54. Terlalu Cinta

4 2 0
                                    

~ Bekas peluru masih terasa. Darah ia korbankan. Bukti apa lagi agar dia percaya bahwa aku terlalu mencintaimu? Aku memang terlalu mencintaimu meski kau buta mata dan hati.~

***
Bagai disayat-sayat. Pedihnya hati melihat Robet disiksa di depan banyak orang yang ditutup matanya seperti ia yang tak bisa melihat. Di ikat pada kayu. Di tatap tajam oleh musuh. Terlebih peluru siap melaju. Pria misteri itu memantik peluru. Imaz tak siap melihat Robet tiada. Lebih baik dia tidak punya hubungan dengannya daripada ia harus kehilangan dia selamanya.

"Gus....." teriak Imaz.

Dan Dooorrrr!!!

Peluru justru menancap ke dada Imaz. Darah meledak ke wajah Robet. Napasnya terhenti dan terjatuh tak sadarkan diri.

"Imaz...." gumam Ning Fiyyah kaget. Ia langsung menghampirinya. Menangis melihat keaadan Imaz yang bersimbah darah.

"Hey! Siapa yang kau tembak?" Tanya Robet heran kenapa saat peluru ditembakkan, justru ia baik-baik saja.

Semua pada diam.

"Kalian harus tanggung jawab! Sebenarnya kalian ini siapa? Kenapa kalian berperilaku jahat pada Robet?" Ning Fiyyah berteriak menangis.

"Ning Fiyyah? Kau disana? Siapa yang tertembak??"

"Kau tau siapa yang tertembak? Mau tau??? Kalian juga mau tau??!!" Teriak Ning Fiyyah menangis kesal.

Semua pada diam. Termasuk para mafia yang tergemap melihatnya.

"Imaz!! Yang tertembak adalah Imaz!!"

Semua terkejut. Termasuk Robet.

"Imaz? Apa yang kau katakan?" Justru, ia tak percaya.

"Kenapa kau tak percaya, Robet? Apa karena kau sudah tidak lagi bersamanya? Lihat, meski dia tidak bersamamu, dia masih mencintaimu!"

"Kalau memang benar dia, tolong fotokan dia. Suatu saat nanti ketika aku sudah bisa melihat aku bisa tahu kalau memang dia berkorban demi aku. Dan itu bukti cinta yang pernah ku miliki."

"Baik! Aku akan foto Imaz. Kalau sampai benar dia, apa jaminanmu?"

"Aku akan menjadi suami utuhnya."

Ning Fiyyah tertegun.

"Gitu ya? Dasar buaya! Setelah kau percaya dengan semua ini, kau baru mau kembali?"

Robet hanya diam.

Ning Fiyyah tak segan-segan melepas ikatan tali Kapten Richard dan kawan-kawan, penutup mata juga lakban yang menutupi mulutnya. Mereka terlepas. Dengan sigap, mereka membawa mafia yang tergeletak di tanah sementara yang berdiri, menembak Imaz berusaha kabur, kapten Richard langsung menembak kakinya. Ia mengerang kesakitan. Pihak kepolisian langsung membawa mereka ke mobil. Rasya melepaskan Robet.

"Bawa Imaz segera ke rumah sakit," pinta Robet. Ning Fiyyah tak henti-hentinya menangis. Sambil menggendong Imaz, Ning Fiyyah berjalan berdampingan dengan Robet. Mereka membawa Imaz naik mobil milik para mafia tadi ke rumah sakit.

Ning Fiyyah membiarkan Imaz tidur di pangkuannya. Air mata terus berderai. Ia sudah kehilangan kedua orang tuanya. Ia juga tidak mau kehilangan sahabatnya.

Hati Robet berdesir. Ia tiba-tiba menjulurkan tangannya ke arah tangan Imaz. Ning Fiyyah dengan kasar melempar tangannya.

"Ingat Robet, kau sudah tidak pantas menyentuh Imaz," tegur Ning Fiyyah. Ia harus sadar kalau mereka sudah bercerai. Dan Imaz harus menjalani hukumannya, massa iddah. Sampai ia menghitamkan wajahnya demi tidak mau terlihat cantik di depan semua orang. Sampai suatu saat Robet bisa melihat, ia akan menjadi dirinya sendiri.

Finding My LoveWhere stories live. Discover now