έντεκα

833 107 11
                                    




Jarum jam berdenting dengan pelan selama kurun waktu lima menit. Semilir angin pelan dari pendingin udara menyambar tubuhnya dengan lembut, tirai yang tertutup seolah membuat sinar sang mentari tak sampai di tempat ini sehingga membuat sang pemilik kamar tak kunjung membuka mata ketika jarum jam sudah menunjuk pukul sepuluh.

Sayup-sayup si pemilik surai panjang mendegar dentingan jam, kedua kelopak matanya terbuka, sembari mencoba mengembalikan seluruh ingatannya tentang malam kemarin. Ketika akhirnya tersadar, Jaemin langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan, ia teringat akan dirinya yang ikut terpancing nafsu akan sikap Jeno kemarin malam. Alhasil Jeno seperti sesosok yang tak ia kenali, karena melakukannya tanpa henti hingga dini hari menyambut.

Membuat tubuh Jaemin kini terasa mati rasa. Ia hanya bisa berbaring saat ini, tangannya terlalu lelah untuk digerakkan pun dengan tubuh bagian bawahnya yang ketika ia mencoba bergerak begitu terasa ngilu dan kebas. Jangan tanyakan kondisi tenggorokannya yang kini terasa kering karena ulah sang tuan Devonte yang membuatnya mendesah tanpa henti.

"Sial." Rutuknya ketika ia ingin memaksakan diri untuk duduk, tapi berakhir dengan kembali tergeletak akibat kakinya yang terasa sakit.

Berbalik, ia bisa melihat dengan jelas bagaimana wajah milik Jeno yang tertidur pulas, hembusan nafasnya mengenai wajahnya. Lihatlah, disaat seperti ini ia terlihat seperti manusia biasa, yang dalam artiannya ; Jeno tak memiliki aura pembunuh.

Kerutan di kedua alis tuan Devonte membuat Jaemin buru-buru memejamkan kembali matanya, setidaknya pura-pura tidur saat ini adalah pilihan terbaik ketimbang ia harus menghadapi situasi memalukan ketika Jeno nanti membuka mata.

Si pria perlahan membuka kedua mata elangnya, meregangkan sendikit bagian tubuh, ia menghadap Jaemin yang juga kini sedang menghadap kearahnya, masih dengan posisi tertidur pulas. Jeno tersenyum kecil, bibirnya seakan kelu ketika ingin mengucapkan sepatah kata, mereka berdua akhirnya melakukannya.

"Thankyou." Bisiknya lembut di telinga Jaemin, membuat si pemilik nama seketika ikut membuka mata perlahan.

Senyum di wajah Jeno masih setia bertahan, yang membuat Jaemin menjadi salah tingkah sendiri. "Kau luar biasa semalam." Goda Jeno, yang berhasil membuat wajah Jaemin memerah sempurna.

Ia menelusupkan wajahnya kedalam selimut, mencoba menyembunyikan rasa malu akibat perkataan Jeno barusan. Batinnya berteriak "sial, sial,sial." Berpuluh-puluh kali, sebelum akhirnya Jeno menarik pinggangnya hingga membuat kedua tubuh hangat itu kembali bertemu.

Jeno masuk tanpa permisi, membuat Jaemin membulatkan mata dan dengan tak sengaja mengeluarkan kembali suara merdu yang berhasil membuat Jeno menggila semalam. Kedua tubuh yang masih tergelung di dalam selimut itu bergerak, Jeno bangun melempar selimut yang membungkus tubuh keduanya. Sementara satu tangan Jaemin dengan sendirinya bergerak meraih bahu dan yang satunya meremas rambut sang tuan Devonte karena dengan kurang ajarnya ia membuat Jaemin mendesah lagi di pagi hari.

"J-Jen...

"Yes babe?."

Fuck, Jaemin sepertinya harus berhati-hati dengan sifat agresif suaminya mulai saat ini.

.

.

.

Walaupun begitu, nyatanya Jeno masih tetap menjadi sosok yang menakutkan ketika kembali ke dunia gelapnya. Hari ini Jaemin tidak punya kegiatan khusus yang harus ia lakukan, dia hanya duduk di sofa sebrang ranjang, membaca lembaran aksara Yunani yang tertulis di buku tebal yang sedang dipangkunya. Jaemin bukan pembicara handal, tapi sedikit , dia mengerti bahasa Yunani yang mana sempat menarik perhatiannya ketika duduk di bangku sekolah. Pengucapannya yang sulit membuatnya merasa tertantang untuk mempelajari bahasa Yunani. "Aritoteles" bibir merah muda itu berucap, pandangan dan fokusnya hanyut ketika membaca satu persatu halaman buku, lama melihat rangkaian kata membuat matanya lelah, bahkan ia sendiri lupa berapa lama ia sudah memandangi rangkaian kata dari buku yang ia baca, ketika ingin bangun dari sofa ia sedikit merintih.

STYGIAN [Slow Up]Where stories live. Discover now