LP | 12

144K 20.2K 1.8K
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


*****


Hari yang ditunggu-tunggu, akhirnya tiba. Hari resepsi Kapten Erlangga Gibran Athala dengan Dokter Muda Naraya Nufaira Arundati. Resepsi ini diadakan di sebuah hotel mewah di Jawa Timur.

Seluruh keluarga, baik dari keluarga Gibran maupun keluarga Raya, sudah datang semenjak 2 hari lalu dan menginap di hotel tempat diadakannya resepsi.

Tepat pukul 8 pagi, acara dimulai. Mulai dari pembukaan, acara inti yaitu tradisi upacara pedang pora untuk kedua mempelai, pemasangan cincin di bawah pedang pora, dan dilanjutkan dengan penyerahan pakaian persit kepada Raya.

Selama acara berlangsung, Dira tak hentinya terkagum-kagum melihat acara yang begitu luar biasa itu. Apalagi melihat keserasian Gibran dan Raya.

Gibran yang terlihat gagah dengan setelah PDU lengkapnya, dan Raya yang mengenakan gaun pengantin yang begitu anggun berwarna sage green dengan hijab syar'i dan di atasnya terdapat mahkota kecil yang menambah kesan anggun serta cantik pada perempuan 22 tahun itu.

"Keren banget deh." ucap Dira terkagum-kagum.

"Kamu mau?" tanya Abi.

"Mau apa?" Dira malah bertanya balik.

"Adain resepsi."

"Ooh, nggak deh." tolak perempuan itu.

"Kenapa? Kita juga belum pernah ngerasain berdiri di pelaminan kaya gitu. Kan biasanya perempuan-perempuan minta hal-hal semacam itu, kaya acara resepsi besar-besaran, terus foto-foto."

Karena memang mereka kan menikah secara rahasia, dan setelah di publish, mereka belum mengadakan acara apapun untuk pernikahan mereka.

Dira tertawa pelan sambil menggeleng, "Aku nggak tuh. Lagian acara resepsi, terus foto-foto gitu tuh nggak terlalu penting buat aku. Yang penting kan kita sah secara agama maupun negara."

Abi tersenyum dan mengusap-usap kepala Dira, lalu mencium kepala istrinya tersebut. Abi semakin sayang pada Dira ini yang selalu apa adanya, dan tidak menuntut banyak hal.

Kini saatnya sesi foto-foto, baik itu foto bersama keluarga, maupun foto berdua. Senyum Gibran dari awal tidak pernah luntur sama sekali, apalagi ketika melihat Raya yang terlihat begitu sangat cantik dengan riasan di wajahnya.

Ah, Raya tidak mengenakan riasan pun sudah cantik, apalagi memakai riasan seperti sekarang.

"Mas sama Mba nya saling hadapan coba." ucap si fotografer memberi arahan kepada Raya dan Gibran untuk berfoto.

"Terus tangan masnya taro di pinggang Mba nya," Gibran menuruti arahan yang diberikan dengan meletakkan tangannya pada pinggang Raya, lalu menariknya agar tubuh mereka lebih rapat lagi, dan Raya melotot karena hal itu.

"Nah terus tangan Mba nya yang kanan di bahu Mas nya, tangan yang kiri nyentuh dada Mas nya."

Raya yang berada sangat dekat dengan Gibran ini merasa sangat gugup bukan main, tak berani mendongak menatap Gibran barang sedetik pun, hanya dada Gibran yang ia lihat. Dengan ragu, gadis itu meletakkan tangannya di bahu dan dada bidang Gibran.

Loreng & Putih [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now