Capter 6 Seperti kisah Cinta sayyidina Ali

51 13 3
                                    

“Abah, memangnya khitbah itu apa?” tanya Zahra yang kini duduk di jok belakang bersama Ibunya. Sedangkan Gus Al mengendarai mobil, dan Kyai Yusuf berada di sampingnya. Kini, mereka sedang berada dalam perjalanan menuju rumah Pak Aditya untuk mengkhitbah Keysha.

“Khitbah adalah salah satu prosesi lamaran di mana pihak dari keluarga laki-laki berkunjung ke rumah calon mempelai perempuan. Di dalam pertemuan itu, pihak keluarga laki-laki akan mengungkapkan tujuan datang ke rumah yaitu mengajak calon mempelai perempuan untuk membangun rumah tangga atau menikah.” Jawab Kyai Yusuf tanpa menoleh ke belakang. Ia fokus melihat jalanan yang ada di depan.

Sedangkan Zahra mengangguk paham. “Kalau seandainya Kak Keysha menolak lamaran kita, bagaimana?” tanya gadis itu lagi.
       
Kyai Yusuf melirik Gus Es yang sedang melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Wajah anak laki-lakinya itu terlihat biasa saja, tapi yang sebenarnya yang terjadi ialah jantung Gus Al berpacu lebih cepat. Inilah yang ia takutkan sejak kemarin, di tolak. Tapi ia berusaha bersikap tenang, seolah-olah ia tak mengkhawatirkan apa pun.

“Ya, kita harus menerima keputusan ‘Nak Keysha. Biar bagaimanapun juga, semua keputusan ada di tangan sang mempelai wanita.” jawab Kyai Yusuf, ia menarik pandangannya dari wajah Gus Es yang berusaha terlihat santai.

“Pasti di terima. Wanita mana sih yang bisa menolak pesona anak laki-laki Umi? Umi yakin, pasti di terima.” Ujar Umi Kalsum tersenyum. Ia mengelus bahu Gus Al yang duduk di hadapannya untuk menyalurkan dukungan pada anak laki-lakinya.

Masih terngiang  ucapan suaminya ketika akan berangkat tadi.
“Setelah sekian lama anak kita menolak semua wanita yang kita jodohkan dan kini ia mau menerima Keysha, kenapa Umi malah ragu? Bukankah ini merupakan hal baik untuk anak kita? Tidakkah umi melihat ada rasa cinta di mata anak kita untuk Keysha? Lihatlah matanya, Umi. Matanya akan selalu berbinar jika berbicara mengenai gadis itu. Ini saatnya anak kita bangun dari keterpurukan yang selama ini mengurungnya. Dan semoga Allah merestui mereka dan memberikan kebahagiaan untuk keduanya kelak.” Ya, ia tidak boleh menjadi ibu yang egois. Penampilan Keysha bisa di rubah nantinya, lagi pula Keysha memang anak baik.

“Ya kalau tidak di terima, kakak jangan bunuh diri ya. Ingat, dosa!” celetuk Zahra sambil terkekeh.

“Astaghfirullah, dek. Do’akan yang baik-baik.” sahut Gus Al seraya melirik adiknya sebentar. Adiknya hanya tertawa senang karena berhasil menggoda sang kakak.

“Kita berdo’a saja, Allah mengizinkan ‘Nak Keysha mau menerima kakakmu ini dan mau menjadi istri dari seorang Gus yang terkenal dingin seperti kulkas ini.” Seloroh Kyai Yusuf.

“Bener banget, bah. Dinginnya melebihi kulkas dua pintu!” ucap Zahra seraya memperbaiki kerudungnya yang kusut.

Semua yang ada di dalam mobil hanya tertawa. Mereka semua tahu apa yang menyebabkan Gus Al berubah menjadi dingin kepada semua perempuan kecuali Zahra dan Ibunya. Lima tahun lalu, kejadian tragis telah menimpanya. Membuatnya terpuruk dan mengubah kepribadiannya yang semula ramah dan hangat pada siapa pun.

