06• Pingsan

249 103 47
                                    

Dari masa lalu kita belajar, bahwa menjadi lebih baik harus butuh pengalaman

°°°

Haninda Tanara gadis cantik itu menghela nafas kembali. Sudah satu jam ia disini. 07.21, sembilan menit lagi jam pelajaran akan dimulai.

Ia menggigit bibir dalamnya, lalu memutuskan untuk mengeluarkan selembar kertas dari ranselnya.

Menuliskan beberapa kata lalu menarik lem dari ranselnya. Menempelkannya di jaket milik Bara.

Tidak mungkin juga ia menunggu pria itu hingga sampai ke sini. Di saat tujuannya ke sekolah akan segera dimulai. Bisa jadi juga pria itu tidak masuk sekolah hari ini.

Dalam hati ia bergumam pelan, semoga kebaikan menimpanya dan tak melibatkan dirinya dengan pria itu lagi.

Ia menyesali hari senin terkutuk itu!

Ia menyesali keteledorannya meninggalkan dasi sialan itu!

Ia menyesali mencari dasi di gudang itu!

Ia menyesali melawan rasa paranoid-nya!

Ia menyesali kebodohannya memohon pada Bara untuk diantar pulang!

Ia menyesali kejadian kemarin sore, menumpahkan minum Bara dan menduduki jaketnya!

Demi dewi fortuna dengan keajaibannya.

Hanin berharap bisa memutar waktu, dan memutuskan untuk tidak bertemu dengan sahabat Geon itu.

Tapi itu hanya harapannya semata!

Karena sejatinya ini baru pertemuan awalnya saja.

Entah kejutan apa yang akan Tuhan berikan pada gadis yang begitu menyayangi bundanya itu.

°°°

"Gegara lo nih!"

Debara tak menanggapi celetukan kesal milik Kevas.

"Mana ini matahari udah muncul aja. Gatau malu banget, pagi-pagi dah muncul."

"Diem!"

"Diam diem palak Lo! Udah tau gue bilang apa--"

"Diem As mulut Lo sampah!"

"Anjing!"

"DEBARA KEVAS! BERDIRI DENGAN BENAR!"

Itu menyebalkan. Wanita paruh bayah dengan gelar guru BK itu berteriak garang. Membuat kedua pria itu mendengus kesal terutama Kevas.

"Dikira mau ngibar bendera apa?" gumam Kevas kesal, tapi masih bisa didengar oleh Bara.

"Si kunyuk Geon mana dah?"

"Belajar."

"Iya ya, dia kan anak baek-baek. Gak kayak lu?!"

"Ngaca bego!"

"Bangsat!"

"KEVAS JAGA JARAK LIMA LANGKAH DARI DEBARA!"

"Anjir nenek lampir kamvret!"

Debara hanya berdecak pelan, lalu tak sengaja matanya melirik pada sosok gadis yang dengan tergesa turun dari tangga atas dekat gudang penyimpanan.

Shit!

Ia lupa jaketnya.

°°°

"Ca?"

"Dia marah keknya. Soalnya tadi dia ditelpon bonyok Lo."

Hanin meringis pelan mengetahui fakta yang terjadi hingga membuat Devon mendiaminya. Setelah kemarin ia yang mendiami Devon.

Hening Untuk Bara [TERBIT] Where stories live. Discover now