14

1.6K 147 22
                                    

Hembusan dari sang angin, mampu membuat daun-daun kering berguguran dan luruh ke tanah. Jalanan yang semula bersih, kini terlihat agak sedikit berantakan karena adanya dedaunan kering yang berserakan dimana-mana. Meskipun angin berhembus cukup kencang sore ini, tetap saja tidak bisa mengalahkan panasnya Jakarta.

Sepasang roda menggilas jalanan aspal yang tampak sepi dan tidak terlalu dilalui oleh banyak orang. Banyak dedaunan kering yang langsung berhamburan saat roda-roda tersebut melewati tumpukan daun-daun yang berada di tengah jalan. Seorang laki-laki dan perempuan terlihat berboncengan seraya menikmati keindahan langit sore yang sebentar lagi redup, berganti dengan gelapnya malam.

Kuda besi itu terus membelah jalanan menuju tempat tujuannya. Setelah cukup lama berjalan, akhirnya motor tersebut berhenti di pinggir lapangan basket yang tampaknya agak terbengkalai dan sudah lama tidak dikunjungi oleh orang lain. Kedua remaja berseragam SMA itu segera turun dari motor dan masuk ke area lapangan melalui pintu kawat yang sudah rusak bahkan tidak bisa tertutup lagi.

"Kita ngapain ke sini kak?" tanya Anneth sembari memperhatikan sekelilingnya.

Dua buah ring yang terletak di sisi lapangan yang saling berseberangan, terlihat sudah berkarat bahkan rusak. Ada satu ring yang sudah hilang dan hanya menyisakan tiangnya saja. Sedangkan ring di sisi yang satunya, sudah tidak ada jaring-jaringnya lagi dan beberapa bautnya sepertinya sudah copot, sehingga ring tersebut sudah melorot dan tinggal menunggu waktu untuk jatuh ke tanah.

Bangku penonton yang terletak di pinggir lapangan, catnya juga sudah mulai terkelupas semua dan tergantikan tugasnya dengan karat. Area lapangan juga terlihat kotor. Banyak sampah dari daun-daun kering dan tanah yang menumpuk di sana. Lapangan ini sudah tidak layak jika harus digunakan untuk bermain basket. Selain karena kotor, bisa membahayakan juga bagi orang lain. Dan sampai detik ini, Anneth masih belum mengerti mengapa Betrand membawanya kemari.

"Ke sana yuk!" Betrand menunjuk ke sebuah tempat duduk yang masih memiliki kanopi di atasnya dan menggandeng tangan Anneth menuju ke sana.

Betrand terlihat melepaskan jaketnya dan meletakkannya di atas bangku yang terbuat dari besi tersebut.

"Duduk, Neth!" Betrand mempersilahkan Anneth untuk duduk di tempat yang sudah ia lapisi dengan jaketnya tadi.

Awalnya, Anneth sedikit ragu untuk duduk. Mengingat, tempat ini cukup terbengkalai dan banyak fasilitas yang sudah rusak. Namun, jika dilihat sekilas, sepertinya kanopi di bangku ini masih terpasang dengan baik dan sepertinya tidak akan jadi masalah jika duduk di bawahnya. Lagipula, Anneth yakin bahwa Betrand tidak akan mungkin membahayakan dirinya. Akhirnya, Anneth pun menurut dan duduk di sana.

"Eh...ini gapapa kak kalo jaket lu gue dudukin gini?" Anneth merasa tidak enak jika harus duduk beralaskan jaket milik Betrand.

"Ya gapapa lah, biar gak kotor rok lu. Lagian bukan jaket Lengkara kok, jadi aman" Betrand tersenyum dan mengacungkan jempolnya ke arah Anneth.

"O-oke deh, kak. Thanks" ucap Anneth masih dengan perasaan sedikit sungkan.

Betrand mengangguk sekilas dan mulai mengamati setiap sudut di tempat ini. Setiap kali Betrand datang ke sini dan melihat detail tempat ini dengan seksama, selalu ada memori yang terputar kembali diingatannya. Dan Betrand sangat merindukan momen-momen itu bisa kembali terukir di dalam hidupnya. Meski sebenarnya Betrand juga tahu bahwa hal itu mustahil terjadi. Semuanya sudah menjadi kenangan dan selamanya hanya akan terkunci di dalam ingatan.

"Di sini, tempat yang penuh kenangan, Neth. Banyak hal yang terjadi di sini dan gue rindu hal itu terulang kembali. Tapi sayangnya udah gak bisa" ujar Betrand diakhiri dengan sebuah tawa kecil. Bukan tawa kebahagiaan, namun tawa yang terdengar sangat hambar dan berisi nada keputusasaan di dalamnya.

Lengkara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang