4. Stu(dying)

60 5 0
                                    

Haruto mendiskusikan tentang charger yang ia terima dengan Jeongwoo dan Jungwon, namun yang diajak diskusi sudah tertidur dengan pose acak-acakan di kasur Jungwon.

Haruto dengan sabar membenahi posisi tidur temannya dan menyelimuti mereka.


Haruto sedih jika dia kesepian. Maka malam itu, ia memutuskan untuk ikut Jeongwoo dan Jungwon, mengambil pelajaran tambahan.

Dia lelah hanya tersenyum ketika teman sekelasnya mendiskusikan materi atau meminta kunci jawaban dari soal les.

Namun Haruto juga tidak suka ramai. Dia rasa ikut belajar tambahan di tempat les tidak akan banyak membantu. Apa privat akan sama baiknya?













Sepulang sekolah, Haruto mendapat pesan dari ibunya, bahwa dia akan mendapat pelajaran tambahan dari seorang fresh graduate yang sedang mencari pengalaman kerja.

Haruto sempat membersihkan diri dan makan siang sebelum guru itu datang.

Ibunya tidak bilang kalau guru itu perempuan. Haruto yang berniat belajar di kamar langsung memindahkan bukunya ke meja makan.

"Selamat sore, Haruto, perkenalkan nama saya Monday. Bisa dipanggil 'Kak Monday', ya. Kakak akan mengajar kamu setiap Selasa dan Jumat, bagaimana, apa ada keluhan tentang jadwal?" Tanya Monday langsung seraya memperkenalkan diri.

"Tidak, Kak." Jawab Haruto, "Kita mulai belajar dari mana?" Tanyanya.

"Kamu punya request sendiri? Kakak punya modul di sini, boleh dilihat..." Ucap Monday memberikan lembaran yang dijilid rapih.

Haruto mengangguk, memutuskan untuk mengikuti arahan Monday. Dia tidak benar-benar suka belajar. Dapat nilai A di semua mata pelajaran semester kemarin hanya kebetulan.
















"To, ini pesanan kamu sudah sampai..." Ucap Bibi pembantu rumah tangga, memberikan bungkusan yang terlihat seperti kopi.

"Aku gak pesan apa-apa, Bi." Ucap Haruto.

"Ini katanya atas nama Watanabe Haruto."

Setelah adegan lihat-lihatan dengan Monday, Haruto akhirnya menerima bungkusan tersebut.

Isinya ada dua.

"Kak Monday pesan?" Tanya Haruto.

Monday menggeleng, "Itu kopi mahal, Kakak mana punya uang, hehehe..." Ucap Monday, "Wah, americano! Mau, ya?" Sambung Monday setelah melihat tulisan yang tertempel di salah satu gelas kopi.




"Apaan nih? Rame-rame..." Sapa suara merdu masuk ke rumah Haruto tanpa izin empunya.

"I-ini, kenalin, Jeongwoo ini Kak Monday, guru aku. Kak Monday ini Jeongwoo, te-temanku..." Ucap Haruto sambil meneguk kopi yang satunya.

"Wih, halo, Kak Monday!" Sapa Jeongwoo riang.

"Halo juga, Jeongwoo. Mau ikut belajar?" Tanya Monday.

Jeongwoo menggeleng, menunjukkan ekspresi tidak suka, "Gak, ah, Kak. Udah pintar." Gurau Jeongwoo.

Monday tertawa, "Ya, duduk aja di sini, gak apa-apa, kan?"

"Santai, Kak. Harusnya saya yang nanya. Saya emang mau berkunjung aja, kunjungan wajib tetangga." Jawab Jeongwoo, "Bagi minumannya, To." Pintanya mengambil minuman Haruto begitu saja.

"Rasa apa, tuh?" Tanya Monday.

"Kacang." Jawab Jeongwoo, "Eh, kacang? Kacang?! Ruto?! BIBIIII!!!"

Haruto memegang lehernya, wajahnya memerah bak kepiting.

Dia alergi kacang.

EllipseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang