24. Aphrodite

410 29 1
                                    


Hari ini seperti biasa, Travis dan Chicago berangkat bersama ke kampus mereka. Saat turun dari mobil, keduanya menjadi sorotan lagi.

Katanya banyak yang tidak suka jika Chicago menjalin hubungan dengan Travis, si cowok populer di kampus. Berbeda dengan wanita itu yang pendiam dan tak memiliki banyak teman.

Meskipun kenyataannya hubungan mereka masih baik-baik saja sampai saat ini.

"Travis!"

Panggilan seseorang membuat Travis sontak berbalik. Karen, salah satu teman kampusnya mendekat. Lalu menyerahkan sebuah barang berupa berkas kepadanya.

"Itu makalah yang kemarin kita buat, aku sudah membuat salinan nya, terima kasih." ucap Karen mengembalikan makalah milik Travis.

Travis mengangguk sebelum berlalu dari sana. Menyusul Chicago yang terlihat berbicara dengan seorang mahasiswi lain.

"Ada apa?" tanya Travis melihat perubahan raut wajah Chicago setelah berbicara dengan mahasiswi tersebut.

Chicago meliriknya sekilas, "Ada pemeriksaan kesehatan untuk seluruh mahasiswi hari ini."

"Dan jika aku mengikutinya, aku menjamin jika orang-orang pasti akan mencurigai diriku, Travis." lanjutnya.

Pria itu terdiam sejenak lalu menggenggam tangan kekasihnya. Travis membawa Chicago menuju gedung kosong tak jauh disamping kampus mereka.

Sembari berjalan, Travis menyalakan rokok dan menghisap nya.

Senyuman terukir di bibir Chicago selama beberapa saat. Jujur saja, ia selalu terpesona dengan sosok pria disampingnya ini.

Bangunan gedung bekas yang sudah cukup lama tak terpakai ini memang seringkali menjadi tempat pelarian mahasiswa jika sedang bersantai.

Terbukti dengan kehadiran beberapa orang lain disana yang melirik sekilas saat keduanya datang.

Travis membawanya ke tengah gedung tersebut. Disana ada beberapa kursi serta sebuah meja yang kelihatannya sedikit usang. Seseorang menghampiri mereka dan menyerahkan tas berukuran sedang entah berisi apa kepada Travis.

Chicago menatapnya tanpa henti. Cukup penasaran dengan isi tas tersebut.

Travis menghembuskan asap rokoknya ke wajah Chicago hingga gadis itu tersentak. Ia terkekeh, "Penasaran, hm?"

"Sangat." balas Chicago ikut terkekeh. Gadis itu beranjak dari kursinya, selama beberapa saat hanya berdiri diam. Tanpa terduga, Chicago duduk di pangkuan Travis.

"Aku ingin pie nanas sekarang." Chicago berkata sembari memberikan kecupan di pipi Travis.

Pria itu kembali terkekeh. Ia menghisap rokoknya sebelum menunjuk bibirnya. Travis tersenyum miring setelah Chicago menciumnya selama beberapa detik. "As you wish, babe."

Tangan kirinya menarik Chicago semakin merapat sementara tangan kanannya merogoh saku celana, mengambil handphone dan menelfon seseorang.

Chicago menyadarkan kepalanya di dada Travis. Aroma parfum khas pria itu memenuhi indra penciumannya. Chicago jatuh cinta pada apapun tentang seorang Travis Mikaelmoza, kekasihnya.

"Travis."

"Hm?"

"Apa kau benar-benar kekasihku? Apa kita berpacaran?" tanya Chicago.

Travis mengernyit agak bingung dengan pertanyaan gadisnya ini. Namun setelah beberapa saat, ia tersenyum samar tanpa disadari Chicago. "Tidak." balasnya singkat.

Dan balasan dari Travis berhasil membuat Chicago tersentak. Raut wajahnya berubah datar seketika. "Maksudmu?"

Cup.

Travis mencuri satu kecupan di bibir Chicago. Pria itu menghisap rokoknya seraya kembali merogoh saku celana.

Travis menarik tangan kekasihnya, memakaikan sebuah cincin berlian berbentuk sayap yang indah ke jari manis Chicago.

Lalu sebuah black card beserta kunci mobil bertuliskan 'Bugatti' diletakkan Travis ke telapak tangan Chicago yang kini terdiam, cukup terkejut dengan perlakuan tiba-tiba dari kekasihnya ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lalu sebuah black card beserta kunci mobil bertuliskan 'Bugatti' diletakkan Travis ke telapak tangan Chicago yang kini terdiam, cukup terkejut dengan perlakuan tiba-tiba dari kekasihnya ini.

"T-travis?"

"Why babe?

Chicago menatap tajam padanya, "What the hell is this?"

"Seperti yang kamu lihat." balas Travis lalu menyambut sebuah kotak berisi pie nanas yang diberikan orang suruhannya. Ia menyodorkan kotak tersebut, "Pie nanas seperti keinginanmu."

Tingkah kelewat santai pria itu membuat Chicago semakin heran. "Travis! Jika kita tidak berpacaran, maka apa maksudnya semua ini?"

"Ya, kamu bukan pacarku, Chi."

"Karena kita tidak membutuhkan status itu untuk menyatakan jika Helvetia Chicago hanya milik Travis Mikaelmoza. Dan Travis hanya mencintai Chicago, baik sekarang, besok, maupun selamanya."

ACATHEXIS Where stories live. Discover now