Chapter 16

100 6 0
                                    

Altair menghempaskan tangan Vega sesampainya mereka di rooftop. Vega meringis melihat pergelangan tanganya yang merah.

"Sakit, Al."

"What? Coba ulangi? Lo berani sama gue?" Altair menutup mulutnya tak percaya saat mendengar suara Vega yang terdapat nada membentak di dalamnya. Walaupun hanya sedikit, tapi itu mampu membuat Altair terkejut. Apakah Altair kurang tegas, sehingga membuat cewek di depannya ini mulai berani melawan.

"Lo pikir lo siapa? Oh atau karena sekarang si ketua osis itu belain lo jadi lo udah mulai berani?"

Altair mengangkat dagu Vega menggunakan jari telunjuk membuat cewek itu harus menutup mata rapat-rapat karena tak berani menatap wajah Altair sedekat ini.

"Jangankan ketua osis, bahkan walau kepala sekolah dan guru-guru belain lo, gue gak akan pernah lepasin lo sampai tugas lo jadi babu gue selesai. Jadi, selama tugas lo belum berakhir, lo harus ikuti apapun yang gue mau," ucap Altair dengan nada rendah yang semakin membuat Vega ketakutan.

"Maaf," cicit Vega.

Altair menarik tanganya dari dagu Vega dengan kasar, lalu membuang napas kasar.

"Lo butuh apa?" tanya Vega takut-takut.

"Lo ke kantin beliin gue makanan," ucap Altair membuat Vega melongo. Jadi dia harus menuruni puluhan anak tangga lagi? Astaga, kenapa cowok itu tidak memintanya saat mereka masih di kantin tadi?

"Kenapa? Gak mau?" Altair menatap Vega dengan tangan yang dilipat di depan dada.

"Eh iya gue beliin," jawab Vega cepat lalu segera meninggalkan rooftop.

Setelah Vega pergi, Altair langsung mendudukan dirinya di kursi yang biasanya dia dan teman-temannya duduk kalau sedang berada di atas sini hanya untuk sekedar membolos.

Selagi menunggi Vega, Altair mangambil ponselnya dari saku bajunya dan langsung membuka aplikasi instagram. Altair menghela napas pelan saat melihat begitu banyak yang berkomentar tentang foto yang dia posting. Dan tentunya semua komentar itu berisi pujian-pujian. Kalau mendapat komentar yang negatif, sudah pasti itu dari teman-temannya.

Bahkan ada yang mengagumi Altair secara terang-terangan dan menembak cowok itu di komentar. Entah apa isi otak mereka hingga berani menembak Altair, yang Altair tau, mereka semua tidak mempunyai rasa malu.

"Gue terlalu subhanallah untuk lo semua yang astagfirullah," ucap Altair lalu kembali memasukan ponselnya ke dalam saku bajunya.

Tiba-tiba Vega datang dan langsung memberikan sebungkus nasi goreng pada Altair.

Altair menerima itu dengan dahi berkerut, "Air minumnya?"

Vega cukup terkejut hingga dia tidak mencerna baik pertanyaan Altair. "Hah?"

"Lo tuli? Lo beliin gue makanan tanpa air minum? Lo mau bikin gue keselek?" tanya Altair kesal.

"Tapikan lo mintanya cuma makanan."

"Lo harusnya ngerti dong. Jadi babu aja gak becus lo!" bentak Altair.

Vega hanya merutuki dirinya dalam hati. Bagaimana bisa dia tidak membelikan Altair air minum? Mau tak mau Vega harus kembali menuruni pulahan anak tangga. Ya, harus, walaupun dirinya sudah sangat lelah.

"Bentar gue beliin," ucap Vega lalu pergi.

****

"Dari mana lo berdua?" tanya Nizar saat melihat Algin dan Jendri baru memasuki kelas.

"Biasa, gurita nyari mangsa," jawab Jendri sambil melirik Algin sinis.

"Lo berdua liat Al gak?" tanya Azlan dengan nada kesal membuat Jendri dan Algin menyerngit bingung.

ALTAIRWo Geschichten leben. Entdecke jetzt