Jejak Avonturir [3]

67 18 0
                                    

Seperti biasa, Bokuto selalu totalitas, dan berhasil dengan mudah menguasai panggung. Bokuto tahu kapan harus mengucapkan sebuah kata dengan lantang atau lembut, serta kapan harus memberi jeda. Tanpa ragu, dia memberikan efek merintih atau terengah-engah dalam suaranya. Dia juga tidak malu menampilkan sedikit teatrikal dengan memainkan ekspresi dan memberikan gestur-gestur lain, seperti terpuruk di lantai dan gemetar seolah nuraninya benar-benar tercabik dan ketakutan, untuk menyempurnakan pembacaannya.

Wajar saja, ketika lampu menggelap secara perlahan, menandakan akhir dari penampilan Bokuto yang kini tengah menatap menerawang penuh harap ke angkasa, tepuk tangan riuh penonton langsung terdengar. Sejauh ini, penampilan Bokuto-lah yang mendapatkan tepuk tangan paling gaduh. Bahkan terdengar seseorang bersiul dan memanggil-manggil namanya.

Mau tidak mau Konoha juga mengakui, dari tiga pembacaan puisi malam ini, Bokuto-lah yang terbaik.

Di belakang panggung, para senpai yang akan menampilkan drama mendecakkan lidah karena kesal. Jika sudah begini, mereka harus mengerahkan seluruh kemampuan juga kalau ingin bisa mengalahkan penampilan Bokuto.

"Wow, itu tadi bagus sekali," komentar Konoha terus terang.

Jadi, itu puisi buatan Akaashi? Secara garis besar, Konoha bisa memahami. Puisi itu bercerita tentang orang yang kehilangan arah dan putus asa, tampaknya telah mengalami banyak kegagalan, sehingga ia setengah mati berusaha mencari petunjuk tentang jalan mana yang harus ia tempuh untuk melanjutkan kehidupannya.

Akhirnya, orang tersebut berhasil mendapatkan petunjuk yang ia analogikan sebagai 'bintang'. Atau... itu juga bisa diartikan orang tersebut telah mendapatkan jalannya. Dan meskipun sang 'petunjuk' tidak sempurna, ia berharap sang 'petunjuk' akan terus membimbingnya....

Kira-kira begitulah yang bisa ditangkap Konoha.

Konoha menoleh pada Akaashi. "Bagaimana menurutmu Akaa— Akaashi!?"

Tak ia sangka, kini Akaashi menutupi setengah wajahnya dengan buku yang ia pegang, air matanya mengalir.

Konoha tahu Bokuto selalu bisa memengaruhi emosi penonton, namun ia tidak menduga Akaashi yang selalu datar akan sebegini terpengaruh juga. "Oi, kau baik-baik saja?"

"Ya," jawab Akaashi sambil mengusap mata dengan lengan pakaian. "Aku hanya sedikit... terbawa suasana."

Konoha hanya menaikkan kedua alisnya.

Haikyuu!!! BOKUAKA Klub Sastra! AUWhere stories live. Discover now