하나

1.3K 133 14
                                    

Sang raja langit siang bertahta agung di ujung timur atas sana. Rasa panas sudah membungkus udara Seoul meski kini baru jam sembilan pagi.

Semua orang terlihat sibuk berlalu lalang melakukan pekerjaannya, terlebih sekarang hari Senin. Kecuali seseorang di suatu tempat cetak kecil di sudut kota. Tampak diam dan lenggang.

"Hahh..." satu helaan lolos dari bibirnya. Matanya yang lelah menatap kosong mesin printer bekerja.

"Ini." Ia menjulurkan tangan, menerima uluran print out dari pria di hadapan.

"Terima kasih kak Taeil," ucapnya pelan, kemudian menyodorkan uang sambil beranjak pergi.

"Sering-sering mencetak CV ya Jake!" teriak pria matang yang dipanggil Taeil tadi. Yang hanya dibalas senyum tipis oleh pemuda tersebut.





Jake Shim, nama pemuda tadi, adalah lulusan manajemen terbaik Seoul National University.

Sejak sebelum menjadi sarjana pun ia digadang-gadang akan memiliki masa depan yang cerah dengan prestasinya.

Tapi seperti kata pepatah, realita tak seindah ekspetasi. Sudah hampir setahun lulus dia belum mendapat pekerjaan layak. Saat ini dia hanya bekerja sebagai pengantar pizza.

Pemuda pertengahan dua puluh-an itu sudah belasan kali melamar di perusahaan besar tapi belum ada yang berhasil tembus. Padahal menurut perhitungannya dia akan mudah lolos dengan semua pencapaiannya.

Jake mendengus pelan. Zaman sekarang prestasi saja tidak cukup. Banyak sekali oknum pemakai orang dalam.

Netranya memandang gedung Lee Corp di hadapan dan CV di tangan bergantian dengan pandangan rumit.

Apa ia harus mensuap kali ini?

⊱⋅ ────────── ⋅⊰

Jake menaruh mug dengan uap masih mengepul di atas meja. Duduk di sofa lapuknya kemudian menyandar lelah.

Dia sudah membersihkan diri setelah pulang dari tes wawancara tadi. Lee Corp adalah harapan terakhirnya, jika itu pun gagal maka hilang sudah.

Matanya memejam, pusing memikirkan biaya yang harus ia tangguhkan untuk sang ibu di rumah sakit. Hutang yang kian menumpuk juga sewa rumah yang sudah menunggak tiga bulan. Sekarang ia hanya bisa berserah diri pada nasib.

Tuhan selalu bersama orang baik, bukan?

Suara notif ponsel di saku menyadarkannya. Cepat-cepat ia buka takut itu pesan dari dokter perawat ibu.

"Email dari Park Instalation? Bukankah terlalu lambat untuk orang yang sudah tes wawancara lima bulan lalu?" ujarnya kesal, tapi tetap binar matanya memancar kegembiraan.

Ia bersyukur sekali, apapun posisinya nanti, bekerja di perusahaan elit setidaknya berpenghasilan lebih besar daripada menjadi kurir pizza.

"Ah... Aku harus mencari pinjaman kemeja untuk besok pagi."

⊱⋅ ────────── ⋅⊰

Sekarang Jake berdiri gugup di depan calon atasannya. Tangannya yang berkeringat dingin bertautan memeras jemari kecil itu dengan sedikit gemetar.

Pemuda di depannya ini sangat tampan dan atletis. Ia hampir saja mengira orang ini model. Matanya tanpa sadar menatap tertegun lurus ke depan.

"Jake Shim?" panggil Sunghoon tiba-tiba.

"Ne, depyeonim." Jake yang kaget segera menunduk. Malu terpergok menatap calon atasannya diam-diam.

"Tidak perlu berbasa-basi. Kau lolos seleksi dan diterima,"

Scarlet LetterOù les histoires vivent. Découvrez maintenant