✈ 26. Not Now ✈

354 22 4
                                    

“Ughh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ughh...can you just shut up your fucking mouth?!” Chicago memekik frustasi.

Sejak awal wanita asing yang kini duduk di kursi penumpang sampingnya ini belum juga menghentikan tangisannya. Dan itu membuat Chi terganggu.

Cukup sudah dengan perasaannya yang mulai cemas entah kenapa. Ia tak ingin lagi dibuat terlalu banyak berpikir hanya karena pernyataan dari wanita ini.

Tapi mau bagaimana pun, Chicago memilih tetap mempertemukan Cassie ke Travis.

Hanya untuk membuktikan jika sudah pasti Travis tak mengenal wanita ini dan menolak segala pernyataannya mentah-mentah. Semoga saja...

Ponselnya berdenting. Menampilkan sebuah notifikasi dari Travis yang membalas pesan Chi sebelumnya bahwa dia sekarang menuju perjalanan pulang ke rumah mereka. Dan itu berarti Chicago akan mempertemukan wanita aneh dan Travis di rumah mereka saja.

Chicago berdeham, “Kau yakin pria itu adalah Travis? Travis Mikaelmoza?”

“Ya, aku sangat yakin. Dia adalah Travis Mikaelmoza.” balas Cassie.

“Untuk itulah aku memintamu agar bisa mempertemukanku dengan Travis. Kau akan tahu jika Travis bukanlah pria yang setia atau tepat untukmu.” lanjutnya.

Mendengar itu, Chicago mendadak merasa marah dan sedih secara bersamaan.

Ia menoleh, “Aku masih berbaik hati sekarang. Jadi jangan mengacaukan hal itu dengan berani menghina Travis.” ucap Chicago penuh penekanan.

Mobil melaju semakin cepat. Chicago melampiaskan kekesalannya atas apa yang barusan terjadi. Mengapa disaat ia sudah mendapatkan kebahagiaan selalu ada sesuatu yang buruk terjadi.

Terlebih ia tak bisa membayangkan jika ternyata semua ini benar. Lalu Travis menerima wanita ini ke dalam hidupnya.

Dan Chicago bukan menjadi yang satu-satunya lagi...

Hanya butuh beberapa menit hingga Chicago mengerem mendadak mobilnya. Ia bergegas keluar dari mobil tanpa memedulikan Cassie yang mungkin saja terbentur dashboard.

Chicago mengecek setiap ruangan di dalam rumah namun keberadaan Travis tak ditemukan disana.

Sampai ia mendengar suara Cassie lagi menangis terisak. Segera saja Chicago menghampiri keluar rumah dan menemukan satu pemandangan yang cukup membuatnya kaget.

Tak jauh darinya, Travis dan Cassie berpelukan erat. Entah kenapa detik itu Chicago merasa semua pemikiran positif yang berusaha ia simpan kini menghilang tiba-tiba. Segera saja Chicago menghampiri keduanya. “Travis?” panggilnya.

Satu lagi yang membuat Chicago merasa ada perasaan sesak di dadanya. Saat Travis menoleh menatapnya namun masih tak melepaskan pelukan pada wanita itu.

Kedua tangan Chicago mengepal kuat. Ia menatap tajam pada Travis dan Cassie bergantian.

Chicago berjalan mendekati Cassie hingga saat wanita itu menyadari keberadaannya, dia buru-buru melepaskan pelukan pada kekasihnya.

“Travis? Siapa dia?” tanya Chicago. Nadanya tenang meski terdengar menusuk.

Selama beberapa saat, suasana menjadi hening. “Dia...teman masa kecilku.” balas Travis.

“Lalu? Hanya itu saja?”

“Aku sudah lama mencari keberadaan Cassie. Dan sekarang aku menemukannya.” kata Travis lagi.

“T-travis...a-aku hamil.” Tiba-tiba Cassie berucap lirih. Travis sontak mengalihkan perhatian kembali padanya. “Maksudmu?” balasnya.

Wanita itu, Cassie mulai menceritakan segalanya yang sebelumnya sudah ia ceritakan pada Chicago. Travis hanya diam mendengarkan tanpa ada respon lebih. Dalam hati kecilnya, Chicago masih berharap jika semua ini tidaklah benar dan Travis tak mungkin beralih ke dalam 'dekapan' wanita lain.

Jika Travis pergi, maka ia juga akan menghilang.

Karena sisa hidupnya hanya untuk kebahagiaan. Dan kebahagiaan hanya ada saat ia bersama kekasihnya, Travis Mikaelmoza.

“Aku hancur Travis. Aku sudah tak memiliki keluarga atau siapapun yang bisa menolongku. Semuanya pergi begitu saja.” kata Cassie lalu kembali terisak.

Tanpa diduga, Travis membawa wanita itu ke dalam dekapannya. Bahkan mengecup keningnya. Membisikkan beberapa kalimat yang menghancurkan perasaan seseorang tak jauh disana.

Menatap mereka dengan perasaan terluka meski tanpa air mata. Dengan tangan terkepal erat hingga buku-buku jarinya memutih. Chicago beranjak meninggalkan tempat itu, mengendarai mobilnya berharap semuanya akan berlalu begitu saja. Dan ini hanya mimpi semata.

 Dan ini hanya mimpi semata

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sorry baru update ya. Sebenarnya gak sibuk-sibuk banget belakangan ini. Cuma karena bentar lagi ada sesuatu penting yang harus dipersiapkan segera jadi ya gitu...

Semoga aja aku bisa sempat nyelesain Acathexis bulan ini ya. Thanks for y'all yang udah setia baca, vote dan komen story ini :D

ACATHEXIS Where stories live. Discover now