Chapter 01 ( Pertemuan )

1K 163 11
                                    

Seorang pemuda tampan dan gagah sedang mengendari mobil nya dengan kecepatan di atas rata-rata.

"GUE BENCI SAMA LO!." Teriak pemuda tersebut sambil memukul stir mobil nya dengan kekuatan penuh.

Pemuda tersebut menatap jalanan depan dengan pandangan mata yang sangat tajam. Dan dia semakin mempercepat laju mobil nya.

"Arka Wijaya, pembalasan ini belum selesai. Lo harus membayar rasa sakit yang di alami bokap gue. Lo harus mendekam di penjara ARKA WIJAYA!." Ujar pemuda tersebut dengan mata yang memerah.

Saking cepat nya mobil. yang sedang di kendarai nya, pemuda tersebut bahkan sampai tidak melihat bahwa ada seorang wanita yang sedang menyebrang di jalan.

Dan ketika pemuda tersebut menyadari bahwa mobil nya sudah sangat dekat dengan wanita tersebut, dia lantas langsung gerak cepat mengerem mobil nya.

Sayang nya, mobil tersebut sudah menabrak wanita muda itu hingga terpental cukup jauh.

CITTT.

BRAK.

Pemuda tersebut menatap ke arah pandangan depan. Dia menatap wanita di depan yang sudah tergeletak di jalan dengan berlumuran darah.

"Siall.." Ujar pemuda tersebut sambil menjambak rambut nya dengan sangat keras.

'Jangan lupakan kewajiban kamu nak. Ingat lah untuk selalu bertanggung jawab dengan apa yang sudah kamu lakukan.'

Tiba-tiba saja pemuda tersebut mengingat ucapan terakhir dari ayah nya. Tanpa basa-basi, dia lantas langsung keluar untuk melihat wanita itu.

Ketika sampai di depan wanita tersebut, pemuda itu lantas langsung mengangkat rambut wanita itu yang sedang menutupi sebagian wajah nya.

Deg.

Entah kenapa, pemuda itu merasa sangat bersalah ketika melihat wajah wanita tersebut. Tanpa basa-basi, dia langsung menggendong dan membawa nya ke rumah sakit.

•••••••••••••••••••••••••••
( Rumah sakit )

"Siapkan brangkar." Ujar pemuda tersebut kepada suster-suster di sana sambil menggendong wanita tersebut.

"Selamat malam pak Aldebaran.." Ujar beberapa suster sambil mendorong brangkar rumah sakit.

Ya. Pemuda tersebut bernama Aldebaran. Aldebaran Alfahri.

"Lakukan yang terbaik untuk wanita ini. Pastikan bahwa dia selamat. Ingat, nasib kalian bekerja di sini akan terjawab ketika kalian tidak berhasil menyelamatkan wanita ini.." Ujar Aldebaran dengan nada dingin kepada suster-suster di hadapan nya.

Suster-suster yang berada di sana diam seribu bahasa. Dan langsung bergegas membawa wanita tersebut ke dalam ruangan UGD.

"Dia harus selamat. Papah akan benci gua ketika gua menghilangkan nyawa seseorang. Dan gua enggak mau itu terjadi.." Ujar Aldebaran ketika kembali mengingat sosok ayah nya.

Drett. Drett.
Tiba-tiba saja handphone Aldebaran berdering. Tanpa ragu, dia langsung mengangkat telepon nya.

- Via telepon -

"Ada apa?."

"Woy, dimana Lo? Kok tumben gua udah pulang Lo malah belom pulang.."

"Gua lagi di rumah sakit.."

"NGAPAIN? Jangan bilang Lo kesana cuma mau pecat suster-suster yang enggak punya salah sama Sekali.."

"Iya.."

"Gila ya Lo, dimana-mana orang kalau di pecat pasti ngelakuin kesalahan. Lah elo, pecat karyawan yang enggak punya salah. Aneh.."

"Nasib mereka akan terjawab malam ini.."

Jarak Dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang