Bertemu Kembali

5.5K 433 107
                                    

*Seluruh percakapan menggunakan Bahasa Mandarin

Trang! Trang!

Bunyi alat masak terdengar dengan kencang. Para koki bekerja dengan amat keras karena para pelanggan sudah menunggu di meja mereka masing-masing.

"Hinata, makanan untuk meja 13 sudah belum?"

"Sedang aku masak."

Hinata menghembuskan nafasnya. Dapur ini begitu panas dan pengap. Semua orang terlalu sibuk dan mengeluarkan keringat yang banyak.

Namun, bagian terburuk bukan lah hal ini.

"Meiling!"

Teriakkan itu menggelegar dari luar. Sekelompok mafia yang menguasai daerah ini sudah datang. Daerah Shenyang di China. Mereka selalu bertindak seenaknya dan menindas orang lain.

Hanya saja, pemilik restorannya bekerja juga merupakan bagian dari kelompok tersebut.

Daerah ini bisa dikatakan sebagai sarang mafia, hanya berisi orang gila dengan tato dan tindik di hidung mereka. Masyarakat baik adalah kaum minoritas. Mereka akan pindah ketika sudah memiliki cukup uang.

Ia adalah seorang pensiunan BIN. Meskipun demikian, takdirnya tidaklah berubah. Ia masih dikelilingi oleh para mafia jahat yang egois.

"Kenapa kau melamun, hm?"

Suara itu menyentak Hinata. Meiling berdiri di hadapannya dengan rokok di tangan kanan. Wanita itu bagaikan harley quinn di dunia nyata. Ia adalah wanita penggoda yang haus akan uang. 

"Tidak apa. Aku hanya sedikit lelah."

"Begitukah? Kau seharusnya pulang."

Hinata tersenyum. Kalimat itu terdengar sangat manis. Hanya saja, wanita itu tidak semanis kedengarannya. Hinata tidak ingin menjadi naif dan mempercayai mafia. 

Cukup satu mafia saja yang menggoreskan luka di hatinya. Seorang anggota mafia terkemuka dunia, Volpe Gialla, yang datang ke Jepang dan membentuk kelompok mafia baru bernama Uzumaki dengan tujuan untuk balas dendam. Seorang ayah dari anak yang sudah ia besarkan selama 4 tahun.

"Dimana Kun?" Tanya Meiling kepada para koki yang sedang bekerja.

"Dia sedang tidak enak badan. Shufen sudah membiarkannya pulang," ucap salah seorang koki.

Meiling berdecak. "Ah.. dasar Shufen. Kenapa dia tidak memberitahukannya padaku?"

Shufen dapat dikatakan sebagai kaki tangan Meiling. Ia akan menjaga dan selalu berada di samping wanita itu. 

"Bagaimana ini? Ada pesanan ke Gedung Jiu. Jika ada yang ingin mengantarnya, aku biarkan kalian pulang setelah itu."

Pulang. Itu adalah kata kerja yang sangat Hinata sukai. Ia bisa bertemu Boruto lebih cepat. Ia selalu merasa tidak enak dengan tetangga paruh bayanya yang bersedia menjaga Boruto ketika ia bekerja. Meskipun mereka sangat senang, tapi ia sadar jika mengurus Boruto itu tidaklah mudah. Anaknya sangat aktif, sedangkan tetangganya sudah cukup tua.

"Aku akan pergi."

Meiling segera menatap Hinata. "Sungguh? Kau tau jika gedung itu dipakai untuk kegiatan haram kan?"

Ya, Hinata paham betul. Gedung itu merupakan gedung yang dipakai oleh orang-orang untuk berjudi dan mabuk. Tapi, siapa juga yang tertarik dengan pengantar makanan, bukan? 

.

Setidaknya, itulah yang ia pikirkan tadi.

Di hadapannya kini, berdiri sebuah gedung yang terlihat gelap. Dari luarnya tampak terlihat biasa saja. Namun, karena ia tau fungsi dari gedung tersebut, bulu kuduknya menjadi merinding. Jika bukan karena Boruto, ia tidak akan melakukannya.

Come Back [NARUHINA]Where stories live. Discover now