Chapter 1 - Terbangun di Dunia Lain

12 0 0
                                    

Terdengar suara kicauan burung, ada begitu banyak burung yang berkicau.

"Huu.." Aku pun terbangun.

Pandangan pertama yang aku lihat adalah dedaunan hijau, itu berasal dari pohon yang besar. Saat tanganku bergerak, terasa seperti memegang rumput.
Aku segera mengangkat tubuh bagian atasku, dengan posisi duduk. Ternyata benar aku menyentuh rumput, sambil kebingungan aku menoleh ke kiri dan ke kanan.

"Dimana ini??"

Sangat jelas ini hutan, tapi aku tak mengenal hutan ini, dan juga.. kenapa aku ada di hutan?
Ada begitu banyak pertanyaan dalam kepalaku, aku pun berdiri agar semakin jelas melihat lihat sekitar. Tapi tetap saja aku tak tahu dimana ini.

Di tanah tempat aku terbaring, ada suatu benda yang tergeletak.

"Tongkat?"
Aku mengulurkan tangan untuk mengambil tongkat tersebut, tapi aku malah terkejut saat melihat kain tangan panjang pakaianku.

"Huuaa!! Apaan ini?!"

Seingatku aku tak pernah mengenakan pakaian seperti ini, tapi kenapa aku memakainya?
Pakaian yang aku kenakan sangat panjang dan besar, hampir menutupi seluruh tubuhku. Warna pakaian didominasi dengan warna putih, memiliki garis garis biru serta dengan motif warna emas.

Pakaian seperti ini sungguh tak mungkin akan aku kenakan secara sadar, ini sungguh norak. Tapi aku suka sabuknya, sabuk kulit yang lebar melingkar di pinggangku, ini cukup bagus.

Saat aku berjalan, kakiku terasa sakit. Saat aku melihat kakiku, aku sedikit kesal.

"Yang benar saja.. tanpa alas kaki?!"

Aku berkeliling sebentar untuk mencari tanaman menjalar, saat menemukannya aku mengambil beberapa daun lebar, semua bahan itu aku gunakan untuk membuat sendal sederhana.

Di tempat yang tidak diketahui seperti ini, jika kakiku terluka akan sangat gawat. Tanpa perawatan segera maka luka akan semakin memburuk, ketika luka memburuk maka aku akan kesulitan untuk bergerak.

Aku tak tahu dimana ini, tapi yang jelas aku harus keluar dari hutan ini.
Aku berjalan lurus mengikuti arah matahari, tangan kananku memegang tongkat kayu dan tangan kiriku memegang batu kecil yang tajam.

Satelah berjalan kira kira 300 meter aku selalu menggores pepohonan dengan batu tajam, untuk membuat penanda kalau kalau aku kembali ke tempat yang sama. Didalam hutan yang lebat sangat penting untuk membuat tanda jejak, itu agar tidak tersesat dan melakukan pengulangan berkali kali.

Aku melakukan perjalanan sudah cukup lama, tapi masih belum menunjukan tanda tanda kehidupan manusia.
Ini sungguh melelahkan, memikirkan kenapa aku bisa ada disini hanya membuang waktu dan energi, lebih baik bergerak cari jalan keluar. Alasan semua ini terjadi dipikirkan nanti saja, jika aku sudah keluar dari hutan dengan selamat.

Sesekali aku mengganti alas kaki daun dengan yang baru, perjalanan yang jauh tanpa air membuat rasa lelah menjadi berkali kali lipat.
Langit yang cerah tak mungkin menurunkan hujan, tak ada pepohonan berbuah yang aku temui, semoga aku bisa menemukan buah beri liar, kumohon!

Setelah perjalanan yang panjang, akhirnya rasa lelahku mencapai puncaknya. Matahari juga sudah mencapai titik tengah, ini siang yang panas, tapi aku bersyukur karena ada cukup banyak pepohonan yang menghalangi panas matahari, tapi tetap saja suhunya menyiksa diriku.
Aku pun beristirahat untuk memperbaiki alas kakiku.

"Ugh.." saat ku sentuh terasa cukup perih. "Aaahh.."
Tampaknya telapak kakiku melepuh.

Ini sungguh gawat, aku lalai. Daun mengandung air, jika hancur akan menjadi basah. Kulit yang terus bergesekan dengan benda basah akan membuatnya menjadi mudah iritasi.

Healer in TrumdaleWhere stories live. Discover now