0.0

119 14 2
                                    

"Lo kenal sama orang yang lo tolongin tadi?"

Hari ini langit malam sangat cerah. Bintang bertaburan begitu banyak menghiasi luasnya langit, ditemani dengan sang rembulan yang nampak begitu cantik. Tak hanya itu, pemandangan city lights Kota Yogyakarta pun tak kalah cantik.

Angin yang berhembus tidak terlalu kencang, menerpa helaian rambut kedua sejoli yang sibuk bercengkrama sembari menikmati kopi hangat yang ada di genggaman mereka. Sudah 1 jam mereka duduk berdampingan disebuah cafe yang berada di Bukit Bintang. Tempat dimana kalian bisa menikmati pemandangan Kota Yogyakarta yang indah dimalam hari.

"Enggak. Emang nolong orang harus saling kenal ya? Lagian kasian bajunya basah begitu."

Rayhansa Asher, tersenyum mendengar jawaban dari lawan bicaranya. Terlampau hafal dengan sifat peduli dan suka menolong dari sosok yang duduk disampingnya. Matanya melirik ke samping dan melihat bagaimana seorang Sakala Rakadikta yang bahkan tidak bergeming ketika rambutnya sudah sedikit berantakan diterpa angin, pun dengan bibirnya yang sedikit pucat efek kedinginan. Padahal ia sudah memakai jaket yang tebal.

"Iya, orang-orang kenapa jahat banget suka ngebully." lanjut Rayhan yang kini sudah mengalihkan pandangan kedepan. Netranya selalu puas dengan pemandangan di depannya.

Ditambah, Rayhan adalah pendatang di kota ini. Tepat saat ia menjadi mahasiswa baru di universitas ternama di Yogyakarta. Ia selalu mendambakan untuk datang ke Yogya dan berakhir mendapat kesempatan emas untuk melanjutkan pendidikan di Kota Pendidikan.

"Demi mendapat pengakuan kalo dirinya hebat, Ray"

Rayhan kembali mengangguk, setuju dengan ucapan Sakala. Sedikit menghembuskan nafas karena dirasa udara semakin lama semakin dingin. Dikampusnya, memang tidak jarang lagi dengan kasus pembullyan. Dia yang kuat dan berkuasa akan menindas yang lemah. Selalu seperti itu.

"Sakala" panggil Rayhan dengan lirih.

Mendengar namanya disebut, sang pemilik nama menoleh. Berhenti menikmati indahnya pemandangan yang memanjakan matanya. Namun, yang ia dapat selanjutnya adalah Rayhan yang masih terus menatap kedepan.

Sejenak Sakala terdiam. Memandangi Rayhan yang begitu tenang, ditambah rambut hitamnya yang diterpa angin serta hidungnya yang sangat mancung ketika dilihat dari samping. Rayhan bagaikan pahatan sempurna yang Tuhan ciptakan. Dan Sakala tidak akan menyiakan ciptaan Tuhan yang satu ini.

"Gua tau gua ganteng, jangan dilihatin terus nanti suka"

Sakala terkejut. Ia tertangkap basah telah memandangi Rayhan begitu intens. Sedikit mendengus akibat tingkat kepercayaan diri Rayhan yang diatas rata-rata. Rayhan pun terkekeh kecil melihat Sakala yang lantas membuang muka. Andai bukan malam hari, Rayhan pasti sudah bisa melihat rona merah di pipi Sakala.

"Kenapa manggil, Ray?" Tanya Sakala mencoba menghilangkan rasa malunya.

"Gua ketemu orang di study cafe kemarin. Orangnya manis, gua juga sempat ngobrol sama dia. Pembawaannya tenang banget, gua nyaman dan sempat dibuat kagum sama cara dia berbicara. Kita bahkan udah tukeran nomor handphone. Menurut lo, gapapa gak kalo gua deketin dia?"

Sakala terdiam mendengarnya. Ada sedikit rasa tidak rela dan tidak suka didalam hatinya. Karena jarang sekali Rayhan memuji seseorang selain dirinya. Jemari Sakala sedikit mempererat genggaman pada cangkir kopinya. Pandangannya sedikit kosong, namun pikirannya masih memikirkan perkataan Rayhan.

Rayhan yang tak kunjung mendapat jawaban, sedikit melirik kearah Sakala. Baru saja Rayhan hendak protes sebab ia diabaikan, namun Sakala sudah membuka mulutnya untuk menanggapi.

"Kalo lo emang tertarik, coba aja deketin"

Senyum mengembang dibibir Rayhan ketika mendengar persetujuan dari Sakala. Bukan apa-apa, hanya saja ia perlu dukungan dari sahabatnya ini.

You see friends I see lovers - HeeHoonWhere stories live. Discover now