00. Tragedi

23.1K 56 1
                                    

Cerita pertama tentang khayalan liar gue, semoga suka ❤❤

***

"Eh cupu! Ke sini lo sekarang!"

Bentakan dari seorang gadis bernama Tania, dia baru berumur 14 tahun tetapi suka membully bersama para sahabatnya dan sekarang sasaran Tania adalah gadis introvert berpenampilan nerd, bernama Nanda.

"Ada apa?" gugup Nanda, dia sedang duduk di depan meja belajar sembari membenarkan kacamatanya.

"Gue tunggu 10 menit, nggak sampai juga! Habis lo sama gue!" ancam Tania lalu memutuskan sambungan telponnya.

Wajah Nanda seketika pucat, rumahnya dan rumah Tania memang berdekatan tetapi jalan menuju ke sana sangat sepi dan rawan apalagi saat ini sudah pukul 10 malam.

Menolak untuk datang sama saja besok neraka di sekolah akan lebih mengerikan dari hari biasa, akhirnya Nanda memilih bergegas menuju rumah Tania dan memilih jalan memutar.

"Telat 5 menit, tolol!" Tania mendorong Nanda hingga terjatuh ke aspal saat gadis itu baru saja sampai dengan nafas memburu karena berlari.

"Maaf." cicit Nanda.

Tania melenparkan sebuah buku ke wajah Nanda lalu nersidekap dada dan mentap nyalang, "Kerjain PR gue! Awas kalo ada yang salah!" ancam Tania, dia kemudian masuk ke dalam rumah, meninggalkan Nanda yang sedang mengepalkan tangan menahan amarah.

"Seandainya gue bisa balas lo." lirih Nanda, dia berdiri lalu berjalan pelan menyusuri gang yang sangat sepi, hanya ada cahaya remang-remang menemani perjalanan pulangnya.

"Lewat tadi apa lewat sini ya?" gumam Nanda sembari menatap gang remang di depannya.

Untuk sampai ke rumahnya memang lebih dekat, tetapi sangat sepi. Nanda menghela nafas, dia berbalik dan memilih jalan memutar karena perasaannya tidak enak.

Tetapi begitu berbalik Nanda langsung dikagetkan dengan 4 sosok pemuda yang sedang menatapnya sembari tersenyum penuh arti.

"Wah, ada cewek cantik nih." ucap salah satu pemuda itu, lalu mereka menghadang Nanda agar tidak ada celah untuk kabur.

"Permisi kak." gugup Nanda, dia berusaha membelah jalan sesopan mungkin tetapi pergelangan tangannya langsung dicekal.

"Buru-buru amat sih, sini main dulu."

"Saya,--."

"Lepasin dia." Ucapan dan penolakan Nanda berhenti ketika mendengar suar bass dari belakang ke 4 pemuda itu.

Mereka semua menoleh, menatap pemuda yang kini perlahan mendekat dengan ekspresi datar.

"Tolong!" ucap Nanda, dia menyentak tangan pemuda yang mencekalnya lalu berlari ke belakang pemuda itu.

"Why?" tanya salah satu dari mereka.

Pemuda yang Nanda anggap malaikat penolong berbalik, menatap tubuhnya intens dan tersenyum, "Lumayan, gue duluan." ucapnya.

Seketika tubuh Nanda menegang karena mereka ternyata satu kelompok. Nanda berusaha berlari tetapi getakannya kalah cepat karena pemuda itu sudah mencekal tangannya dengan kuat.

"Tumben, biasanya,__."

"Bacot! Minggir lo semua. Kalo gue udahan baru kalian boleh pake." Pemuda itu menyela ucapan temannya dan langsung menarik Nanda pergi dengan paksa.

"Lepas! Tolong!" teriak Nanda.

"Percuma teriak. Nggak bakal ada yang dengar. Lo salah masuk kawasan." ucap pemuda itu datar.

"Kak, tolong lepasin saya." pinta Nanda.

"Setelah gue puas." Pemuda itu menarik Nanda, membawanya ke sebuah rumah mewah dan besar, mereka berdua masuk diikuti keempat pemuda lainnya.

"Lepas!" Nanda berusaha memberontak sekuat tenaga, keringat dinginnya mengucur deras ketika pemuda itu membawanya menaiki anak tangga.

"Kayaknya tuh cewek masih segel." ucap Dafa, salah satu pemuda itu.

"Nggak jamin gue, bisa aja dia sok jual mahal." timpal Galang.

"Mau taruhan?" Cowok bertato itu berucap sembari menatap Nanda yang ditarik paksa temannya, dia Roy.

"Apa?" tanya Arka.

"Tebak berapa lama dia bakal digarap sama si boss? Yang benar bisa nyicipin tuh cewek setelah si boss selesai " ucap Roy.

"Gue tebak paling 30 menit, lo tau 'kan si boss gampang bosan kecuali sama mantannya yang jalang itu." jawab Galang.

"Gue 45 menit." timpal Arka.

"Gue 2 jam deh." Kini Dafa ikut menimpali ucapan ketiga temannya.

Lalu mereka menatap Roy, "Lo gimana?"

"Sampai pagi, gue yakin meki tuh cewek bakal sampe lecet." jawab Roy dengan seringainya.

"Yakin banget lo?"

Roy mengangguk, "Hmm. Kalian nggak liat si boss tertarik sama itu cewek."

"Yah sial, kalah deh kita." Arka mendengus kesal.

"Nanti kita garap sama-sama aja. Depan belakang sabilah." timpal Galang.

"Nah ide bagus."

Di sisi lain, sesampainya di kamar pemuda itu membanting Nanda di ranjang lalu mengukung tubuhnya. Kedua tangan Nanda ditahan di atas kepala lalu tangan kekar pemuda itu perlahan melepas kacamata yang Nanda pakai.

"Kak jangan." tangis Nanda.

"Seperti dugaan gue, lo cantik tanpa kacamata." ucap pemuda itu lalu jari-jarinya mengusap pipi dan turun ke bibir Nanda.

Nanda menggeleng kuat, berusaha memberontak, "Lepasin, Nanda mau pulang." isaknya.

"Jadi nama lo Nanda?" tanya pemuda itu.

"Saya mohon, lepasin."

Pemuda itu hanya tersenyum lalu mendekatkan wajahnya di telinga Nanda, "Panggil gue Nathan, mungkin nanti bakal gue lepasin." ucap pemuda itu.

"Kak Nath, anhhh." Ucapan Nanda terputus dengan desahan karena Nathan tiba-tiba meremas payudaranya.

Nathan tersenyum senang, "Sensual, gue suka sama suara lo." ucapnya lalu tanpa permisi melumat bibir Nanda dengan kasar.

"Please lepasin Nanda."

***

Prolog dulu, rame lanjut.

Vote n coment jangan lupa!!

#salamjaritengah

SLUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang