NAPM 4

652 108 24
                                    

Sejak menyelesaikan pendidikan sarjana, Juna ikut dengan orang tuanya, meninggalkan kota Jakarta dan bertempat tinggal di kota Sydney. Namun, karena kedekatannya dengan Diza, ia sering datang berkunjung untuk menemui adik sepupu kesayangannya itu. Kalaupun Diza sedang tidak berada di Indonesia, Juna tidak pernah keberatan menyusul gadis itu ke negeri ginseng sana. Sekalian bertemu mantan katanya.

Diza sendiri tidak pernah keberatan dengan keberadaan Juna. Justru baginya, kehadiran Juna sedikit mengobati rasa sepi akibat tak memiliki saudara kandung di Indonesia. Walau sebenarnya Diza memiliki seorang kakak laki-laki dari ibunya yang menetap di negara asal Hyunbin, aktor kesayangannya.

Sejujurnya, saat sedang berada di Busan, seringkali Diza merasa bosan, sebab orang-orang di sekelilingnya berbahasa asing. Meskipun Eomma bisa berbahasa Indonesia dengan sangat baik, tetap saja Eomma lebih suka menggunakan bahasa Korea saat berbicara dengannya. Alasan Eomma, supaya Diza bisa lebih membiasakan diri dengan bahasa Korea yang seharusnya bukan menjadi bahasa asing bagi gadis tersebut.

Namun, untuk kali ini sepertinya Diza tidak bisa benar-benar mensyukuri kedatangan Juna. Terlebih setelah kakak sepupunya itu tahu tentang Kahfi.

"Lagian aku nggak punya mobil di sini, Za."

"Kak Juna bisa bawa mobil Papa kayak biasa," sungut Diza kesal.

"Enggaklah. Enakan bawa mobil kamu," ujar Juna santai. "Aku janji bakal jemput kamu sebelum jam pulang, Za. Acaraku hari ini nggak lama kok. Kayaknya sekitar jam tiga udah beres."

Diza tetap tak terima. Ia tak suka diantar jemput seperti yang dikatakan Juna. Ia merasa tak bebas jika tak membawa kendaraan sendiri.

"Aku cuma seminggu di Jakarta, Za."

"Dan selama seminggu itu, Kak Juna mau pake mobil aku terus gitu? Sementara mobil Papa nganggur di garasi?"

Meski mampu, bahkan sangat mampu, Diza dan papanya bukan tipe konsumtif. Masing-masing dari mereka hanya memiliki sebuah kendaraan pribadi. Jika dihitung dengan mobil yang disediakan untuk keperluan pekerjanya, mereka hanya memiliki tiga buah kendaraan roda empat di rumah itu, serta dua buah sepeda motor yang juga disediakan untuk keperluan para pekerja.

"Gimana kalau aku pake mobilmu, kamu pake mobil Om Sultan."

"Kenapa malah aku yang pake mobil Papa?"

"Nggak mau kan? Kalau gitu aku anggap kamu setuju aku pakai mobil kamu."

"Kak Jun ...."

Tak memperbolehkan Diza menyelesaikan protesnya, Juna sambar kunci mobil yang dipegang adik sepupunya tersebut. Berjalan santai ke arah mobil yang sudah dipersiapkan Pak Rahmad, supir Papa yang selama satu minggu ke depan hanya bertugas membersihkan mobil nona muda kesayangannya.

Pada akhirnya Diza menyerah. Seperti Juna yang mengenalnya dengan baik, Diza pun demikian. Ia hapal persis dengan watak kakak sepupunya yang bernama lengkap Arjuna Prawira itu.

Harapan Diza cuma satu, Juna akan menepati janjinya. Datang menjemput sebelum jam pulang kerja Diza tiba.

***

Kebijakan bank tempat Diza bekerja memberlakukan sistem gantian saat jam istirahat tiba. Hari ini, Diza harus menunggu Kiran menyelesaikan waktu istirahatnya. Sebab kemarin, Diza yang lebih dahulu beristirahat. Diza sempat menahan tawa melihat wajah cemberut rekannya saat melihat salah satu wajah nasabah yang sangat tidak asing bagi mereka. Pak Andi Gunardi.

"Yang tabah ya, Sist," ledek Diza sebelum beranjak dari kursi kebesarannya.

Kiran mendengkus kecil mendengar ledekan teman sejawatnya tersebut. Tahu jika harus bersikap profesional, Kiran memasang senyum saat menghadapi nasabah yang sudah mengantre di depannya.

(Not) A Perfect MateWhere stories live. Discover now