8

4.2K 670 5
                                    





" Ya! Astaga! Apa yang di lakukan bangsawan bodoh itu!" Desis Renjun saat menyaksikan pangeran Jaemin yang kini sudah berhadapan dengan gerombolan perampok itu dengan pedang di tangan masing-masing.




" Sial! Sial! Apa sebaiknya aku kabur saja?!" Gumamnya cemasnya. Pemuda Huang itu menoleh ke kanan dan kirinya untuk mempertimbangkan arah melarikan diri yang teraman.




" Masa bodoh kalau dia mati atau apa?! Yang pasti aku tidak akan menyia-nyiakan hidupku jika nanti sampai ketahuan." Rutuknya. Sementara itu, perkelahian antara sang putra mahkota Joseon dengan para perampok itu sudah berlangsung sengit.



Renjun sama sekali tak memperhatikan jalannya pertarungan karna ia sudah merasa yakin jikalau bangsawan itu pasti akan di cincang habis oleh para perampok itu dengan pedangnya. Matanya masih sibuk mencari jalan yang aman dan pastinya tidak terlihat oleh para perampok itu.




" Masa bodohlah. Aku akan mendoakanmu agar bisa hidup tenang di alam sana, Doryongnim." Ujar Renjun dan bersiap mengambil langkah seribu. Tapi kakinya seketika memberat saat seseorang kini terlihat menghadang langkahnya. Renjun mengangkat kepalanya dan menatap wajah menyeringai pria paruh baya berpakaian sama lusuhnya dengan wajahnya itu.



" Mau kemana kau bocah?"



Renjun hampir muntah melihat gigi-gigi kuning di balik seringai buruk pria paruh baya yang terlihat tak jauh berbeda dengan gerombolan rampok  yang sedang di hadapi pangeran Jaemin itu.




" Ah. Haha. Annyeong tuan. Apa yang tuan lakukan disini?" Sapanya dengan cengiran bodohnya. Tapi pria paruh baya yang ternyata adalah bagian dari  gerombolan perampok itu tak menggubris ucapannya, malah menarik kerah jeogorinya membuat Renjun mau tak mau terseret keluar dari persembunyiannya dari balik batu itu.


" A-ampun tuan. Saya tidak tau apa-apa!" Seru Renjun. Tapi perampok itu tak menghiraukannya, malah menyeretnya mendekati arena pertarungan dengan pedang telanjang kini menyarang di lehernya.


Kini Renjun dengan jelas melihat pertarungan itu. Matanya melotot melihat si bangsawan muda terlihat mengamuk, menumbangkan para perampok itu dengan pedang-pedang pendeknya. Setengah dari perampok itu terlihat tumbang bersimbah darah dengan perut dan dada terluka menganga terkena tebasan pedang.




" Ya! Hentikan atau pemuda ini akan mati!" Seru si perampok kencang, membuat Pangeran Jaemin menghentikan pembantaiannya.


Pangeran Jaemin menoleh, dan seketika terkejut melihat Renjun yang kini tengah di sandera oleh seorang pria paruh baya dengan pedang tajam mengancam lehernya.



" Doryongnim." Lirihnya ketakutan.




" Menyerah atau bocah ini ku bunuh detik ini juga!" Ancam si perampok.




" Lepaskan dia-"





" Jangan coba-coba mendekat!" Ancam si perampok saat pangeran Jaemin berusaha mendekatinya.





" Akh!" Suara mengaduh Renjun cukup untuk menghentikan langkah pangeran Jaemin. Sang putra mahkota menggeram marah saat melihat darah merah meleleh di leher putih sang teman baru.





" Ya! Daesik! Kemana saja kau sialan?!" Seru si pimpinan perampok kepada si penyandera Renjun.




" Maaf tuan. Kaki kuda saya mendadak terperosok ke lubang membuat saya kesulitan mengejar rombongan." Ujar si perampok yang bernama Daesik itu. Si pemimpin perampok terlihat masih ingin menumpahkan kekesalannya kepada Daesik, tapi keadaan sedang tidak mendukung.



Crown Prince | Jaemren ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang