[Duabelas] Berburu Takjil Bersama Taya

1.4K 220 15
                                    

Baheera patut bersyukur, hari ini lumayan berjalan lancar. Setelah sahur, bocah gembul itu tertidur kembali sampai pukul sepuluh.

Setelah itu bermain, makan siang, bermain, dan menonton video Dino Train.

"Abang mau ditinggal atau ikut Mama?" goda Baheera iseng, sebenarnya mana mungkin Baheera membiarkan bocah gembul itu sendiri di rumah.

Bisa-bisa Baheera dipecat jadi anak, istri dan menantu karena menelantarkan kesayangan semua orang. Posisi Taya itu merupakan tahta tertinggi dalam keluarga. Cucu pertama dari anak pertama dikedua belah pihak keluarga.

"Mama moo mana?"

Taya melirik mamanya penuh minat, tentu saja harus ikut. Mana boleh mamanya pergi tanpa membawa dirinya. Kalau bisa mama ke toilet saja Taya mau ikut. Soalnya kan mereka selalu bersama-sama.

"Mau beli takjil, beli kelapa muda yuk."

Baheera ingin berbuka puasa dengan es kelapa muda, mungkin ditambah timun suri akan terasa enak. Lihat nanti saja, lagi pula suaminya belum tahu apakah bisa pulang tepat waktu atau lembur.

"Taya ikut...." pekiknya riang.

Tak ingin ditinggal bocah itu mulai mengekori mamanya yang masih siap-siap.

"Ayoooo..." Taya mengekori mamanya, memakai sepatu sandal digarasi samping.

"Naik apa?" tanyanya begitu melihat mamanya mengambil helm yang ada di rak dekat motor.

"Naik motor aja, kan ke depan aja Bang."

"Sepeda Mama?"

"Malas lagi nggak pengen kayuh sepeda Bang, naik motor aja."

"Ndak naik cal?"

Yasalam, cuma ke depan komplek rumah saja masa harus naik mobil. Baheera malas keluarin mobil dari garasi. Belum lagi macet, sore hari itu surganya orang-orang berburu takjil. Jalanan padat merayap dimana-mana.

"Macet."

Baheera memastikan putra gembulnya aman di belakang. Dengan kearifan lokal tentu saja mengikat bocah itu memakai jarik dan helm yang menggangu.

Setelah beberapa menit akhirnya Baheera sudah sampai depan komplek rumah mereka. Seperti dugaannya, ramai sekali dengan para pedagang dan pembeli yang berseliweran.

"Mama, ada silop..."

"Kita beli kelapa Bang."

"Mau silop. Ada pink, ada yellow itu Mama."

Belum juga melipir ke tempat tujuan utama, bocah itu sudah merengek meminta dibelikan es.

Memang terlihat menarik sih. Tapi kan Taya nggak puasa, harusnya tidak tergoda.

"Beli kelapa dulu, Abang nanti boleh jajan yang lain." Baheera yakin, permintaan putranya hanya keinginan implusif.

Taya itu pemilih soal makanan. Minta dibelikan aja, tapi jarang dimakan.

"Mama ndak beli ini? Taya mau..."

Baru beberapa langkah bocah itu melirik penuh minat stand penjual gorengan. Menggugah selera sih, tapi Baheera malas makan seorang diri.

"Beli kelapa dulu yuk, penjualnya ada di ujung sana nak."

Baheera harus menggandeng tangan mungil itu, kalau tidak bisa kabur dan hilang. Soalnya terkadang Taya tidak merasa dirinya hilang, dan menuduh mamanya hilang.

"Mama ada mie, yummi Mama?"

"Yummi, tapi kita nggak beli mie Abang."

Taya itu harus diingatkan tujuan awalnya.

"Mama ada kue, ndak ijo ijo. Ndak beli."

Oke sepertinya karena tidak berwarna hijau bocah itu tak berminat dengan stand penjual  kue basah.

"Mama beli ini yellow yellow..."

"Abang mau timun suri?" tawar Baheera.

"Mama mau beli?" tanyanya lagi dengan ekspresi polos menggemaskan.

"Mama kan tanya sama Abang. Abang mau ini?"

"Ndak Mama.."

Lalu kenapa tadi minta.

"Mama apa itu gelas gelas?"

"Kolak nak sama ada jual biji salak juga."

"Kok maam biji Mama?" tanyanya heran.

"Namanya saja Bang biji salak, tapi bukan terbuat dari biji buah salak."

Padahal jarak dari tempat parkir ke penjual kelapa tidaklah jauh, namun berkat Taya yang hampir menunjuk semua stand membuat mereka lama.

Ramadhan with NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang