Boneka

3 2 0
                                    

Tap tap tap ...

ia datang,

krinciing...

Pintu toko boneka itu terbuka, pemilik sudah datang. Hei, cepat bersiap siap, sebentar lagi kita akan kedatangan teman teman. Rapikan rambutmu, bersihkan gaunmu, lembutkan senyummu, jika tidak kau tak akan pernah dimainkan.

...

Lima menit kemudian, banyak anak anak dan beberapa remaja datang. Senyum manis terukir diwajah mereka.

Toko sederhana bernuansa vintage itu mulai padat pengunjung, boneka boneka yang ada didalam lemari kaca mulai diambil satu persatu. Dimainkan kesana kemari, didandani sedemikian rupa, bahkan anak anak laki-laki ikut bermain. Gelak tawa terdengar dari berbagi sudut, suasana toko itu terasa hangat.

...

Hari ini pun boneka boneka itu dimainkan. Wajahnya yang lembut serta matanya yang bulat, membuat siapapun yang melihat pasti merasa gemas.

Dipakaikan pakaian yang cantik, didandani sedemikian antik, di elusnya rambut panjang kecoklatan milik boneka itu, jelas sekali bahwa boneka itu terawat. siapapun bisa melihat dan memainkannya, pemilik toko boneka itu tak keberatan sama sekali, asalkan para pengunjung tak merusaknya dengan fatal.

"ah.. aku ingin mendandaninya"

"ia sangat cantik, benar benar boneka yang terbaik"

...

"hari ini pun aku akan pergi bermain, keluar dari lemari kaca ini."

"hahaha, kalian sangat lucu."

"iya aku ingin didandani, tolong rias wajahku"

"tak apa apa, mereka hanya bermain..."

"aku boneka tak apa apa hanya disentuh disana"

"aku boneka tak apa apa, mereka hanya ingin mendandani ku"

"a.. aku boneka, tak apa apa.."

"aku.. boneka.."

"a.. ku bone..kaa.. tak ap..pa a... pa"

"aku Kotor.."

Mengapa aku harus takut dan bersedih, aku memang diciptakan dengan cantik untuk membuat mereka terhibur.

Tak apa apa, bahkan jika memang harus menyentuh tubuhku untuk bermain, aku tak keberatan. Asalkan aku mempunyai teman.

tapi... aku kotor.

..........

"Baik anak-anak, jadi siapa yang bersalah dari cerita diatas?"

Hening... hanya ada suara semilir angin dari jendela yang terdengar, suasana ini cukup mendukung untuk tertidur.

Guru itu tampak jengkel, ia melihat bahwa murid muridnya nampak acuh tak acuh terhadap penjelasannya. Ia merasa mereka menganggap remeh masalah ini.

"bu", tiba tiba seorang anak laki-laki mengangkat tangannya.

"ya kau, apa yang ingin kau sampaikan?", tanya guru itu

"bukankah sudah jelas?, bahwa itu sudah takdir dan resiko ia menjadi boneka?. Bahkan jika kita menyalahkan mereka yang memainkannya bukankah itu tak adil??, jelas jelas itu bukan salah nya", jelas sang anak, ia membela bahwa mereka yang memainkan boneka tersebut tak bersalah, karena ya memang boneka itu dibuat untuk dimainkan.

Anak lain yang mendengar pendapat itu setuju, mereka berpikir sama.

"Baik, apa ada belaan lainnya untuk jawaban yang menunjukkan bahwa itu salah sang boneka?", guru itu nampak tak puas dan mencoba bertanya lagi.

Chegaste ao fim dos capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Aug 04, 2022 ⏰

Adiciona esta história à tua Biblioteca para receberes notificações de novos capítulos!

Pain Pain Go Away!Onde as histórias ganham vida. Descobre agora