Khawatir

21 8 0
                                    

Sorry jika ada typo maklum saja.

"Kak di luar hujan"ucap umji sambil menatap air hujan yang lumayan deras.

"Ya trus kenapa?"tanya sinB sambil menatap umji malas.

"Aku harus sekolah kak,jadi bisa ngak nganterin aku?"mohon nya untuk kali ini saja ia berharap jika SinB mau memberikan nya tumpangan.

"Sepertinya mobilku alergi terhadap pembunuh"sindir nya.

Umji bungkam ia tau jika ucapan savage itu untuknya, walaupun sebenarnya ia bukanlah pelakunya.
"Yaudah gak papa kok"

Umji keluar rumah hanya mengunakan jaket saja tidak mengunakan payung atau alat pelindung hujan lainya, perlahan rintikan hujan mulai membasahi Surai hitam nya.

Di persimpangan umji berdiri seraya menunggu bus kota melintas,di sana cukup sepi karena keadaan tengah hujan.

Umji melihat mobil yang sebenarnya tak asing baginya,iya dia benar itu adalah mobil sinb,mobil kakaknya kenapa berhenti tepat di depannya, apakah kakaknya mau mengantar nya?.

"Lisa Ayo masuk,ini sedang hujan lalu kenapa kau di sana"teriak sinb dari dalam mobil.

Refleks umji menoleh ke arah belakang,benar di sana ada lalisa gadis yang sedang duduk menunggu bus kota juga.

"Ahh benar aku terlalu berharap lebih, kukira kakak ke sini hanya untukku tapi lihatlah dia malah mengantarkan Lisa"batinnya sambil menatap awan hitam.

Umji menatap sendu pemandangan yang tepat berada di depan matanya,ia merasa seperti benar-benar tidak di harapkan lagi, sangat berbeda seperti dulu.

Saat sedang menatap kepergian Lisa dan sinB tanpa sinB sadari jika ia telah menerobos genangan air sehingga mengenai tidak sedikit seragam umji.

"Ehh kamu basah tu bajunya"tegur salah satu ibu-ibu.

"Ahh gak papa kok buk"jawabnya sopan.

"Astaga benar-benar Etika anak muda sekarang gaada lagi ya!, lihatlah mobilnya itu gak lama lagi juga bakalan hancur"ucap ibu-ibu yang tak lagi muda itu sambil menggelengkan kepalanya.
.

.

.
"Umji kenapa lama banget sih datangnya"teriak Yeri heboh.

"Kejebak hujan Yerim"jawabnya.

Lalu Yeri langsung menarik umji ke tempat duduknya, sambil memasang wajah heboh, seperti ada berita untuk umji.

"Eh um..."belum sempat Yeri melanjutkan kata-katanya umji Langsung memotong nya.

"Paling berita gak guna,udah deh Yerim mending kita belajar"ucapnya.

"Kamu tau umji kak sinB sama Lisa datangnya barengan"ucap Yeri serius.

Sudah umji tebak pasti berita ini,sudah umji duga pasti ini yang jadi permasalahan.

"Ohh gak papa kok"jawabnya.

"Lu serius ji"tanyanya meyakinkan.

Umji hanya menganguk mantap,tanpa sinB sadari ia telah menyakiti hati umji.

"Yerim, bagaimana jika aku berkerja paruh waktu sama sepertimu?"tanya umji,benar ia tidak bisa diam saja sudah seharusnya ia mencari uang sendiri.

"Kau yakin,itu melelahkan"ucap Yerim sambil memasang wajah lesu nya.

Umji menganguk tanda jika ia benar yakin,kali ini ia harus mencari penghasilan sendiri setidaknya uang itu akan ia gunakan di masa depan.

"Baiklah pulang sekolah aku akan berbicara dengan bos besar dan kau harus ikut!"

"Baiklah aku bersedia"jawabnya antusias sambut tersenyum manis
.

.

.

"Bagaimana hari-harimu gadis pembunuh"suara keras dan lantang itu bahkan membuat seisi toilet mendengar nya,suara siapa lagi jika bukan lalisa.

Umji gadis itu diam sambil terus mencuci tangan nya di wastafel,tak berniat sedikitpun menoleh ataupun membalas ucapan Lisa,ia malas jika harus beradu mulut bahkan Lisa juga sering bermain fisik.

Umji bukan takut tapi ia memilih mengalah, untuknya mengalah adalah hal yang mulai biasa saat ini.

"Pembunuh"tekan nya.

Lagi-lagi ucapan sampah itu terdengar begitu menusuk di uluh hati umji,tanpa berniat membalasnya umji hanya tersenyum menghadap ke arah Lisa.

"Lain kali Pastika omong kosong mu itu tepat sasaran"ucapnya sambil tersenyum masam.

"Wow bukankah itu fakta,jika saja itu hadir dalam sebuah tayangan televisi maka akan berjudul *seorang gadis SMA membunuh ibunya sendiri* "ucapnya di selingi tawa.

IM not okay [Umji]Where stories live. Discover now