9. Fox's Mooncall

575 57 3
                                    

Ketika melewati kedai minum milik Ryouko, Ayato melihat Yae berbincang santai dengan seorang penyair dari Mondstadt. Ayato mengenalinya sebagai salah satu model lukisan yang berada di Plaza Lima Kasen. Kedua mata Ayato menyipit melihat kedekatan keduanya. Bukan rahasia jika kegemaran Guuji Yae adalah mendengarkan cerita orang-orang. Dia bahkan dengan senang hati meluangkan waktu untuk mendengar guyonan absurd Arataki Itto sembari menantangnya duel makan ramen. Yang tentu saja dengan mudah dimenangkan Lady Yae yang cantik dan langsing.

Ayato mengamati ketika Yae mendengarkan pria muda itu dengan serius. Sesekali tertawa kalem ketika menurutnya lucu. Tidak ada yang aneh hingga Ayato menangkap sinar kerinduan samar dari sorot mata Yae Miko. Begitu samar hingga Ayato yakin Yae sendiri mungkin tidak menyadarinya.

Rindu pada apa? Siapa pula bocah laki-laki berkorset ini bagi Yae?

"Kapan-kapan kau harus mengunjungi kami di Mondstadt ya. Dvalin pasti senang kedatangan kawan lama," kata Venti sambil menenggak segelas sake. Ayato samar-samar mendengar percakapan mereka.

"Kau juga sebaiknya sesekali menjenguk Morax—hiik. Kenapa juga orang tua itu tidak mau datang untuk bersenang-senang?"

Gawat, bocah itu mulai mabuk.

"Tidak semua orang berjiwa bebas seperti anda kan, Tuan Penyair?" ujar Yae, tampak tidak terganggu fakta bahwa Venti menyebut nama Geo Archon tanpa sopan santun.

"Ehe~~☆"

Selain pendek, pria ini juga mabuk-mabukan di siang bolong.

Ayato mendekati keduanya, ia berdeham. Yae dan Venti mendongak karena siluet Ayato menjulang membelakangi matahari. Senyum mengerikan terukir di wajahnya.

"Tuan Ayato, ada yang bisa kubantu?" tanya Yae heran.

"A-ah~ Tuan kau ma—uu mencicipi—hik—sake disini sangat enak sekali lhoo~" Venti terkekeh sendiri.

Tampaknya kadar alkohol dari sake beras terlalu keras untuk peminum berat sepertinya. Biasanya ia hanya minum dandelion wine yang manis. Dibandingkan dengan sake yang pekat tentu minuman khas Mondstat itu terasa seperti minuman ringan.

"Barba—ehm—Tuan Venti, sebaiknya anda kembali ke penginapan untuk beristirahat," ujar Yae sopan.

Kening Ayato berkerut. Yae tampaknya cukup sopan pada Venti. Padahal dari penampilannya dia mungkin seumuran Ayaka atau bahkan lebih muda lagi.

"Tuan Venti, izinkan pengawal saya membantu anda kembali ke penginapan. Anda harus beristirahat untuk acara puncak malam ini," Ayato menawarkan bantuan dengan ramah tamah palsunya.

"Heee~ apa nanti malam akan ada banyak minuman yang lebih enak?" Venti menggoyangkan gelasnya yang kosong.

"Tentu," Ayato mengkode pengawalnya untuk segera menyeret Venti pergi.

"Hik—baiklah. Oh! Jangan lupa sampaikan terima kasihku untuk Beelz, Yae-chan. Kapan-kapan aku akan mengunjunginya lagi!" sahut Venti sebelum pengawal Ayato memapahnya menjauh.

Yae hanya tersenyum samar mendengar ocehan Venti. Ia menuangkan sake untuk dirinya sendiri sementara Ayato mengambil tempat dimana Venti sebelumnya duduk.

"Sudah kubilang jangan tenggak langsung semuanya," gumam Yae sebelum menenggak habis isi gelasnya.

"Sepertinya kau cukup dekat dengan penyair itu? Apa dia penulis baru yang akan diterbitkan Yae Publishing House?" ujar Ayato berusaha tampak acuh.

Ia meminta gelas kosong dan sebotol sake pada Ryouko. Yae memperhatikan Ayato yang duduk di sampingnya.

"Yah, bisa dibilang begitu," katanya kemudian.

The Sly Fox and Noblesse Oblige | YaeYato | Genshin Impact FanfictionWhere stories live. Discover now