2

15 0 0
                                    

Pulang sekolah. Hujan deras.

Jalanan macet, Arjuna terlambat menjemput Felicia.

Menunggu di dekat gerbang. Menyaksikan air hujan. Felicia masih merenung, berapa lama Arjuna bisa datang?

Seseorang tiba-tiba berdiri di dekatnya.

Felicia mendongak.

Lelaki pemilik mata gelap sedang menatapnya. Jika bukan karena wajah minim ekspresi, Felicia akan mengira lelaki ini adalah Sadewa, karena sangat mirip.

Dialah kembaran si ketua osis yang legendaris.

Siswa jenius yang sering bolos kelas. Tidak pernah dimarahi guru karena sudah berjasa memboyong semua piala olimpiade berbagai mata pelajaran.

Si jenius bernama Nakula.

"Kamu Felicia 'kan?" tanya Nakula.

Felicia mengangguk.

"Aku melihatmu di ruang osis berdua dengan Sadewa."

Felicia melotot panik. Melihat sekeliling tidak ada orang, ia menghela lega.

"Suaramu cukup seksi."

"Kamu...." Felicia benar-benar kehilangan kata-katanya.

"Dan aku mulai membayangkan kamu mendesah dibawahku melolongkan namaku." setelah mengucapkan itu, Nakula berlari menerjang hujan. Meninggalkan Felicia yang mematung. Untuk beberapa detik, ia benar-benar berhenti bernafas.

Harga dirinya!

Malunya!

---

"Hatcim...." Arjuna bersin. Mengeratkan selimut di sekujur tubuhnya. Setelah pulang menjemput Felicia dari sekolah, ia demam tinggi dan terserang flu

Ia sakit karena hujan-hujanan ketika memperbaiki mobil yang mogok ditengah jalan.

"Minum teh hangatnya."

"Terima kasih non..."

"Istirahatlah. Aku kembali ke kamar dulu."

"Tapi non.... saya belum mandiin nona Feli."

Felicia tersipu. Yah.... mandi dan refresing seks tidak bisa tanpa Junanya.

"Saya bisa mandi sendiri."

"Tapi non..."

"Gak usah ngebantah. Setelah kamu sembuh. Saya akan tagih kamu dua kali lipat."

Arjuna tersenyum, dan tidak lagi mempersulit nona mudanya.

"Tentu.... terserah nona Feli, tubuh saya milik nona."

---

Keesokan paginya. Demam Arjuna belum mereda.

Terpaksa Felicia berangkat sekolah sendiri.

Masih pagi. Sekolah masih sepi.

Felicia melihat Sadewa sedang duduk tidak jauh dari gerbang sekolah. Sendirian. Felicia curiga kalau Sadewa mungkin tidak pulang?

"Tunggu."

Felicia berdecak dalam hati. Padahal sudah berjalan dengan hati-hati. Berniat melarikan diri.

"Masih terlalu pagi. Ikut saya."

Felicia ditarik tangannya untuk mengikuti langkah Sadewa.

Ke ruang osis.

Pintu ditutup dan dikunci.

"Kenapa dikunci?"

Sadewa tidak menjawab. Ia justru menghimpit Felicia bersandar ke pintu. Mengusap rambut ke belakamg telinga.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 29, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FELICIA DRUPADIWhere stories live. Discover now