BAB 2 Dunia Baru

41 2 3
                                    

Manusia-manusia penutup zaman, dengan bahasa baru yang dapat dimengerti oleh binatang-binatang yang berbeda dengan binatang yang pernah ada. Sudah sampai generasi ketiga sejak terpentalnya Bahtera Pseidon di dunia baru, sebongkah planet yang melayang bukan dalam Galaksi Bimasakti, sebuah galaksi yang belum diketahui juga jaraknya dengan planet bumi. Planet Pseidon, mereka menamainya sesuai dengan bahtera yang mereka gunakan saat singgah 150 tahun yang lalu. Planet gersang dengan tumbuhan yang subur bewarna kecoklatan karena panas bintangnya sangat menyengat. Ozon yang mengelilingi Pseidon begitu tipis sehingga manusia penutup zaman ini harus selalu menggunakan penutup kepala seperti payung topi sepanjang hari di luar rumah. Untungnya waktu siang lebih sedikit ketimbang malam yang membuat menggigil, namun binatang baru berbulu tebal akan menemani mereka dalam rumah saat senja menjelang sehingga ruangan tempat mereka tinggal cukup hangat.

Peradaban mereka begitu terbatas, kekakuan bahasa yang digunakan terjadi karena terbatasnya komunikasi antar manusia. Generasi ketiga dari orang-orang terpilih dari berbagai belahan bumi, dengan bahasa dan kultur yang berbeda disatukan dalam satu daratan yang tak lebih besar dari pulau Bali dipertemukan dengan binatang-binatang baru yang belum pernah ada sebelumnya, tapi ternyata binatang-binatang itu menjadi pemersatu bahasa yang mereka gunakan saat ini. Binatang yang lebih tepatnya teman manusia penutup tersebut. Berbagai binatang yang spesiesnya tidak banyak namun satu bahasa dalam satu planet. Hidup susah yang dimudahkan dengan bahasa binatang.

 
Susah. Serba terbatas, tak ada sekolah, tak ada mall, tak ada gedung pemerintahan, tak ada pula tempat ibadah. Hanya bangunan-bangunan sederhana sebagai rumah yang saling terhubung antar satu dan lainnya dengan koridor dalam satu komuni. Komuni keluarga yang saling mengenal dekat antar satu dan lainnya, mereka saling menguatkan dan membantu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk percintaan. Mereka akan saling menjodohkan anaknya jika sudah terlihat menyukai lawan jenis, tak peduli mereka masih keluarga dekat atau tidak, karena waktu hidup mereka tak lebih dari setengah rata-rata waktu hidup di bumi, tubuh mereka akan cepat membungkuk setelah melewati usia 20 tahun, kekuatan otot mereka melemah hingga akhirnya meninggal hanya karena terinfeksi bakteri seperti flu dan batuk hingga mengeluarkan darah dengan batuk atau munta. Sebab mati yang merata sejak seratus tahun terakhir.


Dunia baru yang susah, tak bisa memakan hidangan enak karena hanya garam yang mudah mereka dapatkan dari daratan tinggi. Mereka makan sejenis gandum yang diolah menjadi roti kering yang bisa disimpan dalam lemari makanan khusus yang dibuat dari tanah merah. Sayuran dan buah-buahan tak banyak, karena buah-buahan hanya akan panen sekali dalam setahun dengan bergantian. Asupan makanan yang tidak baik inilah membuat kualitas tubuh mereka buruk. Tak berusia panjang.

 
Dengan kondisi seperti ini, mereka mengerti betul, seorang manusia butuh pendamping, sepasang orangtua yang tak sekuat di bumi tidak bisa membersamai anaknya terus hidup, hanya suami atau istrinyalah yang akan lebih lama bersama dalam kesusahan. Saling menguatkan dan memenuhi kebutuhan. Tidak ada yang lebih diinginkan orangtua selain segera menikahkan anaknya, mereka tidak ingin anaknya kesepian dalam dunia yang serba terbatas. Tidak ada mimpi menjadi orang paling terkenal, tidak ada tujuan menjadi orang paling kaya bahkan untuk mempunyai cita-citapun terbentur dengan default kematian di usia 30-an. Mereka mengembangkan ekonomi bersama sesuai garis komuni. Ada yang bergerak dalam pengadaan pakaian, makanan, alat masak, kursi meja, alat tulis hingga alat support listrik.


Listrik diperoleh dari angin dan cahaya bintang yang panelnya sudah dipasang di masing-masing rumah. Mereka belum berhasil membuat sejenis turbin atau membuat tower bertegangaan tinggi, tidak ada besi, tidak ada baja atau sejenis logam lainnya. Hanya kayu dan batu yang mereka temukan saat pertama bahtera mendarat hingga kini. Tujuan mereka hanyalah bertahan hidup dan beribadah.

Pseidon memiliki Gunung yang terkenal dengan kandungan garam mineralnya, yaitu Gunung Salta, ibarat harta karun yang Allah berikan pada negri yang sangat miskin, garam di gunung. Manusia pertama yang menemukannya adalah ahli biologi yang terpilih dalam seleksi masuk Bahtera pengungsian saat huru hara meteor terjadi di bumi, Ahli biologi dari negri Indonesia, dia belum berkeluarga sehingga begitu tiba di planet baru ini dia senang sekali mengexplore apa saja sumber daya alam yang dapat membantu kelangsungan hidup manusia yang tersisa itu. Ahli Biologi yang bernama Marzuki Ali itu sangat cekatan dan detail dalam menginventarisir penemuannya di tengah pertarungannya dengan alam baru yang siang begitu panas dan malam begitu dingin menusuk tulang.

Sebatas HidupWhere stories live. Discover now