Gus Al mempunyai calon istri, anak seorang Kyai yang menuntut ilmu di Kairo. Wanita itu terlihat sangat sopan, agamanya terlihat baik dan sangat Solehah. Dan Gus Al, sangat mencintai wanita itu. Tapi siapa sangka, ternyata sebelum hari pernikahan mereka Gus Al harus menelan pil pahit yang mengubah segalanya. Bahkan, kepribadiannya.

Tepat di hari pernikahannya, sang calon istri mengungkapkan bahwa ia telah hamil dengan pria lain. Hal itu membuat Gus Al dan keluarganya sangat terpukul. Tak menyangka jika wanita yang terlihat Solehah akan hamil di luar nikah. Dan tak lama setelah itu, terdengar kabar jika si wanita meninggal karena bunuh diri. Karena tak sanggup menanggung aib dan membuat ayahnya yang merupakan seorang Kyai terkenal itu malu. Semenjak saat itu, Gus Al berubah dan tak pernah mau di jodohkan dengan wanita mana pun. Tapi berbeda dengan Keysha, ia mengangguk setuju ketika Pak Aditya menawarkan perjodohan padanya. Entah lah, sebenarnya Gus Al sudah lama mengenal Keysha karena pernah beberapa kali bertemu. 

Dan dari pertemuan yang tak di sengaja itu, menumbuhkan benih-benih cinta yang tumbuh di hatinya. Ia hanya bisa memendam perasaannya, seperti sayyidina Ali bin Abi Thalib yang mencintai putri Baginda Rasulullah secara diam-diam.
Ali dan Fatimah sudah saling mencintai. Namun tak ada satu pun dari mereka yang mengumbar tentang perasaannya. Mereka sama-sama saling mencintai dalam doa.

Bagi Ali, butuh usaha bertahun-tahun untuk memantaskan diri. Agar ia pantas untuk Fatimah. Beberapa halangan juga sempat Ali lalui. Namun, Ali tak pernah menyerah untuk dapat melamar Fatimah.

Begitu pun Fatimah, ia mencintai Ali juga dalam doa. Bersama memantaskan diri. Sehingga kisah cinta mereka begitu mulia disisi Allah SWT. Kisah keduanya mengajari kita bahwa cinta itu merupakan suatu hal yang suci dan harus benar-benar dijaga.

Salah satu cara terbaik untuk menjaganya adalah dengan menitipkan rasa cinta hanya kepada Allah SWT. Hingga pada akhirnya dipersatukan dalam ikatan pernikahan. Dan Gus Al berharap kisah cintanya akan semanis perjalanan cinta sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Fatimah. Ia berharap Allah akan merestui cintanya dan bahagia kelak bersama orang yang di cintainya, yaitu Keysha Zahira Aditya.

Gerbang rumah Pak Aditya sudah terlihat, membuat jantung Gus Al berpacu semakin cepat. Tak bisa di pungkiri, ia sangat gugup. Dan bayangan akan di tolak membuat ia semakin gemetar. Keringat sebesar biji jagung keluar di pelipisnya. Ah, tak pernah ia segugup ini. Bahkan ketika pertama kali sidang skripsi, ia tak merasa segugup ini. Berulang kali ia mengusap telapak tangannya yang berkeringat.
Ia memarkirkan mobilnya di depan rumah yang berdiri megah, ciri khas rumah pengusaha kaya raya. Terlihat motor yang biasa di kendarai Keysha sudah terparkir di garasi. Dan hal itu semakin membuatnya gugup.

“Cie... Gugup ya. Tenang kak, kakak pasti diterima. Percaya aja sama Zahra, Bismillah.” Zahra menepuk bahu kakaknya dengan menahan tawa. Ia tak menyangka kakaknya yang terkenal cuek dan dingin di kalangan wanita itu bisa segugup ini.

“Ayo turun!” ajak Kyai Yusuf.

Sebelum turun, Kyai Yusuf melihat wajah Gus Al yang gugup. “Sebentar, kamu sudah siap ‘kan?”



Mendadak di nikahi Gus EsWhere stories live. Discover now