Bab 1

9.7K 621 5
                                    

Tahun 145

Kerajaan Atheria, Fallenheim

"Jadi, siapa yang dimaksud dengan dia yang tanpa takdir dan harapan terakhir Fallenheim?" Tanya Pangeran Pertama kerajaan Atheria yang masih berusia 12 tahun. dia menatap ibunya, Ratu Morlena dengan mata berbinar-binar penasaran.

"Hush, jangan keras-keras Erasmus!" Bisik ibunya lalu menengok ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka. "Ini, rahasia antara kau dan aku. Janji? Kau tidak akan memberitahu siapa pun?"

"Kenapa? Bukankah ini kabar gembira untuk Fallenheim?" Tanya Erasmus bingung.

"Tidak, Erasmus! Ini akan menjadi malapetaka untuk Kerajaan Atheria" Jawab Ibunya dengan mata tertunduk dan semburat khawatir. Sudah 30 tahun lamanya dia melihat kesedihan di wajah ibunya. dia tidak begitu paham, awalnya dia pikir karena keadaan Fallenheim yang semakin buruk. Namun Erasmus curiga, raut kesedihan yang selalu membayangi wajah ibunya berhubungan dengan desas-desus di dalam istana tentang istri baru Raja.

"Baiklah, aku tidak akan bicara dengan siapa pun" Balas Erasmus dengan lirih.

"Anak Pintar" Ucap ibunya seraya mengecup kening Erasmus. "Kelak, Kau harus menjadi Raja Atheria" Tambahnya menatap Erasmus dengan mata berkaca-kaca.

Tiba-tiba saja seorang pelayan istana berlari ke arah mereka, wajahnya terlihat panik, "Yang Mulia Ratu, Maafkan saya. Ada sesuatu yang sangat penting terjadi di Istana Bagian Dalam" Katanya kepada Ratu Marlena, dia seolah lupa Erasmus masih berdiri di samping ibunya.

"Sudah waktunya?" Tanya Ratu Marlena cemas. Sang Pelayan membalas dengan anggukan kecil. Lalu seolah-olah dia baru menyadari, Erasmus masih berdiri di sana dengan wajah bingung.

"Apa yang terjadi, Ibunda?" Tanya Erasmus.

"Ibunda, harus pergi. Tinggallah di sini Erasmus" Kata ibunya buru-buru, lalu tanpa menunggu jawaban Erasmus, dia berlari mengikuti pelayannya.

Karena penasaran, Erasmus ikut menyusul. Diam-diam menuju ke dalam Istana Bagian Dalam. Sejauh yang dia tahu, Istana Bagian Dalam hanya boleh dimasuki oleh Ratu dan Raja. Hanya beberapa pelayan terpilih yang boleh menginjakkan kaki di sana, bahkan Erasmus tidak izinkan berada di sana. Selama ini, dia tidak pernah mencari tahu. Bukan karena dia tidak ingin tahu, hanya saja pengawalan di sana jauh lebih ketat daripada ruang tidur sang Raja.

Hari ini, untuk pertama kali. Tidak ada pengawal yang biasanya selalu berjaga di sana. Beberapa pelayan sibuk berlalu lalang. Saling meneriakkan perintah-perintah yang tidak masuk akal di telinga Erasmus.

"Ambil selimut yang lebih banyak lagi" Teriak seorang pelayan yang tampak seperti pertengahan 60 . "Dan air hangat" Tambahnya.

"Darahnya, banyak sekali. Apa yang harus kita lakukan?" Ucap pelayan yang satunya lagi. Dari parasnya, dia masih terlihat 20. "Apa beliau akan selamat?"

"Hanya Para Dewa yang tahu" Balas pelayan yang lebih tua dengan lesu. Matanya berkaca-kaca seolah dia sedang berduka untuk orang terkasih.

Lalu keadaan kembali genting. Mereka berdua berlari ke dalam sebuah ruangan yang terdapat di ujung lorong. Mereka bahkan tidak melihat jika Erasmus, bersembunyi di balik pilar besar mendengarkan mereka. Erasmus sama sekali tidak tahu, apa yang sedang terjadi. Lorong yang biasanya di penuhi oleh beberapa pengawal, kini tampak kosong. Kecuali beberapa pelayan yang berlalu lalang keluar masuk ruangan yang ada di ujung lorong.

Ketika Erasmus melihat suasana sudah cukup sepi baginya untuk masuk lebih dalam, dia berjinjit menuju ruangan di mana ibunya menghilang. Pintu ruangan tidak tertutup rapat, sepertinya para pelayan terlalu sibuk sampai-sampai mereka melupakan hal yang paling penting.

Tale Of ValkyriesWhere stories live. Discover now