OSCUR 1

21 3 0
                                    

"Aku ini hidup untuk bahagia, atau hanya untuk bersedih saja?"



***

"Rana berangkat sekolah dulu ya pah"

Manik matanya memandang pada gundukan tanah yang diatasnya terdapat batu nisan dengan ukiran indah bertuliskan Raja Sagara Iskandar, iya itu adalah makam dari ayah Rana Sabeera Iskandar. Rana baru saja berpamitan di hadapan makam ayah nya, sudah menjadi rutinitas bagi Rana melakukan hal tersebut.

Kaki nya melangkah meninggal kan makam, langkah nya menuju gerbang rumah terhenti ketika mendengar suara yang berasal dari dalam rumah. Suara yang menggema di telinga Rana itu berasal dari Tari, mama nya. Iya, makam tersebut berada di halaman samping rumah. Halaman disekitar rumah Rana sangatlah luas, selain karena luas hal ini juga dikarenakan permintaan dari..

"RANA, MAU KEMANA KAMU!!??!" Benar, permintaan Tari ibu dari seorang Rana sabeera.

Mendengar suara tersebut Rana pun membalikkan badannya dan menghampiri mama nya itu, senyum Rana terlukis indah di wajah cantik dengan rambut yang panjang bak Rapunzel. Siapapun yang melihat paras cantik Rana, tidak akan pernah mau untuk berpaling barang sedetik saja.

"Rana mau berangkat sekolah dulu ma.. Nanti pulang cepet kok" ucap Rana lembut kepada mama nya.

"Buat apa sekolah? Kalau hasilnya ga berguna mending ga perlu" Tari berucap ketus, namun hal itu tidak membuat Rana kesal ataupun sedih. Bagi Rana, apapun yang ada pada Tari adalah sebuah kesempurnaan tiada tanding dunia.

Rana tersenyum lembut seraya menatap mata Tari, ia teramat menyayangi Tari melebihi apapun. Ia tidak akan pernah bisa merasa marah atau kesal kepada Tari sejauh ini. Meskipun Tari memiliki gangguan mental yang mengganggu jiwa nya, hal ini tak menguraikan kasih sayang Rana terhadap Tari sama sekali.

Selepas berpamitan dengan Tari dan memberikan pengertian kepada Tari, Rana pun pergi ke sekolah menggunakan angkutan umum yang terdapat di depan rumah nya.

06.40

Sekolah dimulai pukul 07.00, bukan Rana nama nya kalau tidak mencari ketenangan dimana pun dia berada.

Kaki mungilnya melangkah menuju area sekolah, masih ada waktu sekitar 20 menit hingga bel masuk berbunyi. Langkahnya berbelok menuju area taman sekolah yang ada di belakang kantin. Seperti biasa, suasana hati Rana saat ini adalah abu-abu, tidak senang tidak pula sedih. Sulit menjelaskan, karena hakikatnya Rana sendiri tidak tahu siapa dirinya sebenarnya dan untuk apa dia hidup di semesta yang luas ini.

Jadi perihal perasaan dan suasana hati, Rana sendiri tidak faham.

"Sepi kaya hati hahaha" gurau Rana.

Rana duduk di salah satu bangku taman, melepas tas yang ada di punggung nya kemudian mengeluarkan sebuah buku diary kecil dengan pena hitam di dalam nya. Ia mulai menuliskan beberapa bait kata di buku tersebut.

Tangan mungil nya bergerak lincah mengikuti kemauan hati dan pikiran, bait kata yang terus ia rangkai akhir nya mencapai batas dan ia mengamati lagi hasil karya nya.

Manusia

"Ada banyak manusia yang kutemui hari ini, perlu di ingat aku benci keramaian yang disebabkan oleh manusia.

Ntah mengapa hari ini sedikit berbeda, oh tidak ada kecerahan, hanya saja.. dunia ini semakin kosong dibuat nya, Di sini aku masih berharap rembulan menjemputku.

Bukan untuk sekedar singgah, aku ingin menetap bertemu dengan kebahagiaan abadi.

Kapan rembulan akan menjemputku bersama minim nya cahaya itu? Aku tak pernah menganggap nya terang, aku menganggap nya sebuah kegelapan semata maka dari itu aku memilih nya. Untuk terus ku genggam dan ku peluk bersama dingin menusuk malam.

Aku mencintai semesta, tapi aku merasakan kenyamanan bersama rembulan yang indah. Besar kemungkinan aku meninggalkan semesta hanya untuk sesosok rembulan, lihatlah betapa besar rasa sayangku kepada mu. Tidak kah kau ingin bertemu denganku?

Bisakah aku menemukan dan menggapai nya?

Atau aku yang akan di jemput olehnya lalu menemukan keabadian dengan nya? Ntahlah, tidak senang tidak sedih.. Hanya gelap yang meliputi dunia gadis.

Ku tunggu engkau, tanpa ada batas waktu"



-Rana Sabeera-


Astaga, bel sudah berbunyi.

"Selamat datang dunia sekolah, aku mencintaimu sekaligus membencimu" Rana membereskan buku dan pena nya kemudian berjalan menuju ruang kelas yang bagi Rana adalah sebuah kehidupan lain.



"Semesta ku berwarna abu-abu, akankah kamu nyaman bersama denganku? Kuharap tidak, aku suka tunggal"



Author



OSCUR 22Onde histórias criam vida. Descubra agora