pa, aku—"

"terus itu siapa? kamu sering banget pergi sama dia," tanya papa lagi. ternyata dia selama ini memperhatikanku ketika aku pergi di malam minggu. "kamu punya pacar, iya kan?"

aku menghela napas lewat mulut. aku menjawab, "iya, dia pacarku. kenapa sih, pa?"

papa menatapku tidak suka. alisnya menukik tajam. baru kali ini aku melihat papa sangat marah padaku.

"kamu seharusnya nggak pacaran, [name]! kamu itu masih sekolah. kamu harusnya fokus sama sekolahmu dulu. kamu tau kan kalau papa pengen kamu masuk ke universitas kedokteran? kenapa kamu malah pacaran?"

papa mengomel panjang lebar. dia memarahiku karena aku berpacaran alih-alih fokus pada sekolahku. papa kelihatan kecewa padaku karena aku adalah harapan dia satu-satunya. ia menaruh harapan yang besar padaku agar aku menjadi seorang dokter kelak.

tapi aku juga kecewa! aku merasa papa terlalu mengatur hidupku. dia terlalu mengekang aku, menyetirku, dan memperlakukanku sesuai dengan keinginannya.

"pa, aku juga pengen jadi kayak anak muda lainnya. aku nggak mau diam di rumah terus. aku pengen merasakan kehidupanku seperti anak lain. kenapa papa selalu ngatur aku?"

aku mulai melawan papa, untuk yang pertama kalinya. kekesalan yang aku pendam selama ini pun meledak. aku tidak bisa lagi mengontrol mulutku, dan aku mengutarakan semuanya pada papa.

bukannya aku durhaka. aku hanya ingin beliau tahu kalau aku juga ingin bersenang-senang. aku ingin bebas seperti anak-anak yang lain. aku ingin merasakan indahnya pacaran dan kencan di malam hari. aku ingin menghabiskan waktu berdua dengan pacarku.

apa papa tidak mengerti?

bukankah dia pernah muda?

"papa bukan mengatur kamu. papa hanya ingin memberikan yang terbaik buat kamu," katanya. tapi bagiku, apa yang papa berikan adalah aturan yang mengikatku. "kamu itu anak papa satu-satunya. kalau bukan kamu, siapa lagi yang bisa jadi dokter? papa ingin kamu meneruskan cita-cita mama."

𝐁𝐎𝐘𝐅𝐑𝐈𝐄𝐍𝐃,ran ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora