Askha Ashafa 15

922 42 1
                                    

"Ngapain masih berdiri di situ, Fa?"

Ashafa tersadar dari lamunannya. "Ha? Aku nggak tahu."

"Kok bisa nggak tahu?" Askha mengerutkan dahinya.

"Iya, aku nggak tahu kak," jawab Ashafa kesal.

"Terus?"

"Ish, kak Askha tadi kan ngajakin aku ke kamar emang mau ngapain?" Ashafa menggeram kesal. Maksud dari Askha yang mengajak dirinya ke kamar Ashafa tidak tahu.

"Menurut kamu, mau apa?"

"Apa?" Ashafa balik bertanya, Askha jadi jengah sendiri ada apa dengan istrinya itu.

"Sholat, kita sholat. Kamu mikirin apaan segitunya?" Ashafa meletakkan sling bag yang dipakainya tadi, di lemari khusus tas-tas.

"Kenapa nggak bilang dari tadi sih, ngeselin!" ocehnya yang masih bisa didengar oleh Askha. Askha mengeleng-gelengkan melihat kelakuan sang istri.

***

Sore ini cuaca cukup sejuk, tidak seperti biasanya. Dibandingkan dengan hari sebelumnya yang terasa panas membuat orang-orang kegerahan bukan main.

Kini Ashafa duduk di salah satu kursi yang sudah tersedia di luar rumah Bundanya. Dengan santai Ashafa membaca buku 'A mother love' yang dibelinya bersama Nabila waktu lalu dan  ditemani secangkir teh hijau kesukaannya.

Dari arah berlawanan Askha tergopoh-gopoh membawakan dua pot bunga mawar berukuran kecil dari rumah Uminya. Bunga itu terlihat indah dengan warna kelopak merah darah. Masing-masing bunga memiliki dua tangkai kelopak.

"Ekhem," dehem Askha.

Ashafa yang terusik menatap suaminya dengan datar. "Kenapa?"

Askha mengangkat kedua pot bunga mawar, ditunjukkan nya kepada Ashafa. Ashafa bingung kenapa Askha membawa kedua bunga mawar itu dihadapannya. Setahunya, bunga mawar itu milik mertuanya Dena.

Dena itu penyuka bunga, tidak segan lagi sampai mertuanya memiliki taman khusus di belakang rumahnya. Ada banyak juga aneka ragam bunga yang Dena tanam, mulai dari bunga mawar, anggrek, daisy, sampai bunga matahari pun ada.

Sebenarnya Ashafa juga sering sekali berkebun menanam bunga bersama Dena, jikalau waktu senggang.

"Fa, kamu tahu nggak?" tanya Askha, mendapatkan gelengan.

"Ini bunga apa?" tunjuk Askha kepada bunga mawar di sisi tangan kanannya.

"Bunga mawar merah," balasnya. "Kamu tahu artinya?"

"Nggak."

"Bunga mawar merah yang aku bawa ini khusus untuk kamu. Aku sengaja bawa kesini mau nunjukin ke kamu. Kamu tahu? Selain bunga ini khusus untuk kamu, aku sendiri yang tanam bunga ini sampai berbunga. Awalnya rada susah karena, bunganya nggak mau berbunga. Tetapi aku selalu nunggu bunga yang aku tanam akan mekar.  Dengan kesabaran, akhirnya usaha ku  membuahkan hasil yang sempurna." sedari tadi Ashafa menyimak penjelasan Askha, sampai-sampai buku yang ia baca terabaikan karena saking fokusnya.

"Mawar merah itu menunjukan cinta dan romantis. Orang juga percaya bahwa
mawar merah itu lambang cinta sejati. Katanya  mawar merah sangat cocok banget dikasih ke pasangannya," ucap Askha.

Ashafa mengangguk-angguk,  mengerti dengan penjelasan Askha. "Jadi gitu, ya. Kak Askha tahu dari arti dari mawar merah?"

"Google, tadi sebelum kesini aku sempat baca," jawab Askha santai.

A2 (Askha & Ashafa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